AYOBANDUNG.COM -- Apa jadinya jika tugas kuliah menjadi pintu gerbang menuju bisnis yang berdampak sosial? Itulah yang dialami oleh Laura Anastasia, founder sekaligus CEO OCECO, sebuah brand tas berbasis slow fashion dan circular economy yang mulai diminati Gen Z.
Cikal bakal OCECO dimulai dari mata kuliah Kewirausahaan yang menugaskan mahasiswa untuk mengikuti kegiatan market day. Dalam kegiatan bazar itu, mayoritas kelompok memilih menjual produk makanan.
Namun, Laura dan timnya memilih berjualan non F&B (food and beverage). "Karena di kelas itu ada tiga kelompok dan yang lain sudah pilih produk F&B, jadi ya saya aja yang ambil produk Non-F&B," ungkap Laura pada Ayobandung.id.
Akhirnya mereka memilih ekoprinting sebagai konsep dasar produk. Karena kesibukan kuliah, mereka pun menggandeng pelaku UMKM untuk memproduksi barang sekaligus sebagai bentuk pemberdayaan.
Produk awal OCECO berupa totebag, ikat rambut, obibell, topi dan tas selempang kecil. Namun keunikannya terletak pada produk yang reversible, bisa dibulakbalik.
Hebatnya, mereka berhasil memenangkan penghargaan sebagai Best Product untuk Non F&B dalam kompetisi di Telkom University, kampus mereka menimba ilmu. Tak berpuas diri sampai di situ, Laura dan tim kembali mengikuti kompetisi lain.
Tak lama kemudian mereka dinyatakan lolos pendanaan dari program P2MW, lalu berhasil lolos ke KMI Expo, sebuah event kewirausahaan mahasiswa yang digelar oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Meski tak keluar sebagai pemenang kompetisi, masukan dari juri membuat Laura dan timnya mengevaluasi ulang konsep bisnis OCECO. "Masukan dari juri cukup bikin saya berpikir sih soal kekurangan OCECO," ungkap Laura.
Bangkit Lewat Inkubasi Bisnis
Setelah sempat berhenti beberapa bulan untuk perbaikan bisnis, OCECO mendapat informasi tentang program inkubator bisnis Bandung Techno Park (BTP) milik Telkom University. Di sana, OCECO menjalani transformasi besar.
Laura mulai mengulang kembali proses riset pasar, analisis target segmentation, hingga pengembangan produk. Mereka pun menemukan kekuatan unik pada produk selanjutnya, yaitu menggabungkan kain jins sisa (perca) dengan teknik ekoprint untuk menciptakan produk ramah lingkungan.
Kini OCECO mengusung model bisnis circular economy yang memberdayakan berbagai pihak. Proses produksi pun melibatkan perempuan pengrajin dari Purworejo, Jawa Tengah, serta penjahit di Bandung.

Laura dan tim ingin menyasar pasar Gen Z. Namun, tantangan muncul karena harga produk ekoprint yang relatif tinggi. Solusinya, mereka membuat produk yang lebih terjangkau dengan desain kekinian seperti tas selempang, totebag, dan ransel.
Selain membeli produk yang sudah jadi, pelanggan juga bisa melakukan pre-order, request desain, bahkan membuat tas custom dari jins bekasnya. "Jadi costumer bisa kirim jins bekasnya untuk kami jadikan tas," ujar Laura.
Hasilnya, produk terbaru OCECO yang focus pada tas berhasil menarik minat pasar. Gen Z pun mulai berdatangan ke media sosial Laura dan memesan tas OCECO. Harga produk OCECO pun cukup yang kompetitif, mulai dari Rp200 ribu sampai Rp450 ribu tergantung jenis produk.
Produk-produk OCECO telah dikirim ke berbagai kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Medan. "Teman saya yang dari Prancis juga tertarik untuk beli produk OCECO. Orang sana (luar negeri) memang selalu tertarik kan sama produk-produk yang sustainable," ungkap Laura.
Saat ini penjualan masih dilakukan media sosial. Ke depannya, Laura berencana untuk memperluas jangkauan pasar dengan membuka akses ke e-commerce. Saat ini OCECO sudah memiliki Nomor Induk Berusaha (NIB) dan Hak Kekayaan Intelektual (HAKI).
Setiap produk OCECO memiliki cerita dan profilnya sendiri. Di samping itu, mereka ingin menghadirkan pengalaman yang lebih emosional dan menyentuh melalui produk-produk yang bersifat personal dan menggambarkan kepribadian pemakainya.
Informasi Umum OCECO
Website: https://oceco.id/
Instagram: oceco.id
Shopee: https://shopee.co.id/oceco
Telepon: 081287731954
Alternatif Produk Serupa
1. https://s.shopee.co.id/AKPn4WifIl