Di sebuah rumah kecil di tengah gang sempit, langkah awal dari seorang pemuda berkembang menjadi usaha camilan Bujangan. Dari tempat itulah perjalanan ini dimulai dengan penuh keberanian untuk mencoba, hingga akhirnya tumbuh di Jl. Muararajeun Baru, Cihaur Geulis, Cibeunying Kaler, Kota Bandung.
Pendiri Kripik Bujangan, Imam Chairul Annam dan rekannya mendirikan Bujangan pada tahun 2022. Ia menceritakan bahwa usahanya lahir dari kebiasaannya berjualan sejak SMA dan melihat adanya peluang besar di dunia perkuliahan.
“Dulu saya sudah mulai jualan kecil-kecilan, jadi reseller. Pas kuliah saya berpikir kenapa enggak mulai usaha sendiri? Kalau bukan saya, siapa lagi,” ujar pendiri Kripik Bujangan itu ketika diwawancarai pada Rabu (5/11/2025).
Melihat banyaknya orang yang membutuhkan lapangan pekerjaan menjadi salah satu alasan Imam membangun usaha Kripik Bujangan. Ia menuturkan bahwa dorongan utamanya adalah keinginan untuk membantu orang lain, sekaligus menciptakan lapangan pekerjaan dengan sistem yang baik.
Pada tahap awal, Imam berfokus memperluas distribusi dengan menggunakan strategi promosi sederhana dan modal terbatas karena dinilai lebih efisien dibandingkan mengeluarkan biaya besar untuk iklan. Ia menjelaskan bahwa dirinya berusaha memanfaatkan semua peluang distribusi agar produknya cepat dikenal tanpa harus mengeluarkan biaya besar.
Setelah melalui tahap promosi sederhana, kini pemasaran produknya difokuskan melalui kerja sama sponsor di berbagai acara kampus dan sekolah serta komunitas sekitar. Langkah ini menjadi cara utama mereka untuk memperluas jangkauan pasar.
Tantangan terbesar bagi Imam justru datang dari pengelolaan sumber daya manusia dan operasional. Menurutnya, mengatur tim memerlukan sistem kerja yang baik agar operasional tetap berjalan lancar.
“Kalau alat rusak bisa diperbaiki, tapi kalau SDM berantakan, itu susah banget,” tuturnya.
Untuk bersaing di pasar camilan yang semakin ramai, ia menekankan pentingnya menjaga kualitas produk. Menurutnya, pasar akan lebih menerima dan loyal terhadap produk yang memiliki kualitas baik dibandingkan dengan produk yang biasa-biasa saja.
Kini, Kripik Bujangan berkembang menjadi salah satu merek camilan asal Bandung yang menonjolkan kualitas rasa dan inovasi produk. Dengan harga yang terjangkau, mulai dari Rp15.000 per bungkus, produk ini berhasil menarik minat banyak konsumen. Imam berharap usahanya bisa naik kelas menjadi perusahaan dan menembus pasar ekspor.
“Harapannya bisa naik kelas, jadi PT atau CV, bahkan ekspor ke luar negeri. Soalnya, pahlawan ekonomi negeri ini ya UMKM,” ucapnya sebagai penutup. (*)