Dalam tujuan mengapreasiasi netizen yang gemar menulis dengan etika orisinalitas, Ayobandung.id pun memberi total hadiah Rp1,5 juta setiap bulannya. (Sumber: Pexels/Lisa)

Ayo Netizen

Kilas Balik, Cerita Saya Aktif Menulis di Ayobandung

Rabu 18 Jun 2025, 15:21 WIB

Setelah membaca kabar baik dari ayobandung.id mengenai penambahan jumlah nominasi di bulan Juni, jujur ini kabar yang menggembirakan.

Bagi seorang penulis bentuk apresiasi seperti ini kebahagiannya tidak bisa dibandingkan dengan apa pun. Terlebih ketika membaca beberapa penggalan paragraf yang ditulis oleh editor seperti berikut:

Jujur sempat kaget waktu membaca kutipan di atas karena saya belum pernah mencoba teknologi itu untuk kepentingan menulis. Sejauh ini bagi saya, menulis adalah kegiatan yang tidak bisa digantikan perannya oleh AI.

Belum ada kecanggihan yang bisa mengharmonisasi tulisan sama persis seperti rasa yang dihadirkan dalam setiap paragraf oleh penulisnya. Belum ada kecanggihan yang bisa menyetarai data yang dihadirkan penulis melalui pengalamannya. Belum ada juga kecanggihan yang dapat menyeimbangi sistematis berpikir yang diciptakan Tuhan melalui otak penulisnya.

Meski teknologi AI mampu mempercepat riset, merangkum sebuah referensi serta menyusun kerangka penulisan, namun ada satu yang tidak ada yaitu “rasa”. Karena bagi saya, penulis yang hebat adalah mereka yang mampu menyampaikan rasa itu. Membuat setiap kata yang ada terasa hidup sebagai pencerita dan hadir menelesik sampai ke relung jiwa dan terejawantahkan melalui logikanya.

Baca Juga: Kini 10 Netizen Terpilih Dapat Total Hadiah Rp1,5 Juta dari Ayobandung.id setiap Bulan

Langkah menulis saya bermula dari sebuah kampus kecil yang tidak begitu terkenal, bernama STAI Muhammadiyah. Lokasinya sangat tersembunyi dibalik megahnya Rs. Muhammadiyah Bandung. Berada di lantai paling atas tertutup oleh ramainya anak-anak SD, SMP, SMA dan Mahasiswa dari sekolah kesehatan Aisiyah. Siapa sangka kampus itu sudah bisa bertranformasi menjadi sebuah kampus megah bernama Universitas Muhammadiyah Bandung. Sebuah keniscayaan yang menjadi kenyataan, mahasiswa yang hanya 2 orang ketika angkatan saya menjadi beberapa kelas yang tak terhitung lagi jumlahnya jika dihitung secara cepat.

Membuang semua mimpi ketika saya ingin menyenyam pendidikan di fakultas farmasi, namun tidak sanggup dengan biayanya yang bagi saya amatlah mahal karena berada persis dibawah biaya fakultas kedokteran. Berangkat dari sebuah keyakinan ‘suka menulis diary’ waktu kecil, saya kira ini menjadi langkah awal yang mudah. Namun ternyata jurusan yang saya masuki yaitu Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) sangat kompleks dengan dunia dakwah. Meski kegiatan menulis/ jurnalistik ada, tapi bukan menjadi spotlight dalam jurusan tersebut.

Semua kebingungan itu memuncak saat memasuki semester 6, dimana semua mahasiswa diwajibkan untuk melakukan kegiatan PKL/magang. Ditengah gempuran rekan satu kelas yang mempunyai skill berdakwah yang mumpuni, retorika komunikasi yang baik, keterbatasan fasilitas videografi/ fotografi yang diajarkan kampus karena masih menyandang prodi baru, membuat saya kehilangan arah. Satu hal yang terpikirkan bahwa saya hanya mampu menulis diary, sebuah keahlian yang paling sederhana dalam dunia kepenulisan.

Sampai akhirnya saya menemukan sebuah informasi kantor Ayo Media Network tidak jauh dari lokasi kampus saya berkuliah. Sebuah kantor yang kala itu lokasinya berdekatan dengan sebuah kampus bernama Universitas Kebangsaan. Rasa malu dan deg-degan bercampur aduk ketika menemui seorang editor untuk menyampaikan niat magang selama 30 hari di ayobandung.

Di balik insecurity, overthingking saya kala itu, ada secercah cahaya terang yang membuat rasa kepercayaan diri saya muncul.  Seorang editor menerima tulisan pertama saya meski penuh dengan catatan perbaikan, mempercayai di tengah saya pun tidak percaya dengan diri sendiri. Tapi siapa sangka hal sederhana itu bisa membuat saya bertumbuh hingga hari ini.

Selama magang di ayobandung saya mendapat banyak pengalaman berharga yang tidak bisa dibayar oleh uang sekalipun. Di hari pertama magang saya kira akan langsung ditemani oleh reporter senior di lapangan tapi nyatanya saya harus mencari bahan berita sendirian. Bagi saya yang cukup pemalu, sungkan bertanya dan memulai komunikasi kepada orang lain, tentu bukanlah hal yang mudah. Namun ternyata disinilah momen saya mendapatkan kesempatan untuk mendobrak diri.

Kini Ayobandung.id memberi total hadiah Rp1,5 juta setiap bulannya kepada 10 netizen terpilih. (Sumber: Pexels/MART PRODUCTION)

Liputan pertama saya di Ayobandung tahun 2019 adalah sebuah kuliner lontong kari ayam yang cukup terkenal di masyarakat Kebon Kopi- Gempol. Body languange yang kaku sepertinya nampak jelas di mata pedagangnya, hingga kelihatan sangat tidak nyaman dengan kehadiran saya. Jawaban yang singkat dan sedikit ketus menjadi sebuah refleksi ketidakpandaian saya dalam membangun sebuah relasi. Meski demikian saya tidak menyerah untuk menyusun informasi tersebut menjadi sebuah tulisan.

Sebagai penulis yang amatir, melihat tulisan yang ada di timeline tentu menghadirkan bahagia yang tak terkira. Sebuah kebebasan yang diberikan oleh pembimbing sekaligus editor saya, justru membuat kemampuan eksplorasi saya makin bertumbuh.

Saya mulai sedikit luwes saat meminta izin dalam melakukan kegiatan wawancara. Ketika diberikan beberapa kesempatan untuk meliput di luar jobdesk harian, menimbulkan beberapa pertanyaan: “Apakah saya pantas meliput proyek sebesar ini.

Meski pertanyaan itu terus terngiang di kepala tapi saya sangat tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan itu. Bertemu dan berbincang langsung dengan Fond Manager Kabobs, mewawancarai Puji Asmoro selaku Regional Account Manager PT. Frisian Flag ketika HUT Alfamart ke- 20 juga melakukan wawancara dengan sejumlah pemilik UMKM di Kota Cimahi. Selain kerap kali mendapat oleh-oleh produk dari pelaku UMKM, saya juga bisa melatih cara berkomunikasi.

Bervariannya manusia dari latar belakang yang berbeda, menempatkan saya untuk berbicara sesuai dengan porsinya. Selain itu saya mendapatkan inshigt mengenai bisnis, mengenal trail and error sebuah usaha dan paling bahagia ketika mendapat rasa terimakasih saat hasil wawancara sudah terbit menjadi sebuah artikel.

Baca Juga: Ketentuan Kirim Artikel ke Ayobandung.id, Total Hadiah Rp1,5 Juta per Bulan

Teruslah menulis meskipun kamu tidak menjadi nominasi. Teruslah menulis meski hanya segilintir orang yang membaca tulisamu. Teruslah menulis sekalipun tidak ada yang membaca. Teruslah menulis meski kritik kita sering dianggap angin lalu oleh pemerintah. Teruslah menulis untuk menyuarakan kondisi yang ada di lingkungan. Teruslah menulis untuk mengungkap fakta-fakta, mesti nyatanya sering dibungkam.

Teruslah menulis karena siapa tahu, tulisanmu itu akan berguna bagi orang lain ketika sudah tidak ada lagi di dunia ini. Teruslah menulis karena siapa tahu ada hak-hak orang lain yang tersampaikan lewat tulisanmu. Teruslah menulis karena siapa tahu tulisanmu bisa menjadi senjata bagi ketidakadilan dan kekejaman dunia. Mungkin bukan untuk hari ini tapi untuk masa depan. Teruslah menulis agar tulisan ini bisa menjadi pengingat untuk kamu terus menulis.

Tulisan ini saya dedikasikan terkhusus bagi pembimbing sekaligus editor ketika saya magang. Terimakasih sudah memberikan banyak ilmu dan pengalaman yang tak ternilai harganya. Terimakasih karena sudah ingat dan berkenan menyapa setelah saya kembali dari hiatus menulis di Ayobandung. Terimakasih untuk mengatakan, "Ga papa selama masih ada keinginan untuk menulis."

Di saat saya merasa tulisan saya masih kaku karena sudah lama tidak menulis. Semoga ini menjadi penyemangat bukan hanya bagi saya tapi untuk para pembaca dan penulis yang berkontribusi di ayobandung. Bagi saya Ayo bandung bukan hanya tempat untuk menulis dan menampung kreativitas tapi juga tempat bagi saya untuk terus bertumbuh sebagai manusia. (*)

Tags:
penulisAYO NETIZENAyobandung

Dias Ashari

Reporter

Aris Abdulsalam

Editor