Terlebih trend ini sudah banyak diikuti oleh publik figure yang sering kali (Sumber: Pexels Youssef Labib)

Ayo Netizen

Trend Plastic Surgery, Akankah di Masa Depan Wajah Asli Manusia Hilang?

Rabu 25 Jun 2025, 08:58 WIB

Begitulah kiranya kata- kata yang keluar ketika mengomentari seseorang yang melakukan tindakan operasi plastik atau mereka yang mendukung aksi ini.

Mungkin istilah ini, dulu hanya bisa didengar di negara seperti Korea, Thailand, Cina atau beberapa negara yang sudah memiliki pertumbuhan dokter bedah yang sangat masif.

Tapi siapa sangka ternyata kecanggihan teknologi dan informasi bisa membuka ruang-ruang untuk mengakses kehidupan di negara lain dengan cepat. Sehingga paparan informasi bisa merubah prinsip atau paradigma seseorang mengenai suatu hal yang awalnya tidak mereka yakini atau hal yang membuat tabu.

Trend Plastic Surgery, menjadi perbincangan hangat yang dibicarakan akhir-akhir ini. Hal ini tidak lepas dari semakin banyak jumlah publik figure atau influencer media sosial yang juga melakukan tindakan bedah plastik terhadap bagian tubuh untuk kebutuhan estetika semata.

Meski pada awalnya beberapa publik figure berkilah bahwa tindakan bedah plastik itu dilakukan semata-mata karena suatu penyakit seperti sinusitis. Sinusitis sendiri merupakan peradangan pada jaringan yang melapisi sinus di sekitar area rongga hidung.

Meski tindakan rhinoplasty bisa dapat membantu masalah sinus yang ada kaitannya dengan hubungan struktural pada hidung, seperti penyumbatan karena kelainan konstruksi hidung. Namun sebetulnya tindakan rhinoplasty sendiri bukanlah rekomendasi pengobatan lini pertama pada sinusitis. Adapun jika kondisi sinus memang parah , tindakan yang paling tepat adalah operasi khusus sinus yaitu FESS.

Berdasarkan penelitian yang oleh Tri Yunita , dkk , berjudul " Studi Komparasi Prosedur Rinoplasti Dari Aspek Bedah dan Non- Bedah : Efektifitas dan Komplikasi" menyajikan data sebanyak 852.000 prosedur Rinoplasti bedah dilakukan pada tahun 2020 dan mengalami peningkatan sebesar 3.7 % dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara tindakan Rinoplasti non bedah berada pada posisi kedua tertinggi pada segmen Non- bedah yaitu 4.050.000 kasus pada tahun yang sama. Data ini semakin meningkat sejalur dengan banyaknya permintaan khususnya perempuan yang ingin tampil cantik sesuai dengan standar yang ditampilkan di media.

Pertumbuhan yang tinggi akan permintaan tersebutlah yang membuka celah bagi oknum yang bertindak nakal memanfaatkan kesempatan ini atau biasanya disebut dengan malpraktik. Banyak kasus klinik kecantikan ilegal yang berpraktik tanpa SIP (Surat Izin Praktik), bahkan mirisnya yang melakukan tindak bedah tersebut tidak memiliki pendidikan dokter sama sekali. Kasus di Indonesia sendiri pernah ditemukan sarjana lulusan perikanan yang membuka praktek bedah plastik yang mengakibatkan kegagalan pada pasiennya.

Sementara pada tahun 2020 di Cina juga pernah ada kasus serupa mengenai kegagalan bedah plastik yang terjadi pada seorang artis sekaligus penyanyi bernama Gao Liu. Kasus yang pernah diliput oleh BBC News Indonesia dengan judul "Saya sudah 100 kali operasi dan tidak akan berhenti'- Di balik tren operasi plastik di Cina" dan dipublikasikan melalui akun YouTube ini memberikan fakta yang sangat mengejutkan.

Sebuah pemikiran bahwa artis yang cantik dan fotogenik harus selalu terlihat sempurna dari berbagai sudut pandang kamera membuat dirinya selalu menetapkan standar yang tinggi perihal kecantikan. Operasi bedak plastik mengakibatkan jaringan ujung hidungnya mati dan mengalami pembusukan.

Beberapa contoh kegagalan Operasi Plastik (Sumber: Jurnal Poltekkes Kendari)

Naasnya meskipun Liu sudah melaporkan dan pihak kepolisian serta dinas setempat sudah menutup izin operasional. Namun setelah enam kali mendapat denda bukannya jera tapi klinik beroperasi kembali dan dokter yang bersangkutan dirumorkan masih melakukan praktiknya. Beruntungnya Liu bisa menemukan dokter yang memiliki kualifikasi di bidangnya yang dapat memperbaiki kondisi wajahnya meski sebagian jaringan hidungnya harus terbuang.

Chengdu, kota di barat daya Cina dikenal dengan panda dan makanan pedasnya. Pada 2017, pemerintah di Cina meloloskan rencana pengembangan Chengdu untuk menjadi ibu kota bedah kosmetik. Namun hal ini menjadikan modus baru dari klinik abal-abal yang bermunculan di kota ini. Klinik tersebut merekrut karyawan untuk melakukan pekerjaan seperti menulis review baik di postingan bedah plastik, menawarkan orang-orang yang tidak tertarik untuk melakukan bedah plastik.

Bahkan menjebak karyawannya sendiri untuk melakukan bedah plastik dengan cara mengajukan kredit. Sebuah fakta yang ditampilkan oleh BBC ini sangat mengerikan. Tren yang bukan hanya menghancurkan standar kecantikan wanita di setiap negara tapi juga menjerat korbannya untuk terlilit hutang.

Hari ini trend ini sudah merambah ke Indonesia. Bahkan mulai diminati banyak kalangan, ketika keberhasilan dari publik figure yang menunjukan kecantikan dan kesempurnaannya di media sosial, membuat sejumlah kalangan dari masyarakat biasa mulai berlomba-lomba melakukan hal yang sama.

Baca Juga: Kini 10 Netizen Terpilih Dapat Total Hadiah Rp1,5 Juta dari Ayobandung.id setiap Bulan

Perempuan kadang lupa beberapa yang ditampilkan di media sosial bisa jadi sebagiannya disempurnakan oleh editan. Bahkan meski sudah ada contoh yang gagal, mereka tetap berspekulasi bahwasannya standar kecantikan yang mereka harapkan tetap bisa terwujud dengan memilih dokter yang tepat dan kredibel.

Standar kecantikan di media memang sudah meracuni pola pikir perempuan di banyak negara. Perempuan yang tidak hanya selalu menjadi objektivitas seksual tapi juga seringkali juga menjadi target para produsen industri kecantikan. Bagaimana media memvisualisasikan kecantikan yang tidak masuk akal.

Kecantikan yang didapatkan dari tindakan operasi yang menyakitkan. Kecantikan yang didapatkan dari kehilangan sejumlah uang yang tidak tertakar. Membuat semua perempuan hampir kehilangan akal untuk mendapat tempat di mata semua yang memandang dengan julukan 'kamu cantik'.

Jika trend ini terus berlangsung tanpa adanya tindakan yang tegas dari pemerintahan setempat perihal regulasi pendirian klinik bedah. Maka sepertinya trend ini akan terus bertambah sampai waktu yang tidak diketahui. Mungkin di masa depan prosedur bedah plastik ini akan menjadi budaya yang akan diwariskan kepada keturunan dan dianggap sebagai suatu hal yang normal.

Melalui trend ini menimbulkan sebuah pertanyaan, Apakah di masa depan wajah- wajah oriental akan sulit untuk ditemukan? Mungkin jawaban sementara yaitu bisa dilihat 10-20 tahun mendatang.

Akankah suatu hari wajah oriental akan menjadi hal unik dan langka untuk ditemui atau hidup kembali sebagai kesadaran seorang manusia yang kembali kepada fitrahnya untuk tidak mengubah sesuatu yang sudah menjadi Ciptaan-Nya.

Perempuan, kamu cantik dengan apa yang sudah di anugerah Tuhan melalui wajahmu. Rawatlah sebagai bentuk rasa syukur karena kamu sudah diciptakan, tentu dengan cara yang baik dan ahsan. (*)

Tags:
bedah plastikplastic surgeryoperasi plastik

Dias Ashari

Reporter

Aris Abdulsalam

Editor