Sekarang muncul 'peluang bisnis' haram lewat jurnal predator yang ibarat calo di dunia ilmiah. Bayar, dan artikelmu pasti tayang. (Sumber: Pexels/Polina Zimmerman)

Ayo Netizen

Peneliti dan Mode Kejar Setoran

Selasa 22 Jul 2025, 10:37 WIB

Riset di kampus-kampus kita sedang tidak baik-baik aja, dan ini masalah serius yang perlu kita perhatikan lebih dalam.

Data dari Research Integrity Index (RI²) menyebutkan 13 kampus kita punya integritas riset yang dipertanyakan.

Lima kampus besar kayak BINUS, UNAIR, USU, UNHAS, dan UNS bahkan dikasih tag 'Red Flag'. Ini bukan hal biasa, ini pertanda bahaya yang menunjukkan ada masalah serius di baliknya.

Masalahnya bukan cuma soal angka atau nama kampus, tapi soal dampaknya ke kualitas pendidikan dan kepercayaan masyarakat terhadap dunia akademik.

Mode Kejar Setoran

Ruang akademik kita sedang terjebak di 'mode kejar setoran'. Yang penting bukan kualitas riset, tapi kuantitas. Semua demi satu hal, apalagi kalau bukan naik pangkat.

Dosen dan peneliti dipaksa untuk terus memproduksi publikasi, bukan karena ada masalah nyata yang perlu dipecahkan atau kontribusi signifikan yang ingin diberikan, tapi karena ada target administrasi yang harus dipenuhi.

Ini menciptakan tekanan yang luar biasa, dan di sinilah masalahnya mulai membesar.

Filsuf anarkis Mikhail Bakunin udah 'ngeramal' soal ini puluhan tahun lalu. Dia bilang kaum cendekiawan cenderung terjebak di 'penjara ide', sibuk sama dunianya sendiri, dan lupa sama masalah orang banyak di luar sana.

Ruang akademik kita sedang terjebak di 'mode kejar setoran'. (Sumber: Pexels/cottonbro studio)

'Penjara' yang dimaksud Bakunin ini, kalau di kita, persis seperti sistem 'publish or perish' yang sedang berlangsung. Dosen dan peneliti jadi lebih fokus ke sana untuk memenuhi kewajiban administratif daripada benar-benar melakukan riset yang berdampak atau menjawab kebutuhan masyarakat.

Dari situ muncullah 'peluang bisnis' haram lewat jurnal predator yang ibarat calo di dunia ilmiah. Bayar, dan artikelmu pasti tayang.

Tidak perlu riset bagus, tak perlu review ketat. Akibatnya, 'sampah' ilmiah makin banyak, dan kepercayaan publik ke riset makin anjlok. Para akademisi jadi makin jauh dari masyarakat, persis seperti yang disebutkan Bakunin.

Agaknya para Peneliti ini juga sadar ada masalah dan perlu perbaikan. Tapi kalau cuma ngomong doang ya percuma.

Sistemnya harus dirombak total biar riset di kampus kita tak cuma jadi ritual kosong pelengkap administrasi. Kita butuh riset yang berawal dari permasalahan dan bermuara pada muara penuh solusi.

Saatnya bebasin para peneliti kita dari 'penjara' birokrasi ini, biar mereka bisa fokus berkarya untuk kita semua.

Kalau tidak, riset di kampus cuma bakal jadi sekedar kegiatan formalitas belaka, kehilangan esensi sebenarnya dari penelitian yaitu memecahkan masalah, memberi kontribusi, dan memajukan masyarakat. (*)

Tags:
calo di dunia ilmiahjurnal predatorpeneliti

Muh. Alief Aminullah

Reporter

Aris Abdulsalam

Editor