Petani menggarap lahan pertaniannya di kawasan Cimenyan, Kabupaten Bandung. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Irfan Al-Faritsi)

Beranda

Kisah Salah Tata Kelola Cimenyan yang Semakin Kronis

Senin 05 Mei 2025, 17:08 WIB

AYOBANDUNG.ID  - Udara sejuk, lereng hijau, dan pemandangan mata lepas menjadi daya tarik utama Kecamatan Cimenyan di Kabupaten Bandung. Namun di balik keindahannya, tersimpan ancaman besar yang mengintai: kerusakan lingkungan akibat salah tata kelola lahan yang kian kronis.

Di lereng-lereng bukit Cimenyan yang curam, petani terlihat sibuk merawat tanaman hortikultura. Daun bawang, wortel, kentang, dan tomat berjajar rapi, menutupi hamparan tanah yang dulu rimbun oleh pepohonan keras. Mereka bekerja dengan tenang, meski tanah yang mereka injak makin rawan longsor.

“Sudah biasa, jadi tidak takut,” ucap Elah, buruh tani di Desa Mekarmanik, Rabu 9 April 2025. Ia paham betul risiko tanah longsor, apalagi saat hujan deras tiba. Namun, pilihan lain untuk mencari penghidupan hampir tak tersedia.

Sayangnya, apa yang dianggap sebagai penghidupan bagi sebagian warga, kini menjadi malapetaka bagi yang lain. Di bawah bukit-bukit itu, Kota Bandung kini kerap diterjang banjir bandang yang membawa lumpur dari hulu sungai seperti Cikapundung. Air mengalir deras, membawa serta tanah dari perbukitan gundul Cimenyan.

Lahan pertanian di kawasan Cimenyan, Kabupaten Bandung. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Irfan Al-Faritsi)

Lereng-lereng dengan kemiringan 30 hingga 50 derajat yang dulu menjadi pelindung alami Bandung, kini berubah fungsi. Tak hanya pertanian, bisnis properti pun turut membelah kawasan. Vila-vila dan perumahan elite menjamur, berdiri megah di atas lahan yang seharusnya menjadi kawasan resapan air.

“Itu yang baru digarap untuk perumahan,” ujar Herdi, warga Ciburial, sambil menunjuk lahan yang sedang diratakan. Di belakangnya, bekas longsoran besar tampak menganga, nyaris menantang hukum alam.

Cimenyan yang dahulu dikenal sebagai paru-paru Bandung, kini berubah menjadi mosaik pertanian intensif dan pemukiman mewah. Hamparan hijau bukan lagi hutan, melainkan ladang dan taman dari vila-vila yang menyuguhkan pemandangan eksklusif tanpa pohon peneduh.

Kecamatan Cimenyan, 24 Mei 2007. (Foto: Google Earth)
Kecamatan Cimenyan, 18 Oktober 2024. (Foto: Google Earth)

Direktur Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI), Wahyudin Iwang, menyebut kondisi Cikawari di Kecamatan Mekarmanik- satu dari sembilan desa di Kecematan Cimenyan - sudah rusak hingga 65 persen. “Resapan air sangat kurang. Makanya setiap hujan, bagian hilirnya diterjang bencana,” jelasnya.

Kawasan Bandung Utara (KBU), termasuk Cimenyan, sebenarnya ditetapkan sebagai kawasan strategis, penyangga ekosistem dan penyelamat cekungan Bandung. Namun saat ini, peran itu hampir hilang. Hutan menyusut, dan risiko bencana meningkat.

Ketua Komisi C DPRD Kabupaten Bandung, Tarya Witarsa, menilai tata kelola pertanian hortikultura di lereng bukit adalah penyebab utama kerusakan lingkungan. Perkembangan pariwisata pun memperparah, walau tak bisa dinafikan kontribusinya terhadap ekonomi lokal.

“Ini seperti dua mata pisau,” ujar Tarya. Di satu sisi, pertanian dan pariwisata jadi tulang punggung masyarakat. Di sisi lain, jika tak dikendalikan, bisa jadi sumber bencana bagi seluruh kawasan cekungan Bandung.

Pemerintah daerah didorong untuk mengambil langkah komprehensif. Edukasi kepada petani, analisis risiko bencana, hingga pembatasan pengembangan lahan disebut-sebut sebagai upaya mitigasi yang mendesak dilakukan.

Tarya menegaskan, pendekatan terhadap masalah ini tak bisa sepotong-sepotong. Dibutuhkan kolaborasi lintas sektor, dari BPBD, BMKG, hingga organisasi masyarakat sipil. “Jika dibiarkan, kerugian akan lebih besar,” katanya.

Pemandangan sebagian Kota Bandung kawasan selatan dan timur dari Cimenyan. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Kavin Faza)

Di lapangan, tanda-tanda bahaya sudah terlihat jelas. Longsoran di Wiwitan Hilir, banjir bandang di Kota Bandung, dan kerusakan kawasan Cimenyan menjadi alarm keras akan bencana ekologis yang sedang berlangsung.

Sayangnya, hingga kini, belum tampak upaya penertiban massif dari pemerintah. Petani tetap menanam di lereng curam, vila terus dibangun, dan saat hujan, air menggerus sekaligus unsur hara dan lumpur ke bawah kota.

Cimenyan adalah contoh nyata bagaimana kepentingan ekonomi jangka pendek bisa membawa malapetaka ekologis jangka panjang. Jika tidak segera ditangani secara bersama-sama, bukan hanya bukit yang semakin gundul, tetapi masa depan lingkungan dan kehidupan di Bandung Raya pun bisa ikut lumpuh.

Jika Anda memiliki informasi lainnya terkait tata kelola lahan di Kecamatan Cimenyan, sampaikan kepada kami melalui redaksi@ayobandung.id

Tags:
CimenyanKBUTata kelola lahan

Mildan Abdalloh

Reporter

Andres Fatubun

Editor