AYOBANDUNG.ID - Gunung Patuha, yang jadi rumah bagi Kawah Putih, menyambut siapa saja dengan dingin yang tak main-main. Kabutnya seringkali lebih tebal dari logika, dan cuacanya lebih cepat berubah ketimbang mood manusia. Pada Sabtu sore, 5 Juli 2025, sekitar pukul setengah empat sore, seorang pengunjung dari Ciparay dilaporkan tidak selamat dalam pendakiannya.
Kabar itu berembus lirih. Informasi awal menyebutkan korban meninggal sekitar pukul 15.30 WIB. Tak banyak yang tahu detilnya. Bahkan pihak pengelola pun memilih bungkam. “Bisa dikonfirmasi kepada kepolisian,” kata Site Manajer Kawah Putih, Budi Kamal, ketika dihubungi Ayobandung pada Minggu, 6 Juli 2025.
pihak kepolisian belum memberikan tanggapan resmi. Kapolresta Bandung Kombes Pol Aldi Subartono tak merespons pesan yang dikirim wartawan. Tak ada siaran pers mengenai korban asal Ciparay. Yang muncul justru pernyataan soal evakuasi pendaki lain dari Subang yang mengalami hipotermia di lokasi yang sama.
Sumber internal dari Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Oto Iskandar Di Nata (Otista) di Soreang membenarkan ada jenazah yang dibawa dari kawasan Kawah Putih ke rumah sakit mereka. “Iya, ada jenazah yang dibawa ke Otista dari Kawah Putih,” ujar petugas tersebut singkat. Itu menjadi satu-satunya konfirmasi yang membenarkan bahwa kematian benar-benar terjadi di kawasan wisata yang terkenal dengan kabut dan bau belerangnya itu.
Cuaca buruk bukan hal baru di kawasan Patuha. Pendaki hipotermia itu datang bersama rombongan, memarkir kendaraan di Sindangreret, lalu membeli tiket masuk untuk mendaki ke kawasan Sunan Ibu. Jalur Sindangreret ini sebenarnya bukan jalur resmi, tapi tetap saja dilewati.
“Pengunjung tersebut memarkir kendaraan di Sindangreret dan membeli tiket pendakian ke kawah sunan ibu di sana,” ujar Budi Kamal. Menurutnya, pengunjung itu sempat ditangani oleh petugas Kawah Putih sebelum dievakuasi. “Kami mendapat informasi kalau ada pengunjung yang mengalami hypothermia. Kami lakukan penanganan awal dan berkoordinasi dengan Polsek.”
Budi juga menambahkan bahwa pengelola sebenarnya tidak bekerjasama dengan pihak di Sindangreret untuk membuka jalur pendakian. Tapi karena banyak yang tetap naik dari sana, mereka memilih menarik tiket masuk di titik akhir agar tetap bisa memberi perlindungan asuransi.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bandung, Wawan A. Ridwan, mengaku sudah sering mengingatkan agar pendakian tidak dilakukan saat cuaca ekstrem. “Cuaca sedang ekstrem, tapi katanya masih ada wisatawan yang nekat mendaki dan tidak mengindahkan imbauan,” katanya.
Hal apa yang membuat orang tetap naik saat bahaya mengintai? Bisa jadi karena ingin menikmati sisi lain Kawah Putih yang tak tercetak dalam brosur. Tapi seperti yang terjadi Sabtu sore itu, sisi lain itu bisa saja jadi yang terakhir terlihat oleh mata.