AYOBANDUNG.ID -- Yayang merupakan perajin ukiran dari Kampung Bunisakti, Desa Wargaluyu, Kecamatan Arjasari, Kabupaten Bandung. Pria berambut cepak itu tetap konsisten dengan ukiran khas bernuansa tradisional Sunda.
Ketertarikan Yayang terhadap seni, khususnya ukiran, membawanya menempuh perjalanan belajar hingga ke Subang. Kecermatannya terhadap peluang usaha muncul saat melihat kampungnya dikenal sebagai tempat ziarah karena keberadaan situs keramat Eyang Bunisakti.
Namun sayangnya, Kampung Bunisakti belum memiliki cenderamata khas yang bisa menjadi simbol identitas daerah. “Saya melihat banyak yang datang berziarah ke sini, tapi pulang tanpa membawa apapun sebagai kenang-kenangan. Dari situ muncul ide untuk menciptakan karya ukir yang bisa jadi ikon,” ujar Yayang.
Setelah melalui proses belajar yang tidak singkat, kini Yayang mampu menciptakan berbagai karya ukiran bernilai tinggi seperti sarung golok, tombak, dan kujang hias. Motif naga dan harimau mendominasi karya-karyanya, dua simbol yang menurutnya merepresentasikan kekuatan dan keberanian.
Teknik finishing menggunakan solder membuat ukiran Yayang memiliki ciri khas. Teknik ini menciptakan garis-garis kontras menyerupai bayangan dan memberikan kedalaman visual, semacam goresan kuas dalam lukisan kayu. Metode ini jarang ditemukan di daerah lain dan menjadi ciri khas utama produknya.
Meski hanya mengandalkan media sosial seperti Facebook untuk promosi, karya Yayang telah dikenal hingga luar Jawa. Ia menamai akun Facebook-nya 'Bunisakti Bunisakti' sebagai bentuk dedikasi pada tanah kelahirannya.
“Saya belum masuk marketplace besar karena kendala modal, tapi dari Facebook pun sudah bisa kirim ke Bali, Kalimantan, sampai Sukabumi,” katanya.
Pelanggan yang Spesifik dan Unik
Salah satu segmen pasar unik yang ia layani adalah permintaan dari 'orang pintar' atau praktisi spiritual. Menurut Yayang, mereka kerap meminta proses pembuatan dilakukan pada waktu-waktu tertentu dan dengan bahan yang dianggap ‘bersih’ secara spiritual.
Harga produknya bervariasi, mulai dari Rp100 ribu hingga Rp1 juta, tergantung pada detail dan tingkat kesulitan pengerjaan.
Sebelum rutin bekerja sama dengan perajin bilah dari Sukabumi, Yayang sempat menempa senjata sendiri. Namun karena keterbatasan alat, terutama paron yang menimbulkan suara keras saat dipukul, ia akhirnya memilih untuk fokus pada bagian ukiran sarung dan gagang.
“Saya pernah coba tempa sendiri, tapi karena paronnya belum mumpuni, prosesnya kurang nyaman dan berisik. Sekarang beli bilahnya saja dari Sukabumi,” ujarnya.
Meski tak berasal dari keluarga seniman, Yayang adalah keturunan juru kunci situs keramat Eyang Bunisakti. Ia mengaku terdorong untuk berkontribusi menjaga warisan leluhur, meskipun dengan cara yang berbeda, yaitu lewat seni.
Situs Semah Dalem Eyang Bunisakti yang berada di kampungnya diyakini sebagai tempat bersemayam tokoh spiritual besar di masa lampau.
Menurut cerita keluarga, leluhur Yayang bernama Aki Juhamad, yang konon tidak memiliki pusar, menemukan situs tersebut saat bertirakat dan kemudian membabat hutan di sekitarnya untuk membangun pemukiman yang kini menjadi Kampung Bunisakti.
“Bukan soal seni atau bukan, ini soal rasa memiliki terhadap kampung sendiri,” tutup Yayang.
Link Belanja Produk Serupa