Villa Isola di Universitas Pendidikan Indonesia, Kota Bandung. (Sumber: Pemkot Bandung)

Ayo Netizen

Catatan Reuni Angkatan 95 Pendidikan Ekonomi IKIP Bandung

Rabu 24 Sep 2025, 20:49 WIB

Minggu, 21 September 2025. Sinar matahari semakin membakar kulit saat penulis tiba di lokasi reuni ke-30 angkatan 95 Pendidikan Ekonomi (Pekon), IKIP Bandung, di Galeri Soeyono, Jalan Raya Tangkuban Parahu, Lembang. Beberapa rekan penulis terlihat memarkirkan kendaraannya. Dan acara reuni pun spontan dimulai di lahan parkir.

Di bawah sengatan matahari dan hembusan angin Lembang nan sejuk kami melepas rindu setelah hampir dua puluh lima tahun tidak bertatap muka. Rata-rata angkatan 95 lulus di akhir abad sembilan belas.

Angkatan 95, lengkapnya angkatan tahun 1995 Jurusan Pekon, IKIP Bandung terbilang unik. Pada saat Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN) tahun 1995, IKIP Bandung pertama kali memperkenalkan nama Jurusan Pekon di Fakultas Ilmu Pendidikan Sosial (FPIPS).

Sebelumnya, jurusan ini bernama Jurusan Pendidikan Dunia Usaha (PDU). Untuk program studinya tetap sama yaitu Program Pendidikan Akuntansi, Pendidikan Manajemen Bisnis, Pendidikan Manajemen Perkantoran, dan Pendidikan Ekonomi dan Koperasi. Dalam buku panduan UMPTN 1995, Jurusan Pekon/PDU termasuk salah satu jurusan yang paling diminati sedangkan daya tampung mahasiswa baru hanya tersedia 120 kuota.

Beberapa rekan angkatan 95 Jurusan Pekon mengkonfirmasi masalah ini ke jurusan hingga fakultas. Bahkan ada yang inisiatif menulis di surat pembaca koran Pikiran Rakyat.

Perjuangan membuahkan hasil, meski di dalam ijazah tercetak Jurusan PDU, Pembantu Rektor I, Prof. Dr. H. S. Hamid Hasan, M.A atas nama rektor IKIP yang pada saat itu sudah menjadi Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) mengeluarkan Surat Keterangan Nomor 5992/K04/PP.03.01/2000 yang menyatakan bahwa Jurusan PDU adalah sama dengan Jurusan Pekon.

Angkatan 95 atau angkatan pertama Jurusan Pekon saat pertama masuk kuliah tercatat sebagai mahasiswa IKIP Bandung. Namun pada saat lulus nama IKIP Bandung telah berganti menjadi UPI sehingga pada saat acara wisuda muncul guyonan bahwa UPI itu singkatan dari Universitas Padahal IKIP.

Hal ini pula yang memicu angkatan 95 Pekon bersikeras mempertanyakan mengapa di dalam ijazahnya masih tercatat Jurusan PDU bukan Pekon sedangkan pada saat lulus menggunakan logo UPI.

Lulusan angkatan 95 Pekon seolah ingin menegaskan, mengapa logo IKIP bisa berubah menjadi UPI sedang Jurusan Pekon yang sudah menggantikan Jurusan PDU tidak berubah. Padahal saat pertama kali tercatat sebagai mahasiswa sudah tercatat sebagai mahasiswa Jurusan Pekon bukan PDU.

Kembali ke reuni. Reuni diadakan di Galeri Soeyono di Kompleks Panorama Indah, Jalan Raya Tangkuban Parahu No C-31 Lembang, Kabupaten Bandung Barat yang di dalamnya menyuguhkan deretan mobil klasik, motor klasik, dan barang-barang antik lainnya. Suasana di dalam restoran dan kafe mengajak, melanglang memasuki ruang waktu 30 tahun ke belakang.

Pertengahan tahun 1995, Kota Bandung terutama di Jalan Setiabudhi, kampus UPI tidak seramai sekarang. Alat transportasi yang digunakan mahasiswa menuju kampus banyak menggunakan kendaraan umum yaitu angkutan kota dan bus kota atau damri. Mahasiswa yang menggunakan kendaraan pribadi, baik mobil maupun sepeda motor dapat dihitung dengan jari.

Gerbang kampus berdiri tegak di sebelah utara, di depan Griya Seni Popo Iskandar sekarang. Sehingga kalau pagi, siang atau sore hari saat mahasiswa bubar kuliah, jalan di depan gerbang kampus sangat ramai. Angkutan kota yang ke arah Lembang atau Kota Bandung akan disesaki mahasiswa yang baru menyelesaikan perkuliahan.

Suasana kampus sangat sejuk karena rimbunnya pepohonan yang berdiri di antara gedung-gedung perkuliahan. Setiap pagi, terutama saat musim kemarau udara pagi akan terasa sangat dingin sekali. Terdapat pemandangan yang memanjakan mata di belakang kampus.

Pesona Gunung Tangkuban Parahu nan cantik dapat dipandang sepuas-puasnya dari pinggir lapangan sepak bola yang tidak terawat. Bergeser sedikit ke arah selatan, Gedung JICA UPI sekarang, pemandangan Kota Bandung dapat dilihat dengan jelas dari atas lapang sepak bola yang kedua.

Gedung Program Studi Pendidikan Ekonomi Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). (Sumber: fpeb.upi.edu)

Tahun 1995, di sekeliling kampus UPI seperti Negla, Sersan Bajuri, Ledeng, Cipaku, Panorama/Jalan Kapten Abdul Hamid, dan Jalan Gegerkalong Girang banyak kos-kosan mahasiswa sederhana. Rumah-rumah penduduk di sekitar UPI memanfaatkan rumah tinggal untuk ditempati mahasiswa IKIP Bandung yang datang dari luar kota. Bahkan tidak sedikit penduduk yang mulai membuat kamar-kamar kos khusus buat mahasiswa dari luar kota.

Jalan Gegerkalong Girang tiga puluh tahun lalu tidak seramai sekarang. Jarak antar warung agak berjauhan. Menjelang sore hingga malam, di ujung jalan, samping gedung FPTK ramai disesaki pedagang-pedagang kuliner yang harganya relatif terjangkau bagi mahasiswa.

Salah satu alat transportasi yang paling terkenal di ujung Jalan Gegerkalong Girang adalah keor, demikian orang-orang menyebutnya. Keor ini kendaraan sejenis angkutan kota, ukurannya lebih kecil dari angkot. Keor bisa memuat delapan penumpang bila dipaksakan. Bahkan tidak jarang penumpang yang sengaja berdiri di pintu agar bisa terangkut.

Jalannya pelan dan jarak tempuhnya pun terbatas hanya dari ujung Jalan Gegerkalong Girang sampai Kompleks Perumahan Angkatan Darat (KPAD) Gegerkalong. Bagi orang-orang yang malas berjalan kaki, keor adalah pilihan utama setelah turun dari angkot di Jalan Setiabudhi. Ongkosnya pun relatif murah hanya seratus rupiah.

Reuni yang mengambil tema In Harmony Never Ending Story, dihadiri mantan ketua angkatan 95 dan ketua umum hima Pekon 1997-1998 yaitu Cecep Ridwan dan Elfin Permana. Dalam kesempatan ini keduanya mengajak agar menjaga silaturahmi di antara alumnus angkatan 95 Pekon. Menurut Cecep Ridwan, yang juga bertindak selaku ketua pelaksana kegiatan, reuni ini tidak hanya menjadi ajang bertatap muka, mengenang masa lalu, dan bergembira saja.

Beliau mengharapkan acara reuni ini bisa dijadikan sebagai alat diskusi, berbagi informasi, dan mempererat tali persaudaraan antar alumnus sekaligus mendoakan rekan-rekan yang telah mendahului. Ketua angkatan 95 Pekon ini juga mengharapkan agar reuni mendatang dihadiri peserta melebihi hari ini. Sebab yang datang ke reuni hari ini hanya sekitar 33 persen dari seluruh angkatan 95 Pekon.

Meskipun peserta yang datang hanya sekitar 33% tidak sedikit yang datang dari luar kota. Mereka sengaja datang karena sudah hampir tiga puluh tahun tidak bertatap muka. Walaupun sering berinteraksi di berbagai media sosial, rasanya lebih sempurna jika langsung bertatap muka. Terbukti ketika bertemu langsung keramaian langsung pecah seketika padahal acara belum dimulai.

Baca Juga: Perlu Terobosan Kebijakan, Bagaimana Mengukuhkan Bandung sebagai Kota Talenta?

Tidak semua alumnus Jurusan Pekon 95 yang sejatinya dididik untuk menjadi calon-calon tenaga pendidik di tanah air itu menjadi guru. Dari sejumlah peserta yang hadir tidak hanya tenaga pengajar yang mengajar di sekolah-sekolah di seputar Jawa Barat. Ada yang menjadi pengusaha, akunting, marketing, motivator, IT, bahkan penulis.

Ini membuktikan bahwa meski mempunyai latar belakang pendidikan sebagai calon pendidik namun bisa berkiprah di luar dunia kependidikan.

Acara reuni angkatan 95 Jurusan Pekon IKIP Bandung ditutup dengan menyanyikan lagu Sampai Jumpa milik Endank Soekamti dan Kemesraan milik Iwan Fals bersama-sama. Matahari mulai bergeser ke barat saat keluar dari Galeri Soeyono.

Beberapa rekan terlihat masih melepas kangen seakan enggan berpisah. Ada air mata bahagia dan sedih yang menjadi satu. Pesan persaudaraan jelas tergurat di wajah masing-masing. Semoga persaudaraan dan persahabatan ini abadi seperti Gunung Tangkuban Parahu yang setia menjaga kawasan Bandung Utara. (*)

Tags:
IKIP BandungPendidikan EkonomiReuni Angkatan 95

Eli Rusli

Reporter

Aris Abdulsalam

Editor