Para anak muda yang gemar mendaki gunung di Bandung. (Sumber: Dok. pribadi | Foto: Mila Aulia)

Ayo Netizen

Mendaki Jadi Tren Anak Muda Bandung

Rabu 17 Des 2025, 16:06 WIB

Di Bandung, gaya hidup anak muda terus berubah mengikuti arus zaman. Jika dulu akhir pekan identik dengan nongkrong di kafe atau keliling kota pakai motor, kini banyak mahasiswa dan pekerja muda yang memilih satu aktivitas berbeda seperti mendaki gunung. Bagi mereka, mendaki bukan lagi sekadar hobi, tetapi cara baru untuk merawat kesehatan mental, menemukan komunitas, dan merasakan jeda dari rutinitas digital yang semakin melelahkan.

Gina Sonia, salah satu pendaki muda dari komunitas Bandung, menyebutkan bahwa tren ini muncul karena alam dianggap memberi ruang yang tidak ditemukan di kota. Di kalangan pendaki Bandung, mendaki sering jadi pelarian setelah penat kuliah atau bekerja. Healing adalah alasan paling umum, diikuti dorongan adrenalin saat harus melewati batu besar, jalur licin, atau cuaca tak terduga. Namun ada faktor lain yang memperkuat tren ini yaitu komunitas. Banyak anak muda Bandung merasa perjalanan terasa lebih ringan karena ditemani partner muncak yang solid. Pendakian jadi ruang untuk saling mengenal karakter masing-masing.

“Ketemu orang-orang seru, suasananya beda. Pulang dari situ langsung mikir, ‘habis ini gunung mana lagi ya?” katanya.

Selain itu, akses menuju gunung-gunung di sekitar Bandung seperti Sangar, Manglayang, dan Burangrang yang relatif dekat, sehingga membuat aktivitas ini semakin diminati. Komunitas pendakian yang makin banyak bermunculan juga membuat anak muda merasa lebih aman dan terarah ketika mulai mencoba.

Bagi banyak pendaki muda, gaya hidup outdoor ini tidak hanya soal menaklukkan puncak, tetapi tentang memaknai perjalanan. Gina menambahkan bahwa pendakian mengajarkan disiplin, kerja sama, dan kesadaran diri.  Tren ini juga membawa perubahan gaya hidup. Banyak pendaki muda mengaku jadi lebih kuat secara fisik, lebih tenang secara mental, dan lebih peduli pada hubungan sosial. Tapi perubahan terbesar justru terkait lingkungan. Setelah terbiasa melihat jalur yang kotor, pendaki Bandung makin sensitif terhadap isu sampah.

“Alam udah ngasih banyak. Masa dibalas dengan buang sampah sembarangan?” katanya.

Tren mendaki ini akhirnya bukan hanya soal naik-turun gunung, melainkan cara hidup yang lebih sadar, lebih peduli, dan lebih terkoneksi dengan alam maupun sesama. Di tengah rutinitas kota yang padat, anak muda Bandung menemukan ruang baru untuk bernapas dan rupanya, mereka menemukannya di atas ketinggian. (*)

Tags:
mendaki gunungtren anak muda Bandung

Mila Aulia

Reporter

Aris Abdulsalam

Editor