Tiga pebalap Bandung yakni Grashuis, Tjetjep, dan Bartels naik podium seusai melakoni balapan kelas 250 cc A yang berlangsung 12 putaran. Tjetjep yang berdiri di tengah menjadi juara dalam kelas tersebut. (Foto: Aneka) (Sumber: Aneka | Foto: Aneka)

Ayo Netizen

Tjetjep Heryana, Jago Balap Bandung Jadi Raja Sirkuit Cililitan 1957

Selasa 01 Jul 2025, 08:56 WIB

Tjetjep Heryana meninggal dunia. Mantan pebalap jempolan yang pernah mengharumkan nama Bandung itu kabarnya wafat dalam usia 86 tahun di kediamannya di Cimahi, Jawa Barat, pada 25 Juni 2025 lalu.

Sayangnya tak banyak media memberitakan mengenai Tjetjep yang meninggal. Padahal, ia adalah sosok yang ikut mencatatkan sejarah olahraga otomotif di Indonesia.

Pada 1950-an, nama Tjetjep memang kerap menghiasi media cetak karena sepak terjang dan prestasinya. Terutama pada 1957, ketika usianya masih 18 tahun. Kendati terbilang masih hijau pada usia tersebut ia sukses menjadi juara balap motor level nasional.

Tjetjep yang memiliki nama lahir Ew Jong Kwan Tek tersebut tampil gemilang dalam seri 1 dan 2 ajang balap motor yang berlangsung di Cililitan, Jakarta, pada 1957. Saat itu, Lapangan Udara Halim Perdanakusuma dipilih menjadi arena sirkuit balapannya.

Orang-orang peminat olahraga otomotif lantas menyerbu dan menyemut Lanud yang letaknya di tenggara dari pusat ibu kota.

Mengutip dari artikel Aneka berjudul “Balap Motor di Tjililitan” edisi 20 Juni 1957, s eri 1 diadakan pada 9 dan 10 Juni di tengah cuaca Jakarta yang panas. Jago-jago balap dari berbagai penjuru hadir. Salah satu yang beken ialah pebalap keturunan Belanda, J.A.J. Grashuis yang mewakili Kota Bandung.

Grashuis tak satu-satunya yang dari Bandung. Tjetjep, pemuda yang biasanya latihan sendiri memacu motornya bolak-balik Bandung – Lembang juga berpatisipasi. Pengalaman ngebut di lintas sirkuit sudah pernah dirasakannya tiga tahun sebelumnya di Tanjung Perak, Surabaya.

Minim pengalaman dan masih muda rupanya tak jadi soal bagi Tjetjep. Kelas 250cc A yang mengharuskan pebalap mengitari 12 putaran berjarak 18 km berhasil dilibasnya dengan cepat. Ia sukses menjadi yang pertama dengan mengasapi sesama pebalap Bandung, Grashuis dan J. Bartels.

Di kelas lain, Tjetjep juga naik podium meskipun hanya duduk di posisi ketiga. Tak cuma sekali, karena ia tiga kali naik podium ketiga salah satunya di kelas tak terbatas yang berlangsung 30 putaran dengan jarak 45 kilometer.

Baca Juga: Serunya Pacu Kuda di Tegallega

Selang beberapa bulan kemudian atau tepatnya pada 12-13 Oktober, balapan seri 2 di tempat yang sama digelar lagi. Dan kembali, Tjetjep beraksi untuk memperlihatkan tajinya sebagai jejaka Bandung yang andal kebat-kebut dengan motor tunggangan.

Jika sebelumnya pada seri 1 tiga kali naik podium, pada seri 2 Tjetjep sukses naik podium empat kali dan di posisi pertama pula! Salah satu yang menyita perhatian, Tjetjep memecahkan rekor kecepatan ketika beraksi di kelas VI 500 cc (Free for All) yang berlangsung selama 45 putaran.

“Faktanya pada seri ini batas waktu 1 menit berhasil dilewati untuk pertama kalinya dan rekor lintasan dipecahkan oleh Tjetjep. Tempat pertama direbut oleh Tjetjep pada putaran ke-13 dan ia melaju tanpa kendala selama 33 putaran, dan hampir setiap putaran berhasil mengungguli Grashuis di posisi kedua,” tulis Algemeen Indisch Dagblad: de Preangerbode dalam artikel “Motorraces in Djakarta Successen van Bandungers Tjetjep, Bartels en Grashuis, Tjetjep brak baanrecord” terbitan 14 Oktober 1957. (*)

Ngobrol Sejarah Junghuhn di Podcast AyoTalk:

Tags:
pebalap BandungSirkuit CililitanTjetjep Heryana

Dimas Wahyu Indrajaya

Reporter

Aris Abdulsalam

Editor