Sawah bertingkat di Desa Linggamanik, dengan Ci Pasarangan yang tampak kering. (Sumber: Citra satelit: Google maps)

Ayo Netizen

Ci Pasarangan Sungai Suci di Linggamanik

Kamis 14 Agu 2025, 16:10 WIB

Ci Pasarangan (kini ditulis gabung Cipasarangan), adalah sungai yang hulunya berada di Desa Linggamanik, Kecamatan Cikelet, Kabupaten Garut, Jawa Barat.

Dari ketinggian +1.060 m dpl, anak-anak sungainya mengalir, lalu bermuara di Ci Pasarangan pada ketinggian +540 m dpl. Di sekitar itu ada Lembur Kawungluwuk, yang termasuk Desa Linggamanik. Setelah mengalun sejauh 22 km, sungai ini bermuara di Samudra Hindia.

Di Jawa Barat, toponim Sarangan hanya satu, yaitu Ci Pasarangan. Di luar Jawa Barat terdapat empat nama geografis Sarangan. Di Kabupaten Magetan, Jawa Timur, ada dua, yaitu Telaga Sarangan di tenggara Gunung Lawu, yang termasuk Kampung Ngluweng, Desa Sarangan, Kecamatan Plaosan, dan Desa Sarangan di Kecamatan Plaosan. 

Di Jawa Tengah ada dua toponimi Sarangan, pertama di barat daya Gunung Merbabu, masuk ke Desa Banyurojo, Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang. Dan kedua Sarangan yang berada di Desa Campurejo, Kecamatan Tretep, Kabupaten Temanggung.

Dari arah pantai di Kecamatan Cikelet, Kabupaten Garut, tempat Ci Pasarangan bermuara, sejauh tujuh km ke arah hulu (utara), sungai itu mengalir di endapan paling muda, yang terbentuk sejak 2,58 juta tahun yang lalu. Endapan itu berupa lempung, lanau, pasir halus hingga kasar, kerikil, dan bongkah-bongkah batuan beku.

Dari sana ke arah hulu sepanjang delapan km, Ci Pasarangan menoreh lapisan batuan paling atas, yang berupa material hasil letusan gunungapi sejak 5,3 juta hingga 2,6 juta tahun yang lalu.

Ci Pasarangan terus mengiris lapisan batuan di bawahnya, batuan hasil letusan gunung api yang meletus sejak 11,6 juta hingga 5,3 juta tahun yang lalu. Lapisan ini terdiri dari batupasir tufan, tuf batu apung, batulempung, konglomerat, dan lignit. 

Lapisan paling atas berupa tanah pucuk yang paling subur, namun ketebalannya sangat tipis, walau sudah terjadi pelapukan selama berjuta-juta tahun. Di bawah tanah subur yang sangat tipis itu berupa tanah yang keras, kurang subur, berupa material letusan gunungapi sejak 11,6 juta hingga 2,6 juta tahun yang lalu.

Dalam istilah bahasa Sunda, tanah tidak subur itu disebut tanah angar. Ketidaksuburan tanah itu tercermin dari nama geografis Nagrog, Cadas, Pogor, dan Gunung Buligir. 

Sarang, sarangan berarti suci (Prof Drs S Wojowasito, 1977. Kamus Kawi - Indonesia). Aliran Ci Pasarangan bisa berarti sungai suci, tempat membersihkan raga, sebelum membersihkan hati, dengan melaksanakan ritual. Di manakah tempat ritual itu dilaksanakan?

Di sana ada dua nama geografis yang diduga sebagai tempat ritual dilaksanakan. Pertama di Linggamanik, dan kedua di Gunung Kasur.

Pusat ritualnya di Linggamanik, yang saat ini sudah dibangun Kantor Desa Linggamanik di ketinggian +420 m dpl.

Tempat ini dapat dicapai lebih mudah dari pertigaan Jl Raya Cilauteureun dengan Jl Desa Pamalayan, Desa Pamalayan, Kecamatan Cikelet. Jalan menerus ke utara sejauh 13 km. Namun, bisa juga melalui kantor Kecamatan Cikelet (+40 m dpl), menerus Kampung Dukuh di Desa Ciroyom, Kecamatan Cikelet, Kabupaten Garut sejauh delapan km. Di punggungan pada ketinggian +380 m dpl, ada jalan setapak menurun menuju ke Kampung Dukuh (+320 m dpl). Dari Kampung Dukuh ada jalan desa menuju kantor Desa Linggamanik, dengan jalan yang sempit. Setelah menuruni lereng setinggi 260 m, akan sampai di Ci Pasarangan, diteruskan melewati jembatan rawayan.

Pelataran kantor Desa Linggamanik itu lebarnya 470 m, yang diapit oleh dua sungai kecil, yang mengalir ke anak sungai, kemudian bermuara di Ci Pasarangan. Lokasi ini dipilih sebagai tempat peribadatan karena berada di tempat yang aman dari serangan pihak luar. Benteng pertahanan alami di sebelah barat berupa lembah yang dalam, lebih dari 200 m dalamnya, yang di dasarnya mengalir Ci Pasarangan.

Di utara dan di timur, dibentengi berlapis berupa lembah yang dalam dengan punggungan berlereng curam. Untuk berkehidupan di lingkungan yang ronabuminya seperti ini akan berkelimpahan air.

Linggamanik diduga sebagai pusat peribadatan karena toponimnya yang menggambarkan dua hal yang mengarah ke sana.

Pertama, karena di sana ada lingga, atau yang lebih tua lagi umurnya, yaitu menhir. Toponimi Linggamanik, terdiri dari lingga yang melambangkan kesuburan, atau sebagai perwujudan Dewa Siwa, lambang kekuatan dan kekuasaan. Jauh sebelum itu, para pendukung religi megalitik menegakkan batu (menhir), yang digunakan sebagai sarana penyembahan kepada arwah nenek moyang. Sedangkan manik berarti permata. Linggamanik, lingga yang utama laksana permata.

Kedua, seperti ditulis dalam naskah Warugan lemah, ada bentuk lahan, yang ronabuminya ngalinggamanik. Aditia Gunawan (2010), menuliskan kajiannya, ngalinggamanik itu berarti membentuk puncak permata, sebagai gambaran untuk topografi yang lahannya baik, karena menjadikan penduduknya diperhatikan Dewata. 

Bujangga Manik, rahib kelana dari Kerajaan Sunda abad ke-16, pada akhir hayatnya berharap dapat menemukan tanah kabuyutan yang ngalinggamanik. Bujangga Manik menulis:

Berharap semoga terbukti:

Menemukan tanah yang suci,

Tempat yang ngalinggamanik

menyerupai tiang permata,

Lalu akan kutunggu,

Mengembang ke atas bagaikan payung bertiang,

Menghadap ke Bahu Mitra.

(J Noorduyn – A Teeuw, Tiga Pesona Sunda Kuna, Pustaka Jaya, 2009).

Alasan lainnya yang menguatkan dugaan Ci Pasarangan sebagai sungai suci, empat km di utara Linggamanik, ada Gunung Kasur (+920 m dpl). Bila di gunung itu benar terdapat batu besar yang datar atau rata, maka sebutan untuk kasur itu adalah dolmen.

Bagi para pendukung religi megalitik, dolmen digunakan sebagai alat pemujaan untuk arwah nenek moyang. Di batu datar itulah sesaji diletakan untuk mendapatkan keberkahan. (*)

Tags:
toponimiSungai CipasaranganSungai Ci PasaranganDesa Linggamanik

T Bachtiar

Reporter

Aris Abdulsalam

Editor