AYOBANDUNG.ID - Pada suatu siang awal 2020, di tengah suhu politik yang mulai jenuh dan wabah COVID-19 yang mulai mencemaskan, publik Indonesia dikejutkan dengan satu nama yang terdengar ganjil sekaligus megah: Sunda Empire. Nama ini bukan bagian dari cerita fiksi ilmiah, bukan pula permainan strategi online, melainkan sebuah organisasi yang menyebut dirinya sebagai kekaisaran dunia. Yang mengejutkan, pusat pemerintahannya tidak berada di New York, London, atau Beijing, melainkan di Bandung.
Viralnya Sunda Empire bermula dari unggahan akun Facebook bernama Renny Khairani Miller pada 9 Juli 2019. Di situ ia menulis panjang lebar:
“SUNDA EMPIRE-EARTH EMPIRE. Dalam menyambut Indonesia baru yang lebih makmur dan sejahtera, dengan system pemerintahan dunia yang dikendalikan di koordinat 0.0 di Bandung sebagai Mercusuar Dunia,” demikian penggalan unggahan Renny yang viral tersebut setelah disunting.
Unggahan itu sempat luput dari radar publik. Namun, ketika kabar tentang kerajaan fiktif Keraton Agung Sejagat dari Purworejo meledak pada Januari 2020, warganet mulai menggali konten serupa. Saat itulah, potongan gambar dan video Sunda Empire mulai menyebar. Sebuah video berdurasi delapan menit lebih memperlihatkan pria berkacamata, mengenakan jas lengkap dengan dasi, menyebut dirinya sebagai HRH Rangga, Gubernur Jenderal Sunda Empire.
Lokasi syuting video itu berada di Taman Isola Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Di latar belakangnya tampak barisan orang mengenakan seragam loreng, berdiri tegak, seolah sedang upacara militer.
“Bandung adalah korp diplomatik dunia. Pada tanggal 15 Agustus 2020 seluruh negara harus mendaftar ulang dan juga menyelesaikan utang-utang kepada Bank Dunia,” kata Rangga Sasana, yang kemudian dikenal sebagai Lord Rangga.
Baca Juga: Hikayat Geger Rentetan 'Orang Gila' Serang Ustaz, Bermula dari Bandung
Rangga menambahkan bahwa masa pemerintahan dunia yang sekarang akan berakhir. Sunda Empire, menurutnya, akan mengambil alih.
Satu per satu klaim fantastis keluar dari mulutnya. Bahwa kekaisaran ini telah eksis sejak zaman Alexander The Great, lalu diteruskan ke Julius Caesar, Cleopatra VII, hingga Sri Ratu Isywara Tunggal Bumi, Dinasti Tarumanagara, Dinasti Padjajaran, hingga Dinasti Sunda Kala. Dinasti terakhir itu dipimpin oleh Kanjeng Ratu Ratna Ningrum Wiranatadikusuma Siliwangi Al-Misri, perempuan yang di organisasi itu menjabat sebagai Kaisar Sunda Empire.
“Sunda itu dari kata sun, matahari. Karena bumi berasal dari percikan matahari yang membeku,” kata Rangga, dalam video yang diunggah ke kanal YouTube Alliance Press International. “Sunda Empire tidak ada hubungannya dengan Suku Sunda.”
Berdasarkanversi mereka, Sunda Empire membawahi lebih dari 150 negara dan memegang otoritas atas lembaga-lembaga internasional seperti PBB, NATO, Pentagon, Vatikan, dan World Bank. Rakyatnya? “Semua penghuni bumi.”

Struktur Sunda Empire ditampilkan dengan sangat rapi dan meyakinkan. Rangga Sasana sebagai Sekretaris Jenderal De Heren XVII, Nasri Banks sebagai Perdana Menteri, dan Ratna Ningrum sebagai Kaisar. Mereka mengenakan pakaian diplomatik dan seragam militer, lengkap dengan atribut, lambang, dan simbol kerajaan. Tidak sedikit pengikut yang percaya.
Klaim mereka, anggota Sunda Empire mencapai 17.000 orang di seluruh Indonesia, dan 1.300 orang di Bandung. Mereka menyebut kegiatan mereka sebagai bentuk dari pelaksanaan “program pelaksanaan mengangkat proses teritorial Nusantara.”
Sebagian dari kegiatan itu sempat terekam di lingkungan kampus UPI. Yana Setiawan, Kepala Seksi Eksternal Hubungan Kelembagaan UPI, menyatakan bahwa pada 2017 ada kelompok yang mengaku sebagai Panitia Pembangunan Kota Bandung menyewa ruang pertemuan. Belakangan diketahui, mereka adalah bagian dari Sunda Empire.
Dalam salah satu dokumentasi video, terlihat mereka menggelar peringatan hari jadi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan menyelenggarakan sidang diplomatik yang dipenuhi jargon kenegaraan, meski tanpa partisipasi negara mana pun.
Sebagian pengikut Sunda Empire menganggap kelompok ini serius. Namun sebagian lain menganggapnya hiburan. Warganet ramai membuat meme dan parodi. Sebab, di balik jargon-jargon internasional, Sunda Empire tak punya bukti otentik sejarah, tak ada basis legal, dan tak pernah diakui sebagai organisasi resmi oleh negara.
Cerita di balik kemunculan Sunda Empire justru lebih dramatis dibanding klaimnya. Dalam sidang pengadilan yang digelar di Bandung, jaksa penuntut umum mengungkap bahwa gagasan tentang Sunda Empire berasal dari buku atau dokumen tak jelas asal-usulnya, yang dibaca oleh Nasri Banks pada 2003.
Pada tahun yang sama, Nasri mengaku bertemu dengan seseorang bernama Mr. Johnson Low yang membawa sertifikat deposito dari bank fiktif bernama Of Sources Atlantic Bank senilai miliaran dolar. Dari sanalah benih “kekaisaran” ini tumbuh, dikembangkan menjadi gerakan, dan direkrut pengikutnya lengkap dengan hierarki dan struktur militer.
Polisi pun turun tangan. Pada 28 Januari 2020, tiga petinggi Sunda Empire yaitu Nasri Banks, Raden Ratna Ningrum, dan Rangga Sasana, resmi ditetapkan sebagai tersangka. Mereka diduga melanggar Pasal 14 dan 15 UU Nomor 1 Tahun 1946 tentang penyebaran berita bohong yang menimbulkan keonaran di masyarakat.
“Kita sudah meminta keterangan dari para ahli: sejarah, budaya, pidana, hingga psikologi. Kesimpulannya, mereka menyebarkan pemberitaan yang tidak jelas kebenarannya,” kata Kombes Saptono Erlangga, Kepala Bidang Humas Polda Jawa Barat saat itu.
Pada 27 Oktober 2020, Pengadilan Negeri Bandung menjatuhkan vonis dua tahun penjara kepada ketiganya. Vonis itu lebih ringan dari tuntutan jaksa, yaitu empat tahun. Majelis hakim menyatakan bahwa ketiga terdakwa terbukti membuat keresahan publik melalui narasi-narasi palsu yang dibalut retorika historis.
Walau dinyatakan bersalah oleh pengadilan, nama Lord Rangga tetap hidup di jagat maya. Setelah keluar dari penjara, ia kerap tampil di acara televisi dan podcast sebagai bintang tamu eksentrik, bicara soal sejarah dunia, konspirasi, dan tatanan pemerintahan global dengan gaya teatrikal yang seolah melampau zaman post modern.
Baca Juga: Salah Hari Ulang Tahun, Kota Bandung jadi Korban Prank Kolonial Terpanjang

Rangga tampil sebagai tokoh campuran: kadang jenaka, kadang menggurui, kadang seolah percaya penuh pada klaimnya. Ia punya penggemar, pembenci, sekaligus penonton yang hanya ingin tertawa.
Tapi semua itu berakhir pada 7 Desember 2022. Rangga meninggal dunia pada usia 55 tahun di Brebes, Jawa Tengah, kota kelahirannya. Ia wafat setelah dirawat di rumah sakit karena komplikasi penyakit. Kabar kematiannya disambut dengan duka dari berbagai kalangan, bahkan dari mereka yang dulu mencibir dan menertawakan narasinya.
Lord Rangga mungkin sudah tiada. Tapi Sunda Empire, dalam bentuknya sebagai urban legend dan internet folklore, akan tetap hidup. Ia adalah simbol dari satu era ketika imajinasi bisa menjadi komoditas, ketika absennya logika bisa dibungkus dengan seragam dan ritual, dan ketika masyarakat haus akan cerita yang lebih besar dari hidup mereka yang rutin.
Pendongeng kisah juru selamat yang sedemikan ganjil itu meninggalkan sirkus dramaturgi dunia yang tak kalah imbisil.