Hikayat Geger Rentetan 'Orang Gila' Serang Ustaz, Bermula dari Bandung

Hengky Sulaksono Gilang Fathu Romadhan
Ditulis oleh Hengky Sulaksono , Gilang Fathu Romadhan diterbitkan Senin 19 Mei 2025, 18:08 WIB
Ilustrasi sosok misterius. (Sumber: Unsplash | Foto: Marek Piwnicki)

Ilustrasi sosok misterius. (Sumber: Unsplash | Foto: Marek Piwnicki)

AYOBANDUNG.ID - Belum lama ini, seorang pria tak dikenal membuat geger warga Bandung. Aksi nekatnya membakar keset masjid dan menusuk warga menimbulkan kehebohan di tengah hari yang mestinya tenang. Peristiwa ini bukan hanya menimbulkan kepanikan sesaat, tetapi juga menyeret ingatan publik pada satu babak lama yang sempat membuat geger nasional: maraknya penyerangan terhadap ulama oleh mereka yang disebut-sebut "orang gila".

Kejadian terbaru ini berlangsung pada Kamis, 15 Mei 2025, sekitar pukul 15.00 WIB di lingkungan Masjid Nurul Huda, Kelurahan Sadang Serang, Kecamatan Coblong, Kota Bandung. Pelakunya, yang kini diketahui berinisial GRB (25 tahun) asal Palembang, tiba-tiba menyiramkan sebotol Pertamax ke keset di teras masjid dan menyulut api.

Seorang warga bernama Arif (41) mengejar, namun justru ditusuk di bagian paha. Video amatir yang merekam detik-detik kejadian langsung menyebar luas. Twitter, Instagram, hingga grup-grup WhatsApp RT/RW dipenuhi rekaman dan spekulasi.

Saat ini, GRB berada dalam proses penyidikan. Motif pasti masih digali. Keterangan GRB masih berubah-ubah.

Peristiwa penyerangan yang menyeret simbol-simbol agama ini bukan yang pertama membuat Bandung bergidik. Pada awal 2018, kota ini sembat dibuat geger. Dua serangan terhadap tokoh agama terjadi dalam kurun lima hari. Keduanya disebut dilakukan oleh “orang gila.” Insiden ini tidak hanya mengejutkan warga Bandung, tetapi juga menimbulkan kecemasan yang menyebar secara nasional. Sejak itu, narasi “orang gila menyerang ustaz” mulai ramai dibicarakan.

Sabtu pagi, 27 Januari 2018, KH Umar Basri atau Abah Umar, pengasuh Pondok Pesantren Al-Hidayah di Cicalengka, menjadi korban penyerangan di dalam masjidnya sendiri. Saat itu, usai salat Subuh dan sedang berzikir, seorang pria yang ikut salat tiba-tiba memukulnya dengan kayu. KH Umar mengalami luka cukup parah di bagian kepala dan perut, hingga sempat tak sadarkan diri. Ia langsung dilarikan ke rumah sakit dan dirawat intensif.

Pelaku ditangkap tak lama setelah kejadian. Kepolisian menyebut pelaku memiliki catatan sebagai pasien di Rumah Sakit Jiwa Cisarua. Namun, penjelasan itu tidak serta merta menenangkan publik. Sebaliknya, kecurigaan justru bertambah: benarkah ini murni kasus kekerasan oleh penderita gangguan mental?

Belum lima hari berlalu, peristiwa serupa terjadi lagi. Kali ini menimpa Ustaz R Prawoto, Komandan Brigade Persatuan Islam (Persis), yang tinggal di kawasan Cigondewah Kidul, Kota Bandung. Pada Kamis pagi, 1 Februari 2018, tetangganya, Asep Maftuh, datang ke rumah dan menyerangnya dengan pipa besi. Setelah sempat melarikan diri sejauh 500 meter, Ustaz Prawoto kembali dihantam dan akhirnya meninggal dunia pada malam harinya.

Dalam kasus ini, hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa Asep tidak mengalami gangguan kejiwaan. Ia divonis tujuh tahun penjara setelah menjalani proses hukum. Fakta ini memperkuat kesan bahwa serangan terhadap tokoh agama tidak bisa semata-mata dianggap sebagai ulah orang dengan gangguan mental.

Kedua insiden ini menyulut kecemasan seantero negeri. Bandung jadi titik mula gelombang serangan terhadap tokoh agama. Rentetan kabar tentang “orang gila menyerang ulama” mendadak membanjiri linimasa dan pemberitaan. Namun sebagian besar tak terbukti.

Kapolri saat itu, Jenderal Tito Karnavian, menyatakan bahwa dari 46 isu penyerangan ulama yang beredar di media sosial pada awal 2018, hanya tiga yang benar-benar terjadi. Dua di Jawa Barat dan satu di Lamongan. Yang lainnya adalah hoaks, katanya pada 9 Maret. Beberapa hari sebelumnya, Kapolda Jawa Barat kala itu, Irjen Agung Budi Maryoto, bahwa dari 21 kabar penyerangan ulama di media sosial, 19 di antaranya tidak benar.

Tapi setelahnya, muncul laporan-laporan lain yang terverifikasi. Berita ihwal serangan “orang gila” terhadap ulama atau penyerangan di masjid, marak sejadi-jadinya.

Setelah peristiwa di Bandung, insiden serupa muncul di daerah lain. Salah satu kasus yang menjadi perhatian publik terjadi di Lamongan, Jawa Timur. Pada pertengahan Februari 2018, KH Hakam Mubarok, pimpinan Pondok Pesantren Muhammadiyah Karangasem, diserang saat hendak menunaikan salat Zuhur. Pelakunya, pria berinisial NT, disebut menolak saat diminta keluar dari area pesantren dan malah menantang sang kiai. Setelah ditangkap, NT diperiksa kejiwaannya dan dinyatakan mengalami gangguan mental.

Lain cerita di Kendal, Jawa Tengah. Pada 17 Maret 2018, KH Ahmad Zaenuri, Ketua NU Kecamatan Kangkung, diserang bersama menantunya oleh seorang pria bernama Suyatno. Keluarga pelaku menyatakan bahwa Suyatno mengalami gangguan kejiwaan, namun polisi menyebut pelaku sehat secara mental.

Beberapa minggu kemudian, peristiwa serupa terjadi di Bima, Nusa Tenggara Barat. Pada 13 April 2018, seorang pria bernama Ahyar menyerang jemaah yang sedang salat di Masjid Raudatul Abrar, hingga empat orang terluka. Polisi setempat menyebut Ahyar mengalami gangguan jiwa.

Di Depok, Jawa Barat, seorang ustaz bernama Abdul Rahman diserang oleh seorang perempuan bernama Vivi saat hendak salat Subuh di Masjid Darul Muttaqin. Penyerangan terjadi pada 11 Maret 2018, dan seperti sebelumnya, pelaku disebut mengidap gangguan mental.

Gelombang tragedi yang masif dalam waktu berdekatan ini memunculkan spekulasi liar di tengah masyarakat. Di media sosial, narasi “orang gila menyerang ulama” viral dan menjadi bahan perdebatan. Banyak yang menganggap kejadian-kejadian ini bukan kebetulan semata, dan mulai mempertanyakan apakah ada motif tersembunyi atau skenario lebih besar di balik semua ini.

Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

News Update

Ayo Netizen 23 Okt 2025, 21:22 WIB

Mengapa Pejabat Kita Perlu Membaca Buku?

Masihkah kita bisa berharap pada kebijakan publik yang berkualitas, jika pejabatnya sendiri jarang membaca buku?
Tanpa literasi atau membaca buku, pejabat hanya melahirkan kebijakan reaktif, dangkal, dan jangka pendek. (Sumber: Instagram | nusantara_maps)
Ayo Biz 23 Okt 2025, 20:55 WIB

Potensi Pasar Modal Syariah Indonesia: Tumbuh tapi Belum Proporsional?

Geliat investasi syariah menunjukkan tren positif, ditandai meningkatnya jumlah investor, diversifikasi produk, dan penetrasi teknologi yang memudahkan akses terhadap instrumen keuangan halal.
Geliat investasi syariah menunjukkan tren positif, ditandai meningkatnya jumlah investor, diversifikasi produk, dan penetrasi teknologi yang memudahkan akses terhadap instrumen keuangan halal. (Sumber: Freepik)
Ayo Biz 23 Okt 2025, 20:36 WIB

Mendorong Pertumbuhan Inklusif Lewat Festival Kolaboratif dan Digitalisasi Finansial

Sektor perbankan, sektor produktif, UMKM, dan industri kreatif kini tidak lagi berjalan sendiri-sendiri, melainkan saling terhubung dalam ekosistem yang saling menguatkan.
Sektor perbankan, sektor produktif, UMKM, dan industri kreatif kini tidak lagi berjalan sendiri-sendiri, melainkan saling terhubung dalam ekosistem yang saling menguatkan.
Ayo Netizen 23 Okt 2025, 19:34 WIB

Perelek, Kosakata Jadul yang Timbul Lagi

Perelek, sebuah kata jadul yang nyaris tenggelam ditelan zaman, belakangan ini ramai lagi dibicarakan di sosial media.
Dedi Mulyadi. (Sumber: Dok. DSDA Jabar)
Ayo Jelajah 23 Okt 2025, 18:40 WIB

Sejarah Tol Cipularang, Jalan Cepat Pertama ke Bandung yang Dibangun dari Warisan Krisis

Sejarah Tol Cipularang dari proyek gagal era 1990-an hingga simbol konektivitas Jakarta–Bandung. Penuh kisah krisis, pembangunan, dan mitos Gunung Hejo.
Tol Cipularang. (Sumber: Ayobandung | Foto: Irfan Al Faritsi)
Ayo Netizen 23 Okt 2025, 18:31 WIB

Diskriminasi Kelompok Minoritas oleh Muslim di Indonesia, Memahami Teori Identitas dan Persepsi Sosial

Membedah fenomena sosial ironis, yang kerap kali terjadi di tengah masyarakat sosial Indonesia.
Ilustrasi ruangan dalam gereja. (Sumber: Unsplash/Kaja Sariwating)
Ayo Netizen 23 Okt 2025, 17:49 WIB

I'ie Sumirat Legenda Bulutangkis Indonesia dari Bandung

I’ie Sumirat lahir di Bandung pada 15 November 1950 dan mulai menekuni bulutangkis sejak masa remaja.
Pada tahun 1976, puncak karier I’ie Sumirat tercapai saat ia berhasil menjuarai All England bersama pasangannya. (Sumber: Instagram/Badminton Indonesia)
Ayo Jelajah 23 Okt 2025, 16:18 WIB

Hikayat Komplotan Bandit Revolusi di Cileunyi, Sandiwara Berdarah Para Tentara Palsu

Kabut malam menutup jejak empat bandit berseragam. Dari Cileunyi hingga Rancaekek, tragedi itu jadi legenda kelam Bandung era revolusi tahun 1950-an.
Ilustrasi truk melintasi jalanan Cileunyi, Bandung, tahun 1950-an.
Ayo Netizen 23 Okt 2025, 15:27 WIB

Dalam Budaya Ketimuran, Komunitas LGBT malah Berkembang, Apa Penyebabnya?

LGBT sudah semakin banyak ditemui di dunia. Bagaimana bisa, hal yang pernah tabu itu menjadi normal di masa sekarang?
LGBT sudah semakin banyak ditemui di dunia. Bagaimana bisa, hal yang pernah tabu itu menjadi normal di masa sekarang? (Sumber: Pexels/Alexander Grey)
Ayo Netizen 23 Okt 2025, 13:10 WIB

Bandung Menawan, Bandung Siaga: Belajar Hidup Selaras dengan Alam

Di balik keindahan dan kreativitasnya, Bandung belajar menata diri, bukan sekadar untuk tampil menawan.
Jalan Asia-Afrika, Kota Bandung. (Sumber: Pexels/Raka Miftah)
Ayo Netizen 23 Okt 2025, 11:31 WIB

Hikayat Kaum Sarungan

Santri adalah peneguh nilai, penjaga moral bangsa, dan penggerak perubahan sosial.
Kampanye pakai sarung dengan fashion show di jalanan yang dilakukan oleh pecinta budaya di Semarang. Diperingati 3 Maret, sarung punya sejarah panjang. (Sumber: Ayo Semarang.com | Foto: Audrian Firhannusa)
Ayo Jelajah 23 Okt 2025, 11:21 WIB

Dari Barak Tentara ke Istana, Sejarah Mobil Maung Pindad Buatan Bandung

Dari bengkel kecil di Bandung hingga jadi mobil dinas pejabat, Maung buatan Pindad berubah dari kendaraan tempur jadi simbol nasionalisme baru.
Deretan kendaraan khusus Maung MV 3 Produksi PT Pindad di Bandara Husein Sastranegara, Kota Bandung. (Sumber: Ayobandung | Foto: Irfan Al Faritsi)
Ayo Netizen 23 Okt 2025, 10:10 WIB

Seperti Surabaya, Bandung Harus Belajar Atasi Limbah Popok dan Pembalut

Surabaya telah berhasil menjadi kota berkelanjutan karena upayanya dalam menghijaukan lingkungan.
Ilustrasi popok bayi. (Sumber: Pexels/Emma Bauso)
Ayo Netizen 23 Okt 2025, 08:57 WIB

Sore: Istri Dari Masa Depan, Cinta yang Terjebak dalam Putaran Waktu

Yandy Laurens selaku sutradara mengemas film "Sore: Istri Dari Masa Depan" dengan konsep time loop atau perjalanan lintas waktu.
Poster film Sore: Istri dari Masa Depan. (Sumber: Instagram/sheiladaisha)
Ayo Netizen 23 Okt 2025, 07:50 WIB

Kliwon dan Komposisi Instrumen Sorawatu

Komposisi kliwon disepakati sebagai proses mengheningkan cipta pada semesta.
 (Foto: Dokumentasi Penulis)
Ayo Netizen 22 Okt 2025, 21:06 WIB

Setahun Pendidikan Bermakna, Menanam Peradaban Lewat Tindakan Nyata

Menyoroti langkah Kemendikdasmen dalam membangun peradaban melalui kebijakan yang berdampak nyata bagi generasi muda.
Foto mengajar di SD Tewang Kadamba, Kalteng. (Foto: Eka)
Ayo Biz 22 Okt 2025, 20:30 WIB

Membangun Wisata yang Tak Merusak tapi Menghidupkan Alam dan Budaya Lokal

Di tengah tekanan kerja dan digitalisasi, banyak orang mencari pelarian ke alam. Tapi bukan sekadar alam liar, mereka menginginkan pula kenyamanan, estetika, dan pengalaman.
Di tengah gempuran wisata urban dan digital, LGE tetap mengusung semangat pelestarian budaya lokal Sunda, mulai dari nama tempat, makanan tradisional, hingga permainan rakyat. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 22 Okt 2025, 20:10 WIB

Enam Akar Asal-usul Agama

Jauh sebelum berdiri gereja, kuil, atau masjid, manusia telah lebih dulu menatap langit, gunung, petir, dan kematian dengan perasaan yang campur aduk.
The Histomap of Religion: The Story of Man’s Search for Spiritual Unity (John B. Sparks, 1952) (Sumber: UsefulCharts, https://www.youtube.com/watch?v=5EBVuToAaFI) | Foto: Arfi Pandu Dinata)
Ayo Netizen 22 Okt 2025, 19:17 WIB

Gastrokolonialisme: Pelajaran Pangan dari Hawaii untuk Indonesia

Tanpa kita sadari justru kita masih dijajah secara halus lewat orientasi pangan lokal yang semakin tergantikan dengan kampanye makanan olahan
Mengutip dari Sebumi, sebab pada akhirnya  perjuangan melawan kelaparan bukan sekedar mengisi perut, melainkan mengembalikan martabak di meja makan kita sendiri (Sumber: Freepik)
Ayo Biz 22 Okt 2025, 18:44 WIB

Pasar Syariah Belum Kompetitif? Begini Tantangan dan Solusi Investasi Islam di Indonesia

Dengan mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam, potensi pengembangan instrumen keuangan yang sesuai prinsip syariah dinilai sangat besar.
Dengan mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam, potensi pengembangan instrumen keuangan yang sesuai prinsip syariah dinilai sangat besar. (Sumber: Freepik)