Jejak Sejarah Pecinan Bandung yang Terancam Hilang Ditelan Kesemrawutan Kota

Hengky Sulaksono
Ditulis oleh Hengky Sulaksono diterbitkan Kamis 17 Jul 2025, 12:40 WIB
Salah satu kawasan Pecinan yang diperkirakan ada di Bandung zaman baheula. (Sumber: Leiden University Libraries Digital Collections)

Salah satu kawasan Pecinan yang diperkirakan ada di Bandung zaman baheula. (Sumber: Leiden University Libraries Digital Collections)

AYOBANDUNG.ID – Di sudut barat Kota Bandung, ada kawasan yang dahulu menjadi nadi perdagangan dan pusat kehidupan komunitas Tionghoa. Sekarang, kawasan itu terancam tinggal cerita. Jalan-jalannya padat dan semrawut, ruko-ruko tua ditelan bangunan modern yang tumbuh tanpa tata, dan bau ikan asin yang dulu jadi penanda kehidupan pecinan kini tergantikan oleh aroma knalpot dan limbah kota. Pecinan Bandung, yang tercatat sejak peta kota tahun 1882, perlahan hilang dari wajah kota. Bukan karena perang atau kebakaran besar, melainkan karena ketidakpedulian.

Dalam Jejak Komunitas Tionghoa dan Perkembangan Kota Bandung, Sugiri Kustedja menyebut sejak peta Bandoeng tahun 1882 terbit, kawasan di sekitar Groote Postweg (sekarang Jalan Jenderal Sudirman) dan Pangeran Soemedangweg (kini Jalan Otista) sudah dipadati oleh deretan pertokoan dan rumah saudagar. Di sinilah denyut awal ekonomi Bandung berdetak.

Para pedagang, sebagian besar keturunan prajurit Pangeran Diponegoro yang melarikan diri, mulai berdagang kain batik dari Jawa Tengah. Mereka disebut “orang pasar”, “mandoran”, atau “saudagar Bandoeng”—orang-orang yang menghidupi kota ini sebelum ada yang bernama Jalan Braga.

Tetapi geliat besar komunitas Tionghoa benar-benar terlihat di awal abad ke-20. Tahun 1906, ketika Bandung resmi jadi gemeente dan punya burgemeester sendiri, perencanaan kota mulai diseriusi.

Baca Juga: Salah Hari Ulang Tahun, Kota Bandung jadi Korban Prank Kolonial Terpanjang

Laporan Commissie voor de Beoordeeling van de uitbreidingsplannen der Gemeente Bandoeng tahun 1919 mencatat bahwa pusat ekonomi kota justru berada di wilayah Chineezenwijk alias Pecinan. Menurut laporan itu, perputaran ekonomi di kawasan Pasar Baru lima kali lebih besar dari Pasar Andir atau Kosambi. Ini bukan sembarang kampung, ini mesin uang kota.

Sugiri menyebut bahwa kehidupan perdagangan di kawasan ini didorong oleh jaringan saudagar Tionghoa yang solid dan mobilitas masyarakat luar kota yang tinggi. Bahkan kepala jawatan kereta api saat itu mencatat, 80% penumpang yang turun di Stasiun Bandung adalah para komuter yang ingin berdagang atau belanja ke Pasar Baru.

Dalam catatan Mencari Pecinan Kota Bandung oleh Komunitas Aleut, Sugiri menyebut karakter Pecinan di Bandung memang memiliki kekhasan. Tidak seperti di Surabaya, Semarang, atau Cirebon yang memiliki batas geografis yang jelas, kawasan Pecinan di Bandung tidak pernah tegas, dan hingga kini identitasnya justru lebih ditelusuri melalui jejak sosial, arsitektur, dan aktivitas ekonomi masyarakatnya.

Walau begitu, kawasan Cibadak dan Waringin dinilai sebagai dua titik yang layak disebut sebagai jantung Pecinan Bandung. Di kawasan inilah warisan budaya, struktur bangunan khas Tionghoa, dan jejak para saudagar tua masih bisa ditemukan, meski kian memudar.

Suaana Jalan Cibadak, Kota Bandung, menjelang perayaan Imlek. (Sumber: Ayobandung | Foto: Kavin Faza)
Suaana Jalan Cibadak, Kota Bandung, menjelang perayaan Imlek. (Sumber: Ayobandung | Foto: Kavin Faza)

Sedangkan dalam Pecinan Bandung Ditetapkan Tanggal 9 Oktober 1871, Atep Kurnia menulis Pemerintah Hindia Belanda beberapa kali menetapkan kawasan Tionghoa secara resmi di Bandung. Pertama kali, Gubernur Jenderal Daendels memerintahkan pembentukan Chinesche Campongs di wilayah Priangan, termasuk Bandung, pada 9 Juni 1810. Namun kebijakan itu hanya berlaku satu dekade sebelum muncul larangan bagi orang Tionghoa dan Timur Asing lain untuk menetap di Priangan.

Larangan itu baru dicabut lewat Ordonansi tanggal 24 September 1871. Dan pada 9 Oktober 1871, lewat Staatsblad No. 146, Bandung kembali ditetapkan sebagai salah satu wijk atau kawasan permukiman orang Timur Asing. Sejak itulah kawasan Tionghoa kembali tumbuh, terbagi dalam dua wijk utama: Suniaraja dan Citepus, dipisahkan Sungai Cikakak. Inilah cikal bakal Pecinan Bandung.

Lalu siapa saja aktor utama di balik gemerlap kawasan itu? Ada Yap Lun, pengusaha tekstil keliling yang jadi juragan properti. Ia membangun kompleks Yap Lun di kawasan Waringin dan Pasar Andir, lengkap dengan sekitar 130 unit ruko satu lantai khas Tionghoa. Dinding muka tokonya bisa dibuka saat siang, ditutup saat malam. Siang toko, malam rumah. Gaya hidup hemat ruang yang sekarang diromantisasi startup arsitektur kekinian sudah lebih dulu diterapkan oleh Yap Lun seabad lalu.

Selain itu, ada juga Kok An, tokoh multi-talenta yang membangun pabrik gelas “Kong Liong”, memproduksi beras, hingga mengembangkan kawasan Gedung Delapan dan Gedung Sembilan. Ia bukan hanya pengusaha, tapi juga budayawan, anggota THHK, simpatisan filsafat Tionghoa, dan pemikir ruang kota.

Budayawan Tionghoa, Jeremy Huang Wijaya dalam tulisannya Asal Usul Gang Luna Pecinan Bandung menyebut Yap Lun dan Kok An sendiri merupakan partner bisnis. Keduanya menghidupkan kawasan niaga di sekitar Andir melalui perusahaan pengembang Jap Loen & Co serta NV Bouw Mij Tjoan Seng. Nama keduanya diabadikan jadi Gang Luna, derivat dari Lun An, gabungan Yap Lun dan Kok An.

Lalu, ada Yo Sun Bie. Ia lahir di Fujian, merantau ke Batavia, kemudian ke Bandung. Ia berdagang tekstil, mendirikan pabrik tenun “Sin I Seng” dan pabrik sagu “Jo Sun Bie Kongsie”. Ia membangun ruko dua lantai di sekitar Pasar Baru. Pada masanya, ia disegani sebagai industrialis dan filantropis. Ia pernah diinternir Jepang, tapi setelah itu tetap aktif di organisasi dan bahkan mendirikan sekolah.

Baca Juga: Jejak Samar Sejarah Pecinan Bandung, dari Chineesche Kamp ke Ruko Klasik Pasar Baru

Tapi apa yang tersisa hari ini dari semua itu?

Pasar Baru, yang dulu menjadi sentra dagang, kini berubah jadi zona kumuh yang dipenuhi PKL, kendaraan parkir sembarangan, dan bangunan yang dipoles seadanya. Trotoar tak bisa dipakai berjalan. Toko-toko yang dulu menyimpan sejarah keluarga kini jadi gudang, kios HP, atau dibongkar total untuk jadi minimarket. “Sekarang ini, suasana/keadaan Pasar Baru sangat kacau. Fungsi jalan dan trotoar tidak sesuai dengan peruntukkannya,” tulis Kustedja.

Bangunan kolonial nyaris tak tersisa. Yang masih agak “bernafas” adalah kompleks Yap Lun. Beberapa ruko satu lantainya masih mempertahankan bentuk asli, lengkap dengan atap memanjang dan thiam-tang di muka toko. Tapi umur kawasan itu seperti dihitung mundur. Apalagi Pasar Andir yang bertetangga sudah dibongkar dan dibangun ulang.

Pecinan Bandung adalah kisah kota yang tak ditulis di buku pelajaran. Ia adalah tentang orang-orang yang membentuk Bandung dari lorong pasar dan ruko-ruko sempit. Jika membiarkan mereka hilang begitu saja, Bandung tak hanya kehilangan ruang, tapi juga kehilangan sebagian ingatannya. Dan kota yang kehilangan ingatan, biasanya akan tersesat di masa depan.

Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

News Update

Ayo Netizen 02 Sep 2025, 13:40 WIB

Mie Kocok Bandung dalam Cerita Negeri Wakanda

Sekecil apapun itu, semembahayakan itu, suara keadilan harus terus digaungkan. Sekali pun lewat makanan yang kamu sedang nikmati saat ini.
Mie Kocok Bandung Buatan di Rumah (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)
Ayo Biz 02 Sep 2025, 12:18 WIB

Mengungkap Rahasia di Balik Cita Rasa Kopi Otentik

Owner BJR Coffee, Dinda Gemilang mengungkapkan bahwa kunci pengolahan kopi berkualitas terletak pada proses roasting. Menurutnya, tahap ini sangat menentukan cita rasa yang akan muncul dari secangkir
Biji Kopi di Kedai Kopi Banjaran (Foto: Rizma Riyandi)
Ayo Jelajah 02 Sep 2025, 11:08 WIB

Sejarah Bandung dari Paradise in Exile Sampai jadi Kota Impian Daendels

Bandung dulu dijuluki surga dalam pembuangan, tempat buangan pegawai VOC di pedalaman Priangan. Jadi kota besar berkat kopi dan sejarah kolonialisme.
Keramaian Jalan Raya Pos bagian timur di Bandung di era kolonial. (Sumber: Tropenmuseum)
Ayo Biz 02 Sep 2025, 11:07 WIB

Mengenal Dapros, Kerupuk Tradisional dengan Bentuk Unik dan Citarasa Khas

Di meja makan orang Indonesia, kerupuk hampir selalu hadir sebagai pelengkap. Di antara ragam jenisnya, ada satu yang masih bertahan hingga kini meski dibuat dengan cara tradisional, yaitu kerupuk dap
Ilustrasi Foto Dapros. (Foto: Dok. Shopee)
Ayo Biz 02 Sep 2025, 09:38 WIB

Lomie Imam Bonjol, Kuliner Legendaris Favorit BJ Habibie

Lomie sudah melekat menjadi identitas kuliner Bandung. Hidangan mie berkuah kental ini kerap disajikan hangat bersama kangkung, menciptakan rasa gurih yang cocok dinikmati saat cuaca dingin.
Foto Lomie Imam Bonjol, Kuliner Favorit BJ Habibie. (Foto: GMAPS)
Ayo Netizen 02 Sep 2025, 09:16 WIB

Sejarah Rugbi di Indonesia, Bandung Dianggap Kota Pelopor

Rugbi, "olahraga kasar untuk pria terhormat" ini, sudah denyut sejak dulu khususnya di Kota Bandung.
Ilustrasi dua tim rugbi yang tengah bertanding. (Sumber: Wikimedia Commons | Foto: PierreSelim)
Ayo Biz 01 Sep 2025, 20:26 WIB

Screamous: Ketika Streetwear Menjadi Kanvas Kolaborasi Dunia

Didirikan awal tahun 2000-an, Screamous lahir dari semangat anak muda Bandung yang ingin menyuarakan identitas melalui fashion.
Koleksi kolaborasi Screamous x Usugrow. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 01 Sep 2025, 20:14 WIB

Kota Bandung, Tren, dan Ironi Kolonialisme

Kota penuh perhatian. Ada budaya pop juga sejarah melawan penjajahan. Indah tapi juga penuh masalah.
Tukang becak di Kota Bandung. (Sumber: Pexels/Try Sukma Wijaya)
Ayo Biz 01 Sep 2025, 19:35 WIB

Dari Kandang ke Kedai, Spill&Bites dan Rasa yang Meresap

Spill&Bites dan ide bisnis mereka mengolah peluang dari hulu ke hilir, dari peternakan hingga meja makan.
Spill&Bites, hasil evolusi dari industri peternakan ayam yang melihat peluang lebih besar di dunia makanan cepat saji. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Biz 01 Sep 2025, 18:01 WIB

Dari Bank ke Dapur: Andri dan Daimata yang Meracik Peluang dari Pedasnya Sambal Lokal

Daimata adalah misi Andri untuk mengangkat kuliner lokal, sambal khas Indonesia agar bisa dinikmati siapa saja, kapan saja, tanpa kehilangan cita rasa aslinya.
Andri Ganamurti selaku Owner dari brand Daimata, produk UMKM sambal dalam kemasan. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 01 Sep 2025, 17:41 WIB

Bursa Digital, Pajak Karbon, dan Agenda Keberlanjutan dalam APBN

Pajak karbon dan bursa digital dapat menjadi alat penting dalam agenda keberlanjutan dalam APBN.
Ilustrasi Lingkungan (Sumber: Pixabay.com | Foto: Pixabay)
Ayo Jelajah 01 Sep 2025, 15:52 WIB

Sejarah Hari Jadi Kota Bandung, Kenapa 25 September?

Bandung pernah rayakan ulang tahun 1 April, tapi kini 25 September jadi tanggal resmi berdirinya kota. Penetapan 25 September 1810 lahir dari riset sejarah panjang.
Alun-alun Bandung tahun 1920-an. (Sumber: KITLV)
Ayo Netizen 01 Sep 2025, 15:19 WIB

Apakah Damkar Representasi Pahlawan Sesungguhnya Negeri Ini?

Fenomena "minta tolong ke damkar" sedang ramai di masyarakat.
Nyatanya Damkar Lebih Dipercaya Masyarakat (Sumber: Pexels/Muallim Nur).
Ayo Biz 01 Sep 2025, 14:05 WIB

Sajikan Biji Kopi Kabupaten Bandung, BJR Coffee Tawarkan Kualitas Citarasa yang Konsisten

Berawal dari hobi, Dinda Gemilang sukses membangun bisnis kopi dengan brand Kopi BJR. Bahkan konsumen Dinda berasal dari berbagai daerah di luar Bandung.
Kopi BJR (Foto: Rizma Riyandi)
Ayo Jelajah 01 Sep 2025, 13:16 WIB

Jejak Sejarah Gempa Besar di Sesar Lembang, dari Zaman Es hingga Kerajaan Pajajaran

Sejarah gempa besar di Sesar Lembang ungkap potensi magnitudo 7. Gempa raksasa purba ini sudah terlacak sezak Zaman Es akhir hingga Kerajaan Pajajaran di abad ke-15.
Ilustrasi gempa besar akibat Sesar Lembang di Bandung di abad ke-15.
Ayo Biz 01 Sep 2025, 13:00 WIB

Helm, Bukan Hanya Pelindung Kepala Tapi Juga Sarana Investasi

Helm adalah alat pelindung kepala yang dirancang untuk menjaga keselamatan penggunanya. Biasanya terbuat dari bahan keras di bagian luar seperti plastik berkualitas tinggi atau fiberglass, serta dilap
Ilustrasi Foto Helm (Foto: Unsplash)
Ayo Netizen 01 Sep 2025, 11:58 WIB

Samping Kebat Membalut Alegori Makna Agama

Agama diibaratkan selembar kain yang menemani manusia sejak lahir sampai mati. Ia hadir dalam hidup sehari-hari, memberi makna dan arah.
Ilustrasi pembuatan samping kebat. (Sumber: Pexels/Noel Snpr)
Ayo Biz 01 Sep 2025, 11:42 WIB

Surabi Cihapit, Cita Rasa Legendaris yang Bertahan di Tengah Pasar

Kota Kembang dikenal sebagai surganya kuliner radisional. Salah satu yang selalu dicari wisatawan maupun warga lokal adalah surabi, makanan berbahan dasar tepung beras yang dimasak di atas tungku.
Surabi Cihapit (Foto: GMAPS)
Beranda 01 Sep 2025, 09:16 WIB

Saat Hati Rakyat yang Tersakiti Meledak: Kronik Kemarahan dan Kekecewaan di Jalanan Kota Bandung

Ketidakpercayaan yang disuarakan menjadi pengingat bahwa demokrasi hanya akan bernapas sehat bila pengelola negara benar-benar mendengar aspirasi rakyatnya.
Suasana aksi solidaritas di Kota Bandung, Jumat, 29 Agustus 2025. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Gilang Fathu Romadhan)
Ayo Netizen 01 Sep 2025, 07:46 WIB

Panji Tengrorak, Animasi 2D Modern yang Mengangkat Budaya Lokal Indonesia

Panji Tengkorak hadir meramaikan perfilman Indonesia lewat Animasi 2D modern yang tentunya bisa menghadirkan pengalaman baru dalam menonton.
Animasi Panji Tengkorak (Sumber: Instagram | Falconpicture)