Atlet Saling Sindir, Mencari Keadilan atau Memang Tak Ada Keadilan?

Muhammad Yusup Zaelani
Ditulis oleh Muhammad Yusup Zaelani diterbitkan Kamis 17 Jul 2025, 20:14 WIB
Hadiah jam tangan Rolex untuk pemain Timnas Indonesia dari Presiden Prabowo Subianto. (Sumber: Instagram Story/justinhubner5)

Hadiah jam tangan Rolex untuk pemain Timnas Indonesia dari Presiden Prabowo Subianto. (Sumber: Instagram Story/justinhubner5)

Beberapa waktu lalu media sosial dihebohkan dengan kritik dari mantan atlet wushu yaitu Lindswell Kwok, ia mengkritik pemberian jam tangan mewah merek Rolex yang diberikan oleh Presiden Prabowo kepada pemain tim nasional (timnas ) sepakbola Indonesia.

Tak lama setelah itu, media sosial juga kembali dihebohkan oleh atlet PON (Pekan Olahraga Nasional) yang protes terhadap Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau yang tidak menepati janji pemberian bonus untuk para atlet yang berjuang di PON.

Amarah para atlet PON memuncak saat Pemprov Riau memberi uang Rp 20 juta ke Rayyan Arkan DIkha, bocah yang viral karena "aura farming" saat pacu jalur di Kuantan Singingi (Kuansing)

Sepintas terdengar, ungkapan para atlet ini adalah sebagai bentuk dari "iri hati' terhadap bonus yang diterima oleh atlet lain.

Namun di balik itu terdapat keresahaan yang lebih mendalam tentang mengapa atlet atlet yang bukan berasal dari cabang olahraga populer seperti sepak bola jarang diapresiasi, meski mereka sudah berjuang untuk bangsa.

Apakah karena mereka tidak bisa dijadikan sebagai ajang untuk viral? Miris. Jadi, Bonus itu untuk apresiasi atau cari sensasi?

Antara Popularitas dan Prestasi

Di beberapa negara, salah satunya Indonesia sepak bola adalah olahraga yang digemari banyak orang. Bahkan ada yang menganggap bahwa sepakbola bukan sekedar olahraga, tetapi sebagai budaya, hiburan.

Maka tak aneh rasanya ketika Timnas bermain banyak sekali yang menantikan, walaupun prestasinya tidak selalu membanggakan.

Sebab popularitas inilah, yang menjadikan apresiasi tidak lagi diukur oleh prestasi yang ditorehkan oleh atlet, tapi ditentukan oleh popularitas.

Sebagai contoh, Timnas Sepakbola mendapatkan bonus Jam tangan Mewah, setelah menang melawan China pada Kualifikasi Piala dunia, berita dipenuhi dengan berita ini.

Sementara itu para atlet dari cabang olahraga seperti wushu, angkat besi, dan panahan yang hampir setiap kejuaraan Asia maupun Olimpiade selalu menyumbangkan mendali kurang diapresiasi.

Bonus sudah pasti ada, tapi beberapa pihak seperti tutup telinga dengan prestasi mereka. Berbeda dengan halnya dengan sepakbola, ketika menorehkan prestasi semua pihak ingin memberi apresiasi. Maka tak heran ada beberapa atlet yang meminta keadilan

Meminta Keadilan, Bukan Iri Hati

Tarian Anak Koci dalam pacu jalur bukan sekadar pertunjukan visual. Ia adalah ritual penuh makna. (Sumber: mediacenter.riau.go.id)
Tarian Anak Koci dalam pacu jalur bukan sekadar pertunjukan visual. Ia adalah ritual penuh makna. (Sumber: mediacenter.riau.go.id)

Kritik yang diungkapkan oleh atlet wushu tentang pemberian jam tangan mewah kepada Timnas Sepakbola memang menuai pro dan kontra. Banyak yang menyudutkan bahwa atlet wushu ini memiliki rasa kedengkian.

Tapi mari kita telaah, kritik ini muncul bukan karena rasa dengki tapi karena belum maksimalnya sistem dalam apresiasi. Para atlet berjuang dengan dedikasi dan nasioanalisme yang sama, tapi kenapa harus berbeda dalam apresiasi. Apakah itu bisa sebut sebagai keadilan?

Begitu juga dengan para atlet PON Riau yang protes karena bonus yang dijanjikan belum cair, dan Pemprov malah memberi kepada bocah viral "aura farming".

Para atlet PON protes bukan tanpa alasan, karena persiapan untuk bertanding di PON tidak sebentar, banyak waktu yang mereka korbankan untuk latihan.

Tidak tepat jika yang disalahkan adalah para punggawa Timnas Indonesia yang mendapatkan bonus Jam tangan mewah, bocah viral karena "aura farming".

Mereka tidak salah, yang harus dibenahi sekarang adalah sistem apresiasi terhadap atlet yang belum adil, merata, dan standar yang jelas.

Jika pihak pihak terkait masih seperti ini, memberikan apresiasi dan bonus bergantung popularitas dan sensasi, maka para atlet yang berasal dari cabang olahraga yang tidak populer akan frustasi dan putus asa.

Jangan Biarkan Atlet Saling Sindir, tapi Saling Dukung

Jujur, sedih rasanya melihat atlet saling sindir seperti ini.

Mereka para atlet yang seharusnya menjungjung nilai nilai sportivitas harus ternodai untuk memperjuangkan hak hak mereka yang belum tersampaikan.

Tentu, ini bukanlah salah mereka, tetapi ini kembali lagi tentang sistem dari berbagai aspek yang belum baik sepenuhnya, dari segi pembinaan, apresiasi, dan masih banyak lagi.

Semoga kedepannya sistem olahraga di Indonesia bisa segera membaik dan para atlet bisa membawa nama harum bangsa, lalu mendapatkan apresiasi yang sepadan. (*)

Disclaimer

Tulisan ini merupakan artikel opini yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Pandangan yang disampaikan dalam artikel ini tidak mewakili pandangan atau kebijakan organisasi dan redaksi AyoBandung.id.

Muhammad Yusup Zaelani
Mahasiswa S1 Jurusan Ilmu Komunikasi Jurnalistik Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

News Update

Ayo Netizen 11 Des 2025, 20:00 WIB

Emas dari Bulu Tangkis Beregu Putra Sea Games 2025, Bungkam Kesombongan Malaysia

Alwi Farhan dkk. berhasil membungkam “kesombongan” Tim Malaysia dengan angka 3-0.
Alwi Farhan dkk. berhasil membungkam “kesombongan” Tim Malaysia dengan angka 3-0. (Sumber: Dok. PBSI)
Beranda 11 Des 2025, 18:37 WIB

Media Ditantang Lebih Berpihak pada Rakyat: Tanggapan Aktivis Atas Hasil Riset CMCI Unpad

Di tengah situasi dinamika sosial-politik, ia menilai media memegang peran penting untuk menguatkan suara warga,baik yang berada di ruang besar maupun komunitas kecil yang jarang mendapat sorotan.
Ayang dari Dago Melawan menanggapi hasil riset CMCI Unpad bersama peneliti Detta Rahmawan dan moderator Preciosa Alnashava Janitra. (Sumber: CMCI Unpad)
Ayo Netizen 11 Des 2025, 18:01 WIB

Nelangsa Bojongsoang Setiap Musim Hujan: Siapa Harus Bertanggung Jawab?

Banjir yang melanda Bojongsoang memicu kemacetan lalu lintas yang kian menggila. Lalu, pihak mana yang semestinya memikul tanggung jawab?
Kemacetan lalu lintas terjadi di Bojongsoang akibat banjir (04/12/2025). (Sumber: Khalidullah As Syauqi)
Ayo Netizen 11 Des 2025, 17:23 WIB

Hidup Lebih Bersih, Sungai Lebih Bernyawa

Kegiatan ini mengangkat isu berapa pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dan sungai agar terhindar dari bencana alam serta penyakit.
Mahasiswa Universitas Sunan Gunung Djati Bandung anggota Komunitas River Cleanup. (Foto: Rizki Hidayat)
Ayo Netizen 11 Des 2025, 16:57 WIB

Sistem Pengelolaan Limbah di Bandung yang Berantakan: Sebaiknya Prioritaskan Langkah Inovatif Sungguhan

Sistem pengelolaan limbah di Bandung yang Berantakan, saran saya sebagai warga Bandung untuk M. Farhan prioritaskan langkah inovatif sungguhan.
Sistem pengelolaan limbah di Bandung yang Berantakan, saran saya sebagai warga Bandung untuk M. Farhan prioritaskan langkah inovatif sungguhan.
Ayo Netizen 11 Des 2025, 16:32 WIB

Masyarakat Kota Bandung Berharap Wali Kota Tindak Tegas Penanganan Kasus Begal

Maraknya tindak kriminalitas seperti begal di Kota Bandung meningkatkan keresahan warga untuk beaktivitas di luar.
Suasana jalan yang sepi pada malam hari di daerah Jalan Inhoftank, Kota Bandung. (Sumber: Nayla Aurelia) (Foto: Nayla Aurelia)
Ayo Netizen 11 Des 2025, 16:13 WIB

Gunung Api Palasari Purba

Adanya lava, batuan beku yang berasal dari letusan efusif Gunung Palasari Purba, meninggalkan jejak letusan yang sangat megah dan mengagumkan.
Lava raksasa kawasan Cibanteng – Panyandaan, Desa Mandalamekar, Kecamatan Cimenya. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Taufanny Nugraha)
Ayo Netizen 11 Des 2025, 15:39 WIB

Pengunjung Mengeluhkan Teras Cihampelas yang Semakin Kumuh

Mulai dari lantai yang tak terawat, fasilitas rusak, hingga area Teras Cihampelas yang tampak sepi dan tidak terurus.
Suasana Teras Cihampelas Menampakan suasana kosong pada Senin (1/12/2025). (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Rafli Ashiddieq)
Ayo Jelajah 11 Des 2025, 15:36 WIB

Sejarah Kawasan Tamansari, Kampung Lama yang Tumbuh di Balik Taman Kolonial Bandung

Sejarah Tamansari Bandung sebagai kampung agraris yang tumbuh diam-diam di balik taman kolonial, dari desa adat hingga kampung kota padat.
Suasana pemukiman di kawasan Tamansari, Kota Bandung. (Sumber: Ayobandung | Foto: Irfan al Faritsi)
Ayo Netizen 11 Des 2025, 14:48 WIB

Mengeja Bandung Utama, Merawat Keragaman Agama

Menjaga dan memperkuat “benih-benih toleransi” baik melalui edukasi, kebijakan yang inklusif, maupun upaya nyata di tingkat komunitas, pemerintah.
Gang Ruhana, Kelurahan Paledang, berdiri Kampung Toleransi, ikon wisata religi yang diresmikan Pemerintah Kota Bandung. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 11 Des 2025, 13:37 WIB

Ini Titik-Titik Kemacetan di Kota Bandung menurut Wali Kota Farhan: Mana Tata Kelolanya?

Bandung didapuk sebagai “Kota Nomor 1 Termacet di Indonesia 2024” oleh TomTom Traffic Index.
Kemacetan di Jalan Dr. Djundjunan, Kota Bandung. (Sumber: Ayobandung.com | Foto: Irfan Al-Faritsi)
Ayo Netizen 11 Des 2025, 12:30 WIB

Saparua Ramai tapi Minim Penataan: Wali Kota Bandung Diharap Lebih Peduli

Taman Saparua selalu ramai, namun penataan dan fasilitasnya masih kurang memadai.
Track lari Saparua yang tampak teduh dari samping namun area sekitarnya masih perlu perbaikan dan penataan. Jumat siang, 28 November 2025. (Sumber: Dokumentasi penulis | Foto: Najmi Zahra A)
Ayo Jelajah 11 Des 2025, 11:01 WIB

Gunung Tangkubanparahu, Ikon Wisata Bandung Sejak Zaman Kolonial

Sejarah Tangkubanparahu sebagai destinasi klasik Bandung sejak masa kolonial, lengkap dengan rujukan Gids Bandoeng dan kisah perjalanan para pelancong Eropa.
Gunung Tangkubanparahu tahun 1910-an. (Sumber: Wikimedia)
Ayo Netizen 11 Des 2025, 10:48 WIB

Kenyaman Wisata Bandung Terancam oleh Pengamen Agresif

Warga mendesak Wali Kota M. Farhan bertindak tegas dan memberi solusi agar kota kembali aman dan nyaman.
Keramaian di kawasan wisata malam Bandung memperlihatkan interaksi tidak nyaman antara pengunjung dan pengamen memaksa, 02/12/2025. (Foto: Hakim)
Ayo Netizen 11 Des 2025, 10:25 WIB

Kenyamanan Taman Badak di Bandung Masih Menyisakan Kritikan

Taman Badak yang berpusat di tengah-tengah kota Bandung adalah salah satu tempat favorit di kalangan pengunjung.
Taman Badak Kota Bandung, Jawa Barat, Jumat 28 November 2025. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Wan Maulida Kusuma Syazci)
Ayo Netizen 11 Des 2025, 10:03 WIB

Lumpia Basah Katadji, Nikmatnya Sampai Suapan Terakhir

Kuliner viral di Banjaran, Kabupaten Bandung, yakni Lumpia Basah Katadji.
Seporsi lumpia basah katadji dengan bumbu dan topping yang melimpah. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Tantia Nurwina)
Ayo Netizen 11 Des 2025, 09:32 WIB

Mengapa Summarecon Bandung Kini Ramai Dijadikan Tempat Olahraga Warga?

Summarecon Bandung kini ramai dijadikan tempat olahraga warga, khususnya pada pagi dan sore hari.
Aktivitas olahraga di kawasan Summarecon Bandung terlihat meningkat terutama pada akhir pekan. (Dokumentasi Penulis)
Beranda 11 Des 2025, 05:16 WIB

Generation Girl Bandung Kikis Kesenjangan Gender di Bidang Teknologi

Mematahkan anggapan bahwa belajar STEM itu sulit. Selain itu, anggapan perempuan hanya bisa mengeksplorasi bidang non-tech adalah keliru.
Exploring Healthy Innovation at Nutrihub, salah satu aktivitas dari Generation Girl Bandung. (Sumber: Generation Girl Bandung)
Ayo Netizen 10 Des 2025, 21:09 WIB

Minat Baca Warga Bandung Masih Rendah meski Fasilitas Mencukupi, Catatan untuk Wali Kota

Menyoroti masalah rendahnya minat baca di Bandung meski fasilitas memadai.
Sebuah Street Library tampak lengang dengan buku-buku yang mulai berdebu di samping Gedung Merdeka, Jalan Asia-Afrika, Bandung, Jumat (05/12/2025). (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Adellia Ramadhani)
Ayo Netizen 10 Des 2025, 20:16 WIB

Bubur Mang Amir, Bubur Ayam Termurah se-Dunia Seporsi Cuma Rp5.000

Pengakuan Mang Amir, ia sudah berjualan bubur ayama selama 25 tahun.
Pengakuan Mang Amir, penjual bubur seporsi Rp5.000, ia sudah berjualan bubur ayama selama 25 tahun. (Sumber: Dokumentasi Penulis)