Kritik untuk Orang Tua Ekonomi Mapan yang Memadati Sekolah Negeri

Didin Tulus
Ditulis oleh Didin Tulus diterbitkan Minggu 13 Jul 2025, 13:44 WIB
Ilustrasi anak sekolah. (Sumber: Pexels/Agung Pandit Wiguna)

Ilustrasi anak sekolah. (Sumber: Pexels/Agung Pandit Wiguna)

Pendidikan seharusnya menjadi hak dasar setiap anak, terlepas dari latar belakang ekonomi keluarganya.

Namun, realitas di Indonesia justru menunjukkan ketimpangan yang kentara: sekolah negeri, yang sejatinya dibangun untuk memberikan akses pendidikan terjangkau bagi masyarakat kurang mampu, justru dipadati oleh anak-anak dari keluarga dengan ekonomi mapan.

Orang tua yang gajinya jauh di atas pegawai negeri, bahkan mampu membayar SPP sekolah swasta berkualitas, ternyata lebih memilih "menyerbu" sekolah negeri favorit.

Fenomena ini bukan hanya ironis, tetapi juga mencerminkan kegagalan empati dan tanggung jawab sosial dari kalangan berprivilege.

Sekolah Negeri untuk Siapa?

Sekolah negeri didirikan dengan tujuan mulia: menyediakan pendidikan berkualitas dengan biaya terjangkau, terutama bagi masyarakat yang kurang mampu.

Dana APBN yang dialokasikan untuk sektor pendidikan seharusnya menjadi penyangga bagi anak-anak dari keluarga miskin atau menengah bawah agar mereka bisa bersaing secara setara. Namun, fakta di lapangan justru berbeda.

Banyak sekolah negeri favorit (terutama di kota-kota besar) didominasi oleh anak-anak dari keluarga mampu. Mereka bersaing ketat memperebutkan kursi, bahkan dengan menggunakan segala cara, seperti les tambahan, bimbingan belajar intensif, atau bahkan "jalur belakang".

Akibatnya, anak-anak dari keluarga kurang mampu semakin tersingkir. Mereka yang seharusnya menjadi prioritas justru kalah bersaing karena ketiadaan akses ke sumber daya tambahan.

Padahal, bagi keluarga mampu, pilihan sebenarnya lebih luas: mereka bisa menyekolahkan anaknya ke swasta dengan fasilitas lebih baik tanpa mengorbankan hak anak-anak kurang beruntung.

Baca Juga: 10 Tulisan Terbaik AYO NETIZEN Juni 2025, Total Hadiah Rp1,5 Juta

Mengapa Orang Tua Mapan Masih Memilih Sekolah Negeri?

Pertama, mentalitas cari aman dan gengsi. Sekolah negeri dianggap lebih "terjamin" kualitasnya karena berada di bawah pemerintah, meski kenyataannya banyak sekolah swasta yang jauh lebih unggul.

Selain itu, bersekolah di negeri favorit menjadi semacam simbol status—seolah anak mereka "lebih pintar" karena lolos seleksi ketat.

Kedua, egoisme finansial. Meski mampu membayar SPP swasta yang mahal, banyak orang tua lebih memilih menghemat anggaran dengan memanfaatkan subsidi negara.

Mereka lupa bahwa uang pajak yang mereka bayar seharusnya juga dinikmati oleh masyarakat yang benar-benar membutuhkan. Alih-alih memberi kesempatan pada yang kurang mampu, mereka justru mengambil jatah tersebut demi keuntungan pribadi.

Ketiga, kurangnya kesadaran sosial. Banyak orang tua ekonomi mapan tidak memikirkan dampak kolektif dari pilihan mereka. Mereka hanya fokus pada kebutuhan anak sendiri tanpa mempertimbangkan bahwa keputusan mereka bisa menghambat mobilitas sosial anak-anak dari keluarga miskin.

Sekolah Swasta Bukanlah Aib

Ilustrasi | Sekolah Rakyat dirancang sebagai sekolah berasrama dengan fasilitas lengkap, termasuk laboratorium, fasilitas olahraga, dan sistem pembelajaran berbasis teknologi. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Magang Foto/Algifari Tohaga Abdillah)
Ilustrasi | Sekolah Rakyat dirancang sebagai sekolah berasrama dengan fasilitas lengkap, termasuk laboratorium, fasilitas olahraga, dan sistem pembelajaran berbasis teknologi. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Magang Foto/Algifari Tohaga Abdillah)

Ada persepsi keliru bahwa sekolah swasta adalah "pilihan kedua" bagi yang tidak lolos negeri.

Padahal, banyak sekolah swasta, khususnya yang berbasis agama atau kurikulum internasional, menawarkan kualitas lebih baik dengan fasilitas lengkap.

Jika orang tua mampu benar-benar peduli pada pendidikan anak, mereka seharusnya berinvestasi di sana, bukan berebut kursi di sekolah negeri yang notabene disubsidi untuk rakyat miskin.

Selain itu, memilih swasta justru bisa menjadi bentuk kontribusi sosial. Dengan mengurangi tekanan pada sekolah negeri, mereka memberi ruang bagi anak-anak kurang mampu untuk mendapatkan pendidikan layak.

Bukankah lebih mulia jika privilege yang dimiliki digunakan untuk menciptakan kesetaraan, bukan memperlebar jurang ketimpangan?

Baca Juga: Kedewasaan Menyikapi Enklave Monarki DIY bagi Masyarakat Luar Jogja

Pemerintah seharusnya mempertimbangkan sistem seleksi yang lebih adil, seperti kuota khusus untuk keluarga miskin atau penyesuaian zonasi yang lebih ketat. Kriteria ekonomi bisa menjadi salah satu pertimbangan, sehingga anak-anak dari keluarga kurang mampu tidak terus terpinggirkan.

Selain itu, perlu kampanye kesadaran bagi orang tua mampu agar lebih bertanggung jawab secara sosial. Memiliki privilege seharusnya diiringi dengan kesadaran untuk tidak merampas hak orang lain.

Orang tua dengan ekonomi mapan seharusnya sadar diri: sekolah negeri bukanlah tempat untuk mereka. Jika benar peduli pada masa depan anak, pilihlah swasta yang sesuai dengan kemampuan finansial. Jangan sampai keserakahan dan gengsi mengorbankan hak anak-anak yang kurang beruntung.

Pendidikan adalah alat untuk memutus rantai kemiskinan, dan setiap orang yang mampu seharusnya menjadi bagian dari solusi, bukan masalah.

Sudah saatnya privilege digunakan untuk berbagi, bukan menindas. (*)

Tonton Video Terbaru dari Ayobandung:

Disclaimer

Tulisan ini merupakan artikel opini yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Pandangan yang disampaikan dalam artikel ini tidak mewakili pandangan atau kebijakan organisasi dan redaksi AyoBandung.id.

Didin Tulus
Tentang Didin Tulus
Lahir di Bandung, 14 Maret 1977. Kini tinggal di kota Cimahi
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

News Update

Ayo Biz 16 Jul 2025, 18:44 WIB

“Indonesia Surganya Herbal”: Gerakan Nabawi Health Merawat Perempuan Lewat Warisan Tanaman Obat

Di balik kemasan botani dan formula ilmiah, ada semangat kampanye yang tengah digerakkan Nabawi Health, yakni mengajak perempuan Indonesia kembali akrab dengan kekayaan alamnya.
Di balik kemasan botani dan formula ilmiah, ada semangat kampanye yang tengah digerakkan Nabawi Health, yakni mengajak perempuan Indonesia kembali akrab dengan kekayaan alamnya. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Jelajah 16 Jul 2025, 18:20 WIB

Kisah Kapal Laut Cimahi yang Hilang di Kabut Kalimantan, Diterkam Laut China Selatan

Kapal Tjimahi (Cimahi) sempat hilang akibat kabut Kalimantan dan akhirnya tenggelam di Kepulauan Paracel pada 1915. Kisah sejarah kapal kolonial yang lenyap di Laut China Selatan.
Kapal Tjimahi (Cimahi). (Sumber: Stichting Maritiem Historische Data)
Ayo Netizen 16 Jul 2025, 17:24 WIB

Arti di Balik Gerakan Anak Koci: Tarian Pacu Jalur yang Viral hingga Mancanegara

Pacu Jalur adalah lomba mendayung perahu besar (disebut jalur) yang sudah eksis sejak abad ke-17.
Tarian Anak Koci dalam pacu jalur bukan sekadar pertunjukan visual. Ia adalah ritual penuh makna. (Sumber: mediacenter.riau.go.id)
Beranda 16 Jul 2025, 15:12 WIB

Rombel Sekolah Negeri Diperbesar, Sekolah Swasta Kecil di Bandung Barat Semakin Terpojok dan Terancam Gulung Tikar

Jika tidak ada perubahan kebijakan yang berpihak pada keadilan, banyak sekolah swasta di daerah seperti Bandung Barat hanya tinggal menunggu waktu untuk gulung tikar.
SMA Mekarwangi Lembang yang memiliki akreditasi A hanya menerima 10 calon siswa yang mendaftar pada 11 Juli 2025. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Restu Nugraha)
Ayo Biz 16 Jul 2025, 14:41 WIB

Bisnis Tak Lagi Sekadar Profit, Kolaborasi Amble dan Wallts sebagai Gerakan Sosial Baru

Amble dan Wallts Wallet, menunjukkan bagaimana kolaborasi lintas produk bisa menjadi strategi yang tak hanya menguntungkan secara ekonomi, tetapi juga bermakna secara sosial.
Amble dan Wallts Wallet, menunjukkan bagaimana kolaborasi lintas produk bisa menjadi strategi yang tak hanya menguntungkan secara ekonomi, tetapi juga bermakna secara sosial.
Ayo Biz 16 Jul 2025, 14:39 WIB

Mengenal Kerupuk Edun, Camilan Legendaris yang Selalu Laris

Di balik gurih dan pedasnya camilan Kerupuk Edun yang kerap terlihat di warung-warung, terdapat kisah perjuangan panjang dari sebuah pabrik rumahan. Cucu Kholid, sang pendiri, memulai usaha ini bersam
Kerupuk Edun M Cucu (Foto: Ist)
Ayo Jelajah 16 Jul 2025, 13:40 WIB

Kala Rancaekek Diamuk Tornado Pertama di Indonesia

Fenomena angin puting beliung di Rancaekek disebut tornado pertama di Indonesia. BRIN dan ITB beda pendapat soal istilah dan sejarahnya.
Tornado Rancaekek yang dilaporkan terlihat dari Jatinangor. (Sumber: Twitter @be4utiful0nes)
Ayo Biz 16 Jul 2025, 12:08 WIB

Cerita D'Pikat Jadi Cemilan Kekinian Favorit Warga Banjaran

Dera Nurwidia Sari tidak pernah menyangka bahwa hobi memasak akan membuka jalan menuju dunia bisnis. Perempuan asal Banjaran ini memulai kariernya sebagai SPG dan admin kantor.
D'Pikat cemilan kekinian yang jadi favorit warga Banjaran. (Foto: Rizma Riyandi)
Mayantara 16 Jul 2025, 11:23 WIB

Domestikasi Teknologi: Kita yang Menjinakkan atau Kita yang Dijinakkan?

Konsep domestikasi teknologi menggambarkan bagaimana teknologi, yang pada awalnya bersifat asing, teknis, dan netral, berubah menjadi sesuatu yang dekat, akrab, dan tak terpisahkan dari kehidupan.
Konsep domestikasi teknologi membantu kita melihat bahwa hubungan manusia dan teknologi jauh lebih rumit. (Sumber: Pexels/Ila Bappa Ibrahim)
Ayo Netizen 16 Jul 2025, 09:05 WIB

Teknik Komunikasi Kuasa Berulang Gibran: Hilirasasi Menyan

Tak cukup sekali, Wapres RI Gibran Rakabuming Putra munculkan konsep hilirasasi menyan.
Wakil Presiden Republik Indonesia, Gibran Rakabuming. (Sumber: Dok. Kemenpora)
Beranda 16 Jul 2025, 08:41 WIB

Kebijakan Dedi Mulyadi Bikin Sekolah Swasta di Kabupaten Bandung Sekarat, DPRD: Ini Penggerusan Mutu Pendidikan!

Lebih menyedihkan, lanjut Wahid, banyak sekolah swasta harus menggratiskan biaya pendidikan agar tetap bisa menarik pendaftar.
Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Muslim Yanuar Putra)
Ayo Netizen 15 Jul 2025, 18:26 WIB

Reformasi Trayek Angkot Bandung

Reformasi trayek angkot bukan hanya soal mengganti rute atau mengecat ulang kendaraan. Ia menyentuh pula aspek sosial, ekonomi, bahkan politik lokal.
Angkot di Bandung Raya. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Kavin Faza)
Ayo Biz 15 Jul 2025, 17:10 WIB

Kisah Ketahanan dan Inovasi, Transformasi Elzatta Menuju Brand Berkelanjutan

Dari scarf ke strategi, dari lokal ke arah global, Elzatta membuktikan bahwa ketahanan dan inovasi produk adalah fondasi brand fashion muslim yang berkelanjutan.
Elzatta, brand lokal yang sudah berdiri belasan tahun dan kini memasuki fase transformasi kreatif yang matang. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 15 Jul 2025, 17:02 WIB

Pemilu Dipisah Siapa Pegang Kendali Daerah, Perpanjangan Jabatan atau Diganti Penjabat?

Putusan MK 135/PUU-XXII/2024 pisahkan Pemilu Nasional dan Daerah mulai 2029. Ini picu masa transisi kepemimpinan lokal yang krusial.
Putusan MK 135/PUU-XXII/2024 pisahkan Pemilu Nasional dan Daerah mulai 2029. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Kavin Faza)
Ayo Jelajah 15 Jul 2025, 16:04 WIB

Kisah Kopi Kapal Selam Bandung, Warisan Tua yang Tak Pernah Tenggelam

Kisah Kopi Kapal Selam Bandung, salah satu merek kopi tertua yang lahir saat Perang Dunia II dan tetap bertahan lewat rasa dan konsistensi.
Kopi Kapal Selam Bandung. (Sumber: Ayobandung)
Ayo Biz 15 Jul 2025, 15:00 WIB

Mie Kocok BPJS, Tempat Makan Siang yang Selalu Berhasil Menggoyang Lidah

Di tengah hiruk-pikuk wisata kuliner Kota Bandung, terselip satu penjaja mie kocok sederhana yang menawarkan pengalaman makan yang tak terlupakan. Lokasinya cukup tersembunyi, namun justru itulah yang
Mie Kocok BPJS (Foto: Ist)
Ayo Biz 15 Jul 2025, 13:51 WIB

Filosofi Fesyen dari Lavaluc: Menjahit Keberuntungan dalam Setiap Lapis Gaya

Lavaluc hadir bukan sekadar brand lokal, tapi sebuah pernyataan gaya yang memadukan kenyamanan, filosofi, dan cita rasa elegan bagi perempuan.
Lavaluc hadir bukan sekadar brand lokal, tapi sebuah pernyataan gaya yang memadukan kenyamanan, filosofi, dan cita rasa elegan bagi perempuan. (Sumber: Lavaluc)
Ayo Biz 15 Jul 2025, 13:10 WIB

Kopi Ruang Diskusi: Roastery Lokal dengan Cita Rasa Premium

Kopi Ruang Diskusi adalah nama yang akrab di telinga para pecinta kopi di Soreang dan sekitarnya. Di balik kesuksesannya, terdapat perjalanan panjang dari sang pemilik, Asep Andi.
Asep Andi, Owner Ruang Diskusi Kopi (Foto: Rizma Riyandi)
Ayo Jelajah 15 Jul 2025, 11:57 WIB

Jejak Samar Sejarah Pecinan Bandung, dari Chineesche Kamp ke Ruko Klasik Pasar Baru

Jejak sejarah pecinan Bandung, dari Chineesche kamp era Daendels hingga deretan ruko klasik yang membentuk denyut kota masa lampau.
Suasana Chineesche Kamp Bandung zaman Belanda tahun 1900-an. (Sumber: Leiden University Libraries Digital Collections)
Ayo Netizen 15 Jul 2025, 11:20 WIB

Guru Hebat, Suasana Hangat 

Guru hebat adalah guru yang dicintai para siswanya. Ya guru yang akrab, bisa dekat, menyenangkan, dan tetap menginspirasi.
Sejumlah siswa baru mengikuti kegiatan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) di Kota Bandung. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Gilang Fathu Romadhan)