AYOBANDUNG.ID -- Di balik gurih dan pedasnya camilan Kerupuk Edun yang kerap terlihat di warung-warung, terdapat kisah perjuangan panjang dari sebuah pabrik rumahan. Cucu Kholid, sang pendiri, memulai usaha ini bersama sang istri pada 1979.
Modal awal mereka hanya 10–15 kilogram tepung tapioka yang diolah secara manual. Kala itu, mereka membagi peran, istri bertugas membuat dan menggoreng kerupuk, sementara Cucu bertugas memasarkannya.
Kini, pabrik Kerupuk Edun mampu mengolah hingga satu ton tepung tapioka setiap hari. Dapur produksi mereka mampu menghasilkan sekitar 70.000 bungkus kerupuk kecil yang tersebar di berbagai kota.
Pembuatan Kerupuk Edun sendiri cukup panjang dan melelahkan. Lima orang pekerja laki-laki bertugas di ruang pengolahan, dari mengaduk adonan, menggiling, memotong, menyusun, hingga mengukus adonan di atas bara api.
Setelah itu, kerupuk dijemur di halaman, disangrai, lalu dibumbui dalam tong berputar agar merata. Di ruang pengemasan, lebih dari 10 tim yang terdiri dari ibu-ibu, bertugas mengemas kerupuk menggunakan teknik tradisional.
Proses pengemasan dilakukan secara manual. Plastik kecil dipanaskan dan disegel dengan lilin. Tak butuh waktu lama, ribuan bungkus menggunung hasil kerja tangan yang terampil.
Sebutan 'Edun' Datang dari Konsumen
Cucu mengaku tidak merancang nama produknya secara khusus. Nama Kerupuk Edun berasal dari komentar spontan para konsumen yang terpikat dengan rasa pedas dan gurihnya.
Edun dalam bahasa Sunda berarti gila atau luar biasa. Kata tersebut dianggap sebagai sebuah pujian atas kelezatan kerupuknya.
Kerupuk Edun sendiri berbeda dari gurilem khas Cililin. Produk ini memiliki bentuk dan cita rasa khas yang diciptakan langsung oleh Cucu dan istrinya.
Cemilan ini tersedia dalam kemasan 100 biji (Rp35.000) dan 80 biji (Rp26.000), serta eceran Rp500 per bungkus kecil. Selain memiliki nama merk sendiri, kerupuk ini juga dijuluki 'kerupuk gopean' oleh pelanggan.
Dengan harga yang terjangkau dan skala produksi besar, omzet Kerupuk Edun bisa mencapai Rp400 juta per bulan. Namun, tantangan tak lantas hilang.
Tantangan Bisnis dan Zaman
Kenaikan drastis harga tepung tapioka dari Rp460 ribu menjadi Rp1 juta per kuintal membuat pabrik harus memutar otak. Demi menjaga harga jual tetap terjangkau, isi kerupuk dikurangi tanpa mengurangi kualitas rasa.
“Kami tidak mungkin menaikkan harga. Tapi kami juga tidak bisa mem-PHK karyawan. Jadi, kami pertahankan produksi dengan isi lebih sedikit,” ujar Cucu.
Kini, pabrik Kerupuk Edun mempekerjakan sekitar 45 orang. Selain memberikan lapangan kerja, Cucu juga ingin agar usahanya bisa membawa manfaat ekonomi bagi lingkungannya.
Distribusi produk tidak hanya di wilayah Bandung Raya, tapi juga ke Tasikmalaya, Garut, Cianjur, hingga Pangandaran. Uniknya, Cucu memilih tidak mendominasi pasar lokal Bandung agar pengusaha kerupuk lain tetap memiliki ruang usaha yang sehat.
Selain bahan baku yang mahal, Cucu juga menghadapi tantangan dari libur panjang sekolah dan persaingan antarprodusen kerupuk. Namun bagi Cucu, kompetisi adalah pengingat bahwa seorang pengusaha tak boleh cepat puas.
“Persaingan itu justru sehat. Artinya kita tidak boleh berleha-leha,” ucapnya sambil tersenyum. Saat ini Cucu masih membuka pintu bagi konsumen yang ingin membeli langsung dari pabrik, dengan harga mulai dari Rp10.000 per plastik besar.
Informasi Umum Kerupuk Edun M Cucu
Alamat: Jl. Kapten Sarwono, Batukarut, Kec. Arjasari, Kabupaten Bandung, Jawa Barat
Jam Operasional: 08.00 - 17.00 WIB
Instagram: kerupukedun_official/Kerupuk Cap Bawang EDUN
Lazada: https://www.lazada.co.id/tag/kerupuk-edun/
Alternatif Produk Serupa
1. https://s.shopee.co.id/2g0CVSFcOx