Agar Haji 2026 Tak Terus Memburuk

Muhammad Sufyan Abdurrahman
Ditulis oleh Muhammad Sufyan Abdurrahman diterbitkan Senin 14 Jul 2025, 08:24 WIB
Pengurusan Haji 2025 di Armuzna (Sumber: Ayobandung.id)

Pengurusan Haji 2025 di Armuzna (Sumber: Ayobandung.id)

Awal Juli lalu, KPK memastikan penyidikan dugaan korupsi haji era Menteri Agama Gusmen/Yaqut Cholil Quomas akan terus dilakukan.

Tentu ini kabar segar! Sebagai petugas haji Indonesia 2024 dan umumnya rakyat Indonesia, pengawalan kasus ini tak boleh melempem, apalagi pudar, merujuk terutama yang terjadi pada musim-musim haji sebelumnya.

Puncak ibadah haji 2025, sebagaimana diberitkan AyoBandung.com, menyisakan sejumlah persoalan serius yang semestinya menjadi alarm pemerintah Indonesia.

Dari fase Arafah, Muzdalifah, hingga Mina (Armuzna), berbagai kekacauan terekam, khususnya aspek transportasi dan akomodasi.

Sejumlah jemaah Indonesia terpaksa berjalan kaki dari Muzdalifah ke Mina sejauh 4 hingga 5 kilometer, karena keterlambatan penjemputan bus. Ironisnya, mereka baru menjalani ibadah berat sejak siang di Arafah, ditambah mabit di Muzdalifah dalam kondisi fisik menurun.

Saat tiba di Mina pun, tidak semua langsung bisa masuk ke tenda karena tempat belum siap atau penuh. Padahal masih ada kewajiban melempar jumrah yang harus jalan kaki rerata delapan kilometer pulang-pergi.

Dalam catatan penulis, pengalaman ini sejatinya bukan yang pertama. Pada 2023, kejadian serupa sempat terjadi, bahkan membuat beberapa Jemaah wafat.

Namun pada 2024, sistem yang digunakan masih berbasis maktab dengan skema layanan terpusat berbasis kloter, sehingga penempatan dan pergerakan jemaah lebih terkoordinasi.

Sayangnya, pada 2025 sistem pelayanan haji berubah total karena diberlakukannya model syarikah, yakni delapan perusahaan penyedia jasa yang masing-masing melayani jemaah berdasarkan nama syarikah yang tercantum dalam visa.

Sistem baru ini, meskipun berniat meningkatkan kualitas layanan melalui kompetisi, ternyata diimplementasikan tergesa. Akibatnya, koordinasi antar-instansi haji Indonesia dan Saudi menjadi kacau.

Manifest Kementerian Agama yang masih berbasis kloter tidak selaras penempatan jemaah oleh pihak syarikah yang berdasarkan entri visa. Hasilnya, suami dan istri terpisah hotel, lansia terlepas dari pendampingnya, bahkan petugas tidak lagi mendampingi jemaah yang menjadi tanggung jawabnya.

Lebih parah lagi, ketidaksinkronan ini berlanjut hingga Arafah dan Mina. Penempatan jemaah di tenda berlangsung secara acak, tidak berdasarkan kloter, wilayah, atau kabupaten. Siapa datang duluan, dia dapat tempat. Beberapa jemaah bahkan terpaksa tidur di luar tenda karena tidak kebagian.

Sementara itu, mekanisme murur dan tanazul yang awalnya dijanjikan sebagai inovasi pelayanan malah berantakan. Jamaah sehat justru dibawa langsung ke Mina, sementara lansia dan kelompok risiko tinggi diturunkan di Muzdalifah dalam kondisi minim pendampingan.

Kekacauan lain terjadi pada fase Mina, ketika tenda yang sempit menampung jemaah tanpa skema penempatan kloter yang rapi. Lansia yang keluar untuk ke toilet kebingungan mencari tenda mereka kembali karena tidak ada penanda atau sistem zona jelas. Pendampingan oleh petugas menjadi nyaris mustahil.

Hal ini memunculkan rasa kehilangan arah, bahkan rasa tidak aman bagi sebagian besar jemaah. Dengan kata lain, baik Gusmen maupun Menag sekarang Nasuruddin Umar, keduanya menyisakan noktah dan celah perbaikan.

Di balik semua ini, ada ironi lebih dalam. Indonesia mengirimkan jemaah terbesar di dunia, lebih dari 220 ribu orang tiap tahunnya.

Biaya dibayarkan tiap jemaah tidak kecil. Bila tiap orang membawa uang saku lima juta rupiah, maka lebih dari satu triliun rupiah beredar di Arab Saudi dari kantong rakyat Indonesia. Belum termasuk setoran biaya haji, penerbangan, visa, dan layanan tambahan.

Namun dalam konteks layanan, posisi Indonesia tetap lemah dan nyaris tidak bisa menuntut perbaikan yang tegas.

Akar Masalah dan Solusi

BIJB Kertajati kini fokus melayani penerbangan haji khususnya dari Jawa Barat. (Sumber: Ayobandung | Foto: Kavin Faza)
BIJB Kertajati kini fokus melayani penerbangan haji khususnya dari Jawa Barat. (Sumber: Ayobandung | Foto: Kavin Faza)

Akar kekacauan tahun ini bukan semata pada kapasitas syarikah, melainkan kurangnya mitigasi dan negosiasi sejak awal.

Pemerintah Indonesia semestinya menyadari, sistem syarikah yang diatur langsung otoritas Arab Saudi membutuhkan kesiapan data dan kontrol sejak awal pengajuan visa.

Ketika setiap jemaah ditempatkan berdasarkan syarikah yang berbeda dalam satu kloter, maka manifest yang disiapkan di tanah air menjadi tidak berguna di lapangan.

Solusi pertama dan paling strategis adalah melakukan diplomasi langsung di level tertinggi.

Presiden Prabowo Subianto dapat menjadi pihak yang menjalin komunikasi khusus dengan Putra Mahkota Muhammad bin Salman untuk meminta perlakuan lebih layak bagi jemaah Indonesia karena cerita Armuzna ini sudah berpuluh tahun!

Sebagai negara pengirim terbesar, Indonesia layak meminta jaminan layanan terstandar dan tidak jadi objek eksperimen sistem baru yang belum teruji. Jika perlu, Indonesia harus mempersyaratkan pelayanan minimal dan tidak membiarkan syarikah memaksakan sistem logistik tanpa persiapan.

Kedua, Kementerian Agama perlu memperkuat sistem database jemaah sejak dari proses pendaftaran dan pengajuan visa. Sinkronisasi antara syarikah dan manifest harus dimulai dari tahap perencanaan, bukan menunggu kejadian di lapangan.

Sistem gelang penanda, pelatihan petugas lintas syarikah, dan pembentukan satgas mitigasi khusus dapat meminimalisasi kekacauan di tahun depan.

Ketiga, evaluasi menyeluruh terhadap kinerja delapan syarikah harus dilakukan transparan. Komite pengawas haji, jemaah, dan media harus dilibatkan untuk menilai objektivitas layanan.

Syarikah yang mampu memberikan peningkatan layanan layak mendapatkan kontrak multi-tahun. Sebaliknya, syarikah yang gagal memenuhi standar layanan harus diputus kerjasamanya.

Akhir kata, jika haji adalah ibadah puncak yang memuliakan tamu Allah, maka pelayanannya dipastikan harus bermartabat, tertib, dan manusiawi.

Pemerintah Indonesia wajib hadir lebih kuat, lebih berani, dan lebih berdaulat melindungi rakyatnya di tanah suci. Semoga haji tahun-tahun mendatang lebih baik, tidak hanya sebagai ritual yang sah secara syariat, tapi juga mulia dalam praktik dan pelayanan. (*)

Tonton Video Terbaru dari Ayobandung:

Disclaimer

Tulisan ini merupakan artikel opini yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Pandangan yang disampaikan dalam artikel ini tidak mewakili pandangan atau kebijakan organisasi dan redaksi AyoBandung.id.

Muhammad Sufyan Abdurrahman
Pemerhati komunikasi publik + digital religion, berkhidmat di Prodi Digital PR Telkom University serta MUI, IPHI, Pemuda ICMI, dan BKPRMI Jawa Barat
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

News Update

Ayo Biz 16 Jul 2025, 18:44 WIB

“Indonesia Surganya Herbal”: Gerakan Nabawi Health Merawat Perempuan Lewat Warisan Tanaman Obat

Di balik kemasan botani dan formula ilmiah, ada semangat kampanye yang tengah digerakkan Nabawi Health, yakni mengajak perempuan Indonesia kembali akrab dengan kekayaan alamnya.
Di balik kemasan botani dan formula ilmiah, ada semangat kampanye yang tengah digerakkan Nabawi Health, yakni mengajak perempuan Indonesia kembali akrab dengan kekayaan alamnya. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Jelajah 16 Jul 2025, 18:20 WIB

Kisah Kapal Laut Cimahi yang Hilang di Kabut Kalimantan, Diterkam Laut China Selatan

Kapal Tjimahi (Cimahi) sempat hilang akibat kabut Kalimantan dan akhirnya tenggelam di Kepulauan Paracel pada 1915. Kisah sejarah kapal kolonial yang lenyap di Laut China Selatan.
Kapal Tjimahi (Cimahi). (Sumber: Stichting Maritiem Historische Data)
Ayo Netizen 16 Jul 2025, 17:24 WIB

Arti di Balik Gerakan Anak Koci: Tarian Pacu Jalur yang Viral hingga Mancanegara

Pacu Jalur adalah lomba mendayung perahu besar (disebut jalur) yang sudah eksis sejak abad ke-17.
Tarian Anak Koci dalam pacu jalur bukan sekadar pertunjukan visual. Ia adalah ritual penuh makna. (Sumber: mediacenter.riau.go.id)
Beranda 16 Jul 2025, 15:12 WIB

Rombel Sekolah Negeri Diperbesar, Sekolah Swasta Kecil di Bandung Barat Semakin Terpojok dan Terancam Gulung Tikar

Jika tidak ada perubahan kebijakan yang berpihak pada keadilan, banyak sekolah swasta di daerah seperti Bandung Barat hanya tinggal menunggu waktu untuk gulung tikar.
SMA Mekarwangi Lembang yang memiliki akreditasi A hanya menerima 10 calon siswa yang mendaftar pada 11 Juli 2025. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Restu Nugraha)
Ayo Biz 16 Jul 2025, 14:41 WIB

Bisnis Tak Lagi Sekadar Profit, Kolaborasi Amble dan Wallts sebagai Gerakan Sosial Baru

Amble dan Wallts Wallet, menunjukkan bagaimana kolaborasi lintas produk bisa menjadi strategi yang tak hanya menguntungkan secara ekonomi, tetapi juga bermakna secara sosial.
Amble dan Wallts Wallet, menunjukkan bagaimana kolaborasi lintas produk bisa menjadi strategi yang tak hanya menguntungkan secara ekonomi, tetapi juga bermakna secara sosial.
Ayo Biz 16 Jul 2025, 14:39 WIB

Mengenal Kerupuk Edun, Camilan Legendaris yang Selalu Laris

Di balik gurih dan pedasnya camilan Kerupuk Edun yang kerap terlihat di warung-warung, terdapat kisah perjuangan panjang dari sebuah pabrik rumahan. Cucu Kholid, sang pendiri, memulai usaha ini bersam
Kerupuk Edun M Cucu (Foto: Ist)
Ayo Jelajah 16 Jul 2025, 13:40 WIB

Kala Rancaekek Diamuk Tornado Pertama di Indonesia

Fenomena angin puting beliung di Rancaekek disebut tornado pertama di Indonesia. BRIN dan ITB beda pendapat soal istilah dan sejarahnya.
Tornado Rancaekek yang dilaporkan terlihat dari Jatinangor. (Sumber: Twitter @be4utiful0nes)
Ayo Biz 16 Jul 2025, 12:08 WIB

Cerita D'Pikat Jadi Cemilan Kekinian Favorit Warga Banjaran

Dera Nurwidia Sari tidak pernah menyangka bahwa hobi memasak akan membuka jalan menuju dunia bisnis. Perempuan asal Banjaran ini memulai kariernya sebagai SPG dan admin kantor.
D'Pikat cemilan kekinian yang jadi favorit warga Banjaran. (Foto: Rizma Riyandi)
Mayantara 16 Jul 2025, 11:23 WIB

Domestikasi Teknologi: Kita yang Menjinakkan atau Kita yang Dijinakkan?

Konsep domestikasi teknologi menggambarkan bagaimana teknologi, yang pada awalnya bersifat asing, teknis, dan netral, berubah menjadi sesuatu yang dekat, akrab, dan tak terpisahkan dari kehidupan.
Konsep domestikasi teknologi membantu kita melihat bahwa hubungan manusia dan teknologi jauh lebih rumit. (Sumber: Pexels/Ila Bappa Ibrahim)
Ayo Netizen 16 Jul 2025, 09:05 WIB

Teknik Komunikasi Kuasa Berulang Gibran: Hilirasasi Menyan

Tak cukup sekali, Wapres RI Gibran Rakabuming Putra munculkan konsep hilirasasi menyan.
Wakil Presiden Republik Indonesia, Gibran Rakabuming. (Sumber: Dok. Kemenpora)
Beranda 16 Jul 2025, 08:41 WIB

Kebijakan Dedi Mulyadi Bikin Sekolah Swasta di Kabupaten Bandung Sekarat, DPRD: Ini Penggerusan Mutu Pendidikan!

Lebih menyedihkan, lanjut Wahid, banyak sekolah swasta harus menggratiskan biaya pendidikan agar tetap bisa menarik pendaftar.
Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Muslim Yanuar Putra)
Ayo Netizen 15 Jul 2025, 18:26 WIB

Reformasi Trayek Angkot Bandung

Reformasi trayek angkot bukan hanya soal mengganti rute atau mengecat ulang kendaraan. Ia menyentuh pula aspek sosial, ekonomi, bahkan politik lokal.
Angkot di Bandung Raya. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Kavin Faza)
Ayo Biz 15 Jul 2025, 17:10 WIB

Kisah Ketahanan dan Inovasi, Transformasi Elzatta Menuju Brand Berkelanjutan

Dari scarf ke strategi, dari lokal ke arah global, Elzatta membuktikan bahwa ketahanan dan inovasi produk adalah fondasi brand fashion muslim yang berkelanjutan.
Elzatta, brand lokal yang sudah berdiri belasan tahun dan kini memasuki fase transformasi kreatif yang matang. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 15 Jul 2025, 17:02 WIB

Pemilu Dipisah Siapa Pegang Kendali Daerah, Perpanjangan Jabatan atau Diganti Penjabat?

Putusan MK 135/PUU-XXII/2024 pisahkan Pemilu Nasional dan Daerah mulai 2029. Ini picu masa transisi kepemimpinan lokal yang krusial.
Putusan MK 135/PUU-XXII/2024 pisahkan Pemilu Nasional dan Daerah mulai 2029. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Kavin Faza)
Ayo Jelajah 15 Jul 2025, 16:04 WIB

Kisah Kopi Kapal Selam Bandung, Warisan Tua yang Tak Pernah Tenggelam

Kisah Kopi Kapal Selam Bandung, salah satu merek kopi tertua yang lahir saat Perang Dunia II dan tetap bertahan lewat rasa dan konsistensi.
Kopi Kapal Selam Bandung. (Sumber: Ayobandung)
Ayo Biz 15 Jul 2025, 15:00 WIB

Mie Kocok BPJS, Tempat Makan Siang yang Selalu Berhasil Menggoyang Lidah

Di tengah hiruk-pikuk wisata kuliner Kota Bandung, terselip satu penjaja mie kocok sederhana yang menawarkan pengalaman makan yang tak terlupakan. Lokasinya cukup tersembunyi, namun justru itulah yang
Mie Kocok BPJS (Foto: Ist)
Ayo Biz 15 Jul 2025, 13:51 WIB

Filosofi Fesyen dari Lavaluc: Menjahit Keberuntungan dalam Setiap Lapis Gaya

Lavaluc hadir bukan sekadar brand lokal, tapi sebuah pernyataan gaya yang memadukan kenyamanan, filosofi, dan cita rasa elegan bagi perempuan.
Lavaluc hadir bukan sekadar brand lokal, tapi sebuah pernyataan gaya yang memadukan kenyamanan, filosofi, dan cita rasa elegan bagi perempuan. (Sumber: Lavaluc)
Ayo Biz 15 Jul 2025, 13:10 WIB

Kopi Ruang Diskusi: Roastery Lokal dengan Cita Rasa Premium

Kopi Ruang Diskusi adalah nama yang akrab di telinga para pecinta kopi di Soreang dan sekitarnya. Di balik kesuksesannya, terdapat perjalanan panjang dari sang pemilik, Asep Andi.
Asep Andi, Owner Ruang Diskusi Kopi (Foto: Rizma Riyandi)
Ayo Jelajah 15 Jul 2025, 11:57 WIB

Jejak Samar Sejarah Pecinan Bandung, dari Chineesche Kamp ke Ruko Klasik Pasar Baru

Jejak sejarah pecinan Bandung, dari Chineesche kamp era Daendels hingga deretan ruko klasik yang membentuk denyut kota masa lampau.
Suasana Chineesche Kamp Bandung zaman Belanda tahun 1900-an. (Sumber: Leiden University Libraries Digital Collections)
Ayo Netizen 15 Jul 2025, 11:20 WIB

Guru Hebat, Suasana Hangat 

Guru hebat adalah guru yang dicintai para siswanya. Ya guru yang akrab, bisa dekat, menyenangkan, dan tetap menginspirasi.
Sejumlah siswa baru mengikuti kegiatan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) di Kota Bandung. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Gilang Fathu Romadhan)