Arti di Balik Gerakan Anak Koci: Tarian Pacu Jalur yang Viral hingga Mancanegara

Netizen
Ditulis oleh Netizen diterbitkan Rabu 16 Jul 2025, 17:24 WIB
Tarian Anak Koci dalam pacu jalur bukan sekadar pertunjukan visual. Ia adalah ritual penuh makna. (Sumber: mediacenter.riau.go.id)

Tarian Anak Koci dalam pacu jalur bukan sekadar pertunjukan visual. Ia adalah ritual penuh makna. (Sumber: mediacenter.riau.go.id)

Ditulis oleh Jamilatul Istiqomah*

Pacu Jalur adalah lomba mendayung perahu besar (disebut jalur) yang sudah eksis sejak abad ke-17. Dulu, jalur digunakan sebagai alat transportasi utama masyarakat pesisir Sungai Kuantan, Riau. Karena perannya yang vital, jalur bukan hanya kendaraan air, tapi telah menjadi simbol identitas sosial masyarakat Rantau Kuantan.

Awalnya, lomba Pacu Jalur digelar dalam rangka memperingati hari besar Islam. Namun kini, tradisi ini berkembang menjadi bagian dari perayaan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia dan diselenggarakan setiap bulan Agustus. Sejak 1903, Pacu Jalur telah menjadi agenda budaya resmi Pemerintah Provinsi Riau dan ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda.

Setiap tim perahu terdiri dari puluhan pendayung yang bekerja serempak menuju garis akhir. Namun, ada satu sosok kecil yang justru menjadi pusat perhatian: Anak Koci, disebut juga Anak Joki atau Togak Luan. 

Anak Koci adalah anak laki-laki berusia 10–13 tahun yang berdiri di bagian haluan perahu—bagian paling depan. Tugasnya bukan mendayung, melainkan menari dengan gerakan khas yang menjadi semacam “kompas irama” bagi seluruh pendayung. Ia menjaga ritme, menyalurkan semangat, dan bahkan membantu menyeimbangkan perahu.

Tarian Anak Koci bukan sekadar pertunjukan visual. Ia adalah ritual penuh makna, simbol dari hubungan manusia, alam, dan budaya lokal.

Beberapa gerakan utama dari tarian Anak Koci telah ditelusuri dan memiliki arti mendalam, sebagaimana dikutip dari berbagai sumber termasuk Antaranews:

  • Lambaian tangan ke arah sungai: simbol penghormatan terhadap Batang Kuantan, sungai yang dianggap sebagai sumber kehidupan masyarakat. Gerakan ini mencerminkan rasa hormat terhadap alam dan kekuatan spiritual yang menjaga jalannya lomba.

  • Kaki yang lincah dan gesit: mewakili ketangkasan dan keharmonisan dalam kehidupan masyarakat pesisir. Irama kaki yang cepat memberi inspirasi ritme bagi para pendayung. 

Tarian Anak Koci dalam pacu jalur bukan sekadar pertunjukan visual. Ia adalah ritual penuh makna. (Sumber: mediacenter.riau.go.id)
Tarian Anak Koci dalam pacu jalur bukan sekadar pertunjukan visual. Ia adalah ritual penuh makna. (Sumber: mediacenter.riau.go.id)
  • Tangan terbuka ke atas: menjadi lambang rasa syukur atas keselamatan, keberkahan, dan panen yang melimpah. Gerakan ini juga memperlihatkan doa agar perlombaan berlangsung lancar tanpa bahaya.

  • Sujud syukur: ketika menyentuh garis akhir, anak Koci melakukan sujud syukur sebagai wujud terima kasih kepada sang Pencipta.

Gerakan-gerakan ini diiringi oleh alunan musik tradisional seperti gendang, gong, dan serunai, yang bukan sekadar iringan tetapi juga menyuarakan semangat kolektif, gotong royong, dan keberanian—jiwa dari Pacu Jalur itu sendiri.

Keunikan dan kharisma tarian Anak Koci telah menyita perhatian publik, bahkan hingga mancanegara. Video-video yang menampilkan Anak Koci menari dengan penuh semangat di atas perahu telah viral di media sosial. Banyak warganet hingga mancanegara yang terinspirasi, membuat konten serupa, hingga menirukan gaya tarian mereka.

Seiring viralnya gerakan Anak Koci, muncullah istilah baru di kalangan pengguna media sosial, yaitu “Aura Farming.” Istilah ini digunakan untuk menggambarkan gerakan penuh semangat, percaya diri, dan karismatik yang ditunjukkan Anak Koci. Banyak warganet menyebut bahwa tarian tersebut "memancarkan aura positif dan energi luar biasa", sehingga cocok disebut sebagai aksi “aura farming”.

Ungkapan ini kini makin populer dan digunakan untuk menyebut siapa saja yang tampil percaya diri dan menonjol dalam suatu momen, terinspirasi dari gaya Anak Koci.

Tak hanya masyarakat umum dan konten kreator lokal, bahkan akun media sosial resmi klub sepak bola dunia ikut meramaikan tren tarian Anak Koci.

AC Milan melalui akun TikTok resminya mengunggah video maskot klub mereka yang menirukan gerakan khas Anak Koci lengkap dengan musik tradisional Pacu Jalur.

Paris Saint-Germain (PSG) tak ketinggalan meramaikan tren ini. Melalui akun resminya, klub asal Prancis tersebut membagikan video editan kreatif yang menyisipkan cuplikan tarian Anak Koci, seolah-olah para pemain PSG ikut membawakan gerakan khas Pacu Jalur dengan semangat yang sama.

Aksi dua klub raksasa Eropa ini menjadi bukti kuat bahwa budaya lokal Indonesia, khususnya dari Kuantan Singingi, telah menembus panggung global dan dihargai oleh komunitas internasional.

Baca Juga: 10 Tulisan Terbaik AYO NETIZEN Juni 2025, Total Hadiah Rp1,5 Juta

Bagi masyarakat Kuantan Singingi, fenomena ini bukan hanya kebanggaan, tetapi juga menjadi momen di mana budaya lokal tampil di panggung dunia.

Tarian Anak Koci bukan sekadar pelengkap Pacu Jalur. Ia adalah refleksi kearifan lokal, simbol penghormatan terhadap alam, kehidupan, dan kebersamaan. Di balik tubuh kecil Anak Koci, tersimpan kekuatan besar: menjaga semangat, menyatukan gerakan, dan menyampaikan makna budaya kepada dunia.

Pacu Jalur dan tarian Anak Koci adalah bukti bahwa warisan budaya Indonesia bukan hanya untuk dikenang, tapi juga untuk dibanggakan, disebarkan, dan dilestarikan. (*)

*Jamilatul Istiqomah, guru SDN 2 Tuko, Pulokulon, Grobogan, Jawa Tengah, Kreator Konten  dan Koordinator Bidang Kesekretariatan dan Keanggotaan Pengurus Forum Silaturahmi Penulis Grobogan (FSPG).

Artikel Rekomendasi Untuk Anda

Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

News Update

Beranda 21 Des 2025, 23:31 WIB

Bukan Sekadar Tren: Alasan Perempuan Gen Z Lebih Aktif di Second Account Instagram

Acara tersebut digelar untuk memperkenalkan ruang aman bagi para perempuan untuk saling berbagi cerita dan pengalaman yang disebut Kutub Sisters.
Meet Up Komunitas Kutub Sisters pada Minggu, (21/12), di Palary Coffee & Eatery. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Nisrina Nuraini)
Ayo Netizen 21 Des 2025, 20:14 WIB

Seven October Coffee: Ruang Ngopi yang Menghidupkan Ingatan Palestina di Bandung

Seven October Coffee di Bandung menghadirkan konsep unik yang memadukan pengalaman ngopi dengan edukasi sejarah Palestina.
Tembok Sejarah Palestina dari Awal-Sekarang. (Sumber: Dokumen Pribadi | Foto: Amir Huwaidi)
Ayo Netizen 21 Des 2025, 19:27 WIB

Alasan Maraknya Warga Bandung Memilih Transportasi Pribadi ketimbang Transportasi Umum

Banyak sekali warga Bandung yang memilih untuk menggunakan kendaraan pribadinya dibanding harus menggunakan transportasi umum.
Potret salah satu transportasi umum yang tersedia di Bandung, 27 November 2025. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Siti Zahra)
Ayo Netizen 21 Des 2025, 17:21 WIB

Dari Cafe ke Hiking: Kini Menjelajah Alam Jadi Hobi Baru Anak Muda

Hiking kini menjadi hobi baru anak muda saat ini, terutama Tebing Keraton yang menawarkan jalur pendakian dan keindahan alam.
Kabupaten Bandung, Sabtu (25/10/2025).Pengunjung sedang berjalan menyusuri jalur utama menuju kawasan wisata Tebing Keraton di Kecamatan Cimenyan. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Muhammad Naufal)
Ayo Jelajah 21 Des 2025, 15:16 WIB

Sejarah Bandung jadi Pusat Tekstil, Serambi Kota Dolar yang Tergerus Zaman

Denting alat tenun mengubah Majalaya menjadi pusat tekstil kolonial yang hidup dari kampung ke pabrik. Sayangnya kejayaan sejarah ini kini tergerus zaman.
Textiel Inrichting Bandoeng (TIB) tahun 1925-an. (Sumber: KITLV)
Ayo Netizen 21 Des 2025, 14:39 WIB

Strategi Jeda untuk Menguasai Audiens dalam Public Speaking

Gunakan teknik 'Strategic Pause' agar public speaking kamu semakin jago dan bikin kamu terlihat berwibawa.
Potret aktivitas public speaking.  (Dokumentasi Penulis)
Ayo Netizen 21 Des 2025, 13:04 WIB

Pengolahan Sampah Organik dengan Maggot Jadi Solusi di Cigending

Pemanfaatan maggot dapat menjadi solusi jangka panjang dalam menciptakan lingkungan Cigending yang lebih bersih dan sehat.
Rumah Maggot di Kelurahan Cigending. (Dokumentasi penulis)
Ayo Netizen 21 Des 2025, 12:14 WIB

Momen Improvisasi yang Menyelamatkan Teater Malam Itu

Teater Pena Jurnalistik membawakan pertunjukan berjudul Para Pencari Loker.
Sejumlah pemain Teater Pena mebawakan adegan dibawah lampu sorot, disaksikan para penonton di Bale Teras Sunda, Senin (7/12/2025). (Sumber: Dokumen Pribadi | Foto: Saskia Alifa Nadhira)
Ayo Netizen 21 Des 2025, 09:44 WIB

Kesenjangan Ruang Publik Bandung Hambat Aktivitas Mahasiswa

Artikel ini menjelaskan mengenai pandangan seorang mahasiswi asal Bandung mengenai ruang publik di Bandung.
Suasana salah satu Ruang Publik di Bandung, Taman Saparua pada pagi hari Sabtu, (29/11/2025). (Foto: Rasya Nathania)
Ayo Netizen 21 Des 2025, 08:47 WIB

Alih Fungsi Tugu Simpang Diponegoro Citarum pada Malam Hari, Menyimpang atau Membantu UMKM?

Keresahan warga terhadap penertiban area Pusdai, apakah lamgkah yang efektif atau tidak?
Suasana di tugu Jl Diponegoro dan Jl Citarum pada malam hari, Senin 1 Desember 2025 pukul 1 dini hari (Sumber: Dokumentasi penulis | Foto: Mazayya Ameera Aditya)
Ayo Netizen 21 Des 2025, 08:21 WIB

Es Krim Yogurt Tianlala Bikin Cibiru Kota Bandung Makin Kekinian

Hadirnya Tianlala di kawasan Cibiru menambah warna baru dalam tren kuliner Bandung Timur.
 (Sumber: Tianlala.id)
Ayo Netizen 21 Des 2025, 06:54 WIB

Di Ujung Tombak Pengabdian: Menata Beban RT RW demi Harmoni Warga

Dalam hal implementasi program, tidak jarang pada praktiknya RT RW mengeluarkan dana pribadi untuk menutupi kekurangan pendanaan dalam pelaksanaan program
Pelantikan Forum RT RW Periode (2025-2027) Kecamatan Panyileukan Kota Bandung (Sumber: Humas Kecamatan Panyileukan)
Ayo Biz 20 Des 2025, 22:19 WIB

Ketika Seremoni Berubah Menjadi Aksi Nyata Menyelamatkan Hutan

Menanam pohon bukan hanya simbol, melainkan investasi untuk generasi mendatang. Pohon yang tumbuh akan menjadi pelindung dari bencana, penyerap karbon, dan peneduh bagi anak cucu kita.
Menanam pohon bukan hanya simbol, melainkan investasi untuk generasi mendatang. Pohon yang tumbuh akan menjadi pelindung dari bencana, penyerap karbon, dan peneduh bagi anak cucu kita. (Sumber: Ist)
Beranda 20 Des 2025, 13:46 WIB

Mobilitas Kota Bandung Belum Aman bagi Kaum Rentan, Infrastruktur Jadi Sorotan

Dalam temuan B2W, di kawasan Balai Kota, Jalan Aceh, dan Jalan Karapitan, meskipun telah tersedia jalur sepeda, hak pesepeda kerap ditiadakan.
Diskusi Publik “Refleksi Mobilitas Bandung 2025” di Perpustakaan Bunga di Tembok (19/12/2025) (Sumber: ayobandung.id | Foto: Halwa Raudhatul)
Ayo Netizen 19 Des 2025, 21:14 WIB

Sate Murah di Tikungan Jalan Manisi, Favorit Mahasiswa Cibiru

Sate dengan harga yang murah meriah dan rasa yang enak serta memiliki tempat yang strategis di sekitar wilayah Cibiru.
Dengan harga Rp20.000, pembeli sudah mendapatkan satu porsi berisi 10 tusuk sate lengkap dengan nasi. (Sumber: Dokumentasi Penulis)
Ayo Netizen 19 Des 2025, 20:24 WIB

Hidup Selaras dengan Alam, Solusi Mencegah Terjadinya Banjir di Musim Penghujan

Banjir menjadi salah satu masalah ketika musim hujan telah tiba, termasuk di Kota Bandung.
Salah satu dampak dari penurunan permukaan tanah adalah banjir seperti banjir cileuncang di Jalan Citarip Barat, Kecamatan Bojongloa Kaler, Kota Bandung, Rabu 28 Februari 2024. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Irfan Al- Faritsi)
Ayo Jelajah 19 Des 2025, 19:15 WIB

Sejarah Jatinangor, Perkebunan Kolonial yang jadi Pabrik Sarjana di Timur Bandung

Jatinangor pernah hidup dari teh dan karet sebelum menjelma kawasan pendidikan terbesar di timur Bandung.
Jatinangor. (Sumber: sumedangkab.go.id)
Ayo Netizen 19 Des 2025, 18:09 WIB

Abah, Buku Bekas, dan Denyut Intelektual

Mahasiswa lintas angkatan mengenalnya cukup dengan satu panggilan Abah. Bukan dosen, staf, bukan pula pustakawan kampus.
Tahun 2002, Palasari bukan sekadar pasar buku. Ia adalah universitas paralel bagi mahasiswa UIN Bandung. (Sumber: ayobandung.com | Foto: Irfan Al-Faritsi)
Ayo Netizen 19 Des 2025, 16:01 WIB

Maribaya Natural Hotspring Resort: Wisata Alam, Relaksasi, dan Petualangan di Lembang

Maribaya Natural Hotspring Resort menawarkan pengalaman wisata alam dan relaksasi di tengah kesejukan Lembang.
Maribaya Lembang. (Sumber: Dokumen Pribadi)
Ayo Netizen 19 Des 2025, 15:13 WIB

Bukit Pasir sebagai Benteng Alami dari Hempasan Tsunami 

Sand dune yang terbentuk oleh proses angin dan gelombang dapat mengurangi efek tsunami.
Teluk dengan pantai di selatan Jawa Barat yang landai, berpotensi terdampak hempasan maut tsunami. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: T. Bachtiar)