Kehilangan Bahasa Kemanusiaan dan Bahasa Cinta

Vito Prasetyo
Ditulis oleh Vito Prasetyo diterbitkan Kamis 17 Jul 2025, 10:03 WIB
Bahasa tidak hanya sekadar alat untuk berinteraksi dan berkomunikasi, tetapi dapat memengaruhi juga perubahan sosial. (Sumber: Unsplash/Fahmi Ramadhan)

Bahasa tidak hanya sekadar alat untuk berinteraksi dan berkomunikasi, tetapi dapat memengaruhi juga perubahan sosial. (Sumber: Unsplash/Fahmi Ramadhan)

Berawal dari kisah pengalaman seorang penulis yang biasanya lebih populer dengan sebutan sastrawan, yang merasa dirinya telah kehilangan bahasa kemanusiaan dan bahasa cinta dalam kehidupan sehari-hari. Apa penyebabnya?

Dahulu, si-fulan (nama disamarkan) adalah sastrawan yang dielu-elukan. Tulisannya membasuh luka, puisinya menyuburkan harapan.

Ia menulis dengan bahasa kemanusiaan yang hangat, yang mampu membuat pembaca merasa dilihat dan dimengerti. Ia juga menulis dengan bahasa cinta—bukan sekadar romansa, tapi kasih yang menembus batas-batas manusia: antara ibu dan anak, antara sesama, antara manusia dan alam.

Sungguh dahsyat kekuatan bahasa terhadap kehidupan sosial. Seorang yang kesehariannya terbiasa dengan seni berbahasa, yang lebih cenderung menggunakan keindahan bahasa dan dengan dialektika sastrawi, dapat memengaruhi sikap dan perilaku seseorang.

Bahasa tidak hanya sekadar alat untuk berinteraksi dan berkomunikasi, tetapi dapat memengaruhi juga perubahan sosial.

Namun waktu berjalan. Fulan mulai menulis demi ketenaran, demi panggung, demi pengakuan. Kata-katanya kehilangan nurani. Puisinya menjadi dingin, es metafora yang hanya ingin mengagumkan, bukan menghangatkan.

Bahasa kemanusiaan pun menghilang, berganti bahasa ego dan ironi. Bahasa cinta terkikis, digantikan sinisme dan kepongahan intelektual. Bagaimana nasib Fulan selanjutnya?

Seiring waktu berjalan, kemajuan teknologi digital seakan menjanjikan siapa saja menjadi terkenal; menjadi viral; bahkan seolah-olah seperti artis.

Sebagian besar masyarakat yang sangat rendah pemahamannya dalam literasi digital, menjadikan jejaring sosial untuk bisa cepat dikenal, meski dengan bahasa yang amburadul. Fulan terjebak dalam situasi yang hampir sama dengan sebagian besar masyarakat.

Fulan tak sadar, hingga suatu malam, ia membaca puisi lamanya di hadapan cermin. Tidak ada getar. Tidak ada air mata. Hanya gema hampa. Ia pun sadar—ia telah kehilangan bahasa yang membuatnya menjadi manusia seutuhnya.

Manusia yang hidup dengan bahasa. Yakni, rasa kemanusiaan dan rasa cinta, yang kemudian membentuk manusia menjadi adil, baik bagi dirinya, juga bagi orang lain.

Fulan berhenti menulis. Lama. Ia pergi mengajar di sebuah desa terpencil, tempat bahasa sederhana masih menyimpan keajaiban. Ia kembali mendengarkan: tangisan anak, cerita petani, syair rakyat.

Ia belajar dari mereka, bukan sebagai sastrawan, tapi sebagai manusia yang ingin mengerti. Bahkan, bahasa alam yang juga bisa membentuk karakter manusia.

Pelan-pelan, bahasa itu kembali. Ia menulis lagi. Kali ini tanpa ambisi, hanya dengan empati. Puisinya kembali menjadi pelukan. Cerpennya kembali menjadi jembatan. Ia telah menemukan kembali bahasa kemanusiaan dan cinta—karena ia memilih untuk diam, mendengar, dan merasakan lebih dulu.

Narasi di atas tidak semata dialami oleh penulis; sastrawan; penyair; seniman, bahkan tanpa kita sadari, dalam interaksi sosial siapa pun bisa kehilangan bahasa kemanusiaan dan bahasa cinta.

Apalagi dalam kondisi masyarakat yang tengah terpuruk dalam menghadapi persoalan-persoalan ekonomi. Bagaimana masyarakat bisa berlaku adil bagi persoalan kemanusiaan, sementara hak dasarnya tidak tercukupi, bahkan bisa dikatakan memprihatinkan.

Ketimbang AI, kamu justru dapat mengandalkan empat alat ulik bahasa berikut ini, agar makin jago menulis. (Sumber: Pexels | Foto: Lukas)
Ketimbang AI, kamu justru dapat mengandalkan empat alat ulik bahasa berikut ini, agar makin jago menulis. (Sumber: Pexels | Foto: Lukas)

Ada beberapa solusi bagi penulis (sastrawan, dan sebagainya) yang bisa dilakukan untuk sebuah perenungan:

  1. Berhenti sejenak dari dunia kata untuk kembali merasakan kehidupan secara langsung. Jarak dari rutinitas menulis bisa membantu sastrawan menyadari kehilangan arah dan menghidupkan kembali empati.
  2. Bergaul dengan realitas sosial yang nyata, bukan hanya lingkar intelektual. Terlibat langsung dalam kehidupan masyarakat, menyentuh penderitaan dan harapan orang lain, bisa menumbuhkan kembali sensitivitas kemanusiaan.
  3. Menulis bukan untuk pengakuan, tapi untuk menyembuhkan. Menjadikan tulisan sebagai sarana menyampaikan kasih dan kepedulian akan menghidupkan kembali bahasa cinta.
  4. Membaca karya-karya sastra yang tulus dan jujur. Sastra yang lahir dari hati bisa menjadi cermin dan pengingat.

Bagaimana dengan kondisi sosial yang sangat rentan dengan persoalan-persoalan politik hingga budaya, yang akhirnya membawa dampak bagi nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan cinta?

Pada titik ini, bahasa menjadi kekuatan simbolik, tidak hanya sekadar instrumen interaksi sosial, tetapi juga dapat menimbulkan makna yang ambigu.

Berikut ini ada beberapa ulasan yang bisa dijadikan referensi teori dalam memahami kekuatan bahasa.

Pendapat para ahli mengenai bahasa sebagai kekuatan simbolik dalam kehidupan manusia menunjukkan bahwa bahasa bukan sekadar alat komunikasi, melainkan juga alat yang sangat kuat untuk membangun realitas sosial, membentuk identitas, dan mengatur kekuasaan.

1. Pierre Bourdieu: Bahasa sebagai Modal Simbolik

Bourdieu memandang bahasa sebagai modal simbolik—yaitu bentuk kekuasaan yang tidak kasat mata. Dalam bukunya “Language and Symbolic Power”, ia menyatakan:

“Bahasa bukan hanya alat komunikasi, tetapi juga alat kekuasaan. Siapa yang punya otoritas untuk berbicara dan didengar, memiliki kekuatan simbolik.”

Maknanya: Bahasa digunakan untuk membangun dominasi sosial. Misalnya, dalam dunia pendidikan atau politik, kelompok tertentu menggunakan gaya bahasa atau istilah yang hanya dimengerti oleh kelompok mereka sebagai bentuk eksklusivitas dan kontrol.

2. Edward Sapir dan Benjamin Lee Whorf: Hipotesis Relativitas Linguistik

Dikenal dengan Hipotesis Sapir-Whorf, kedua ahli ini berpendapat bahwa:

“Struktur bahasa memengaruhi cara berpikir dan memandang dunia.”

Contoh: Orang Eskimo yang memiliki banyak kata untuk “salju” memiliki kepekaan lebih tinggi terhadap jenis-jenis salju dibanding orang yang hanya punya satu kata untuk itu. Bahasa, dalam hal ini, menjadi kekuatan simbolik dalam membentuk persepsi realitas.

3. Ludwig Wittgenstein: Bahasa Membentuk Dunia

Dalam Tractatus Logico-Philosophicus, Wittgenstein mengatakan:

“Batas-batas bahasaku adalah batas-batas duniaku.”

Artinya: Dunia yang bisa kita pahami hanya terbatas pada apa yang bisa kita ekspresikan lewat bahasa. Bahasa menjadi alat simbolik yang membatasi sekaligus memperluas cakrawala pengalaman manusia.

4. Michel Foucault: Bahasa dan Wacana Kekuasaan

Foucault menekankan bahwa wacana (discourse)—yakni cara-cara tertentu dalam menggunakan bahasa—digunakan untuk membentuk pengetahuan dan mengontrol masyarakat.

“Apa yang dianggap ‘benar’ dan ‘normal’ sering kali ditentukan oleh siapa yang punya otoritas berbicara.”

Implikasinya: Bahasa bukan netral. Ia digunakan untuk menetapkan norma dan mengatur perilaku masyarakat, seperti dalam hukum, medis, atau pendidikan.

Baca Juga: 10 Tulisan Terbaik AYO NETIZEN Juni 2025, Total Hadiah Rp1,5 Juta

Para ahli menyepakati bahwa bahasa adalah kekuatan simbolik yang luar biasa dalam kehidupan manusia. Ia bukan hanya alat tukar informasi, tetapi juga:

1. Membangun identitas dan kebudayaan;

2. Menentukan siapa yang berkuasa dan siapa yang tidak;

3. Mengontrol pola pikir, persepsi, dan tindakan;

4. Membentuk realitas sosial.

Meminjam kata-kata bijak dari seorang filsuf Indonesia, Karlina Supelli yang mengatakan: “Orang yang berpendidikan adalah yang bisa mengolah pertarungan antara hasrat dengan kemampuan berpikir.”

Semoga bermanfaat. (*)

Disclaimer

Tulisan ini merupakan artikel opini yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Pandangan yang disampaikan dalam artikel ini tidak mewakili pandangan atau kebijakan organisasi dan redaksi AyoBandung.id.

Vito Prasetyo
Tentang Vito Prasetyo
Malang
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

News Update

Ayo Netizen 17 Jul 2025, 20:14 WIB

Atlet Saling Sindir, Mencari Keadilan atau Memang Tak Ada Keadilan?

Beberapa waktu lalu sejumlah atlet ramai memprotes sikap pemerintah yang dinilai pilih kasih.
Hadiah jam tangan Rolex untuk pemain Timnas Indonesia dari Presiden Prabowo Subianto. (Sumber: Instagram Story/justinhubner5)
Ayo Biz 17 Jul 2025, 16:51 WIB

Meracik Sunda di Tengah Rimbunnya Awi: Kuliner, Edukasi, dan Warisan

Wisata kuliner bertemu edukasi budaya, membawa pengunjung tidak sekadar mencicipi hidangan, melainkan menghayati kisah di balik setiap sajian dan ruangnya.
Latar belakang Kebon Awi berakar pada keresahan Pria Eka, sang pendiri, yang tumbuh di keluarga pencinta budaya Sunda. (Sumber: Kebon Awi)
Ayo Netizen 17 Jul 2025, 16:29 WIB

9 Partisipasi Anak Jadi Kunci Kota Ramah Lingkungan, Ini Cerita dari Jalan Kebon Bibit

Sekelompok mahasiswa ITB menggelar kegiatan edukatif dan partisipatif di Taman Cascade, Jalan Kebon Bibit, Kota Bandung.
Sekelompok mahasiswa ITB menggelar kegiatan edukatif dan partisipatif di Taman Cascade, Jalan Kebon Bibit, Kota Bandung. (Sumber: Dokumentasi Penulis)
Ayo Netizen 17 Jul 2025, 15:51 WIB

Ikhsanuddin Qothi, Dokter Influencer yang Membawa Angin Segar bagi Stigma Buruk Puskemas

Melalui kontennya ini, Dokter Ikhsanuddin Qothi pun kerap memberikan edukasi mengenai kesehatan.
Melalui kontennya ini, Dokter Ikhsanuddin Qothi pun kerap memberikan edukasi mengenai kesehatan. (Sumber: Instagram/Ikhsanuddin Qothi)
Ayo Biz 17 Jul 2025, 14:32 WIB

Nekat tapi Optimis: Semangat Dony Membangun Bisnis Kuliner di Jantung Kota Bandung

Di tengah derasnya arus persaingan usaha dan tantangan yang tak kunjung surut, satu nama bersinar dengan keteguhan dan semangat bisnisnya, Dony Turdiyana.
Dony Turdiyana seorang pebisnis yang menjadikan keyakinan, keberanian, dan kepekaan pasar sebagai kompas hidupnya. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 17 Jul 2025, 12:51 WIB

Belajar dari Kasus bank bjb, Ketika Reputasi Dikejar lewat Popularitas dan Bukan Perbaikan

Influencer dalam instansi tak cukup modal populer dan memainkan narasi.
Mardigu Wowiek dan Helmy Yahya. (Sumber: Youtube/Helmy Yahya Bicara)
Ayo Jelajah 17 Jul 2025, 12:40 WIB

Jejak Sejarah Pecinan Bandung yang Terancam Hilang Ditelan Kesemrawutan Kota

Dari Yap Lun hingga Pasar Baru, jejak sejarah Pecinan Bandung memudar di tengah kekacauan tata kota dan hilangnya bangunan warisan.
Salah satu kawasan Pecinan yang diperkirakan ada di Bandung zaman baheula. (Sumber: Leiden University Libraries Digital Collections)
Ayo Biz 17 Jul 2025, 11:14 WIB

Ada Apa Saja di Pasar Baru?

Bandung dikenal sebagai surganya wisata belanja. Salah satu destinasi ikonik yang mewakili semangat perdagangan kota ini adalah Pasar Baru Trade Center.
Pasar Baru Bandrung Trade Center (Foto: GMAPS)
Ayo Netizen 17 Jul 2025, 10:03 WIB

Kehilangan Bahasa Kemanusiaan dan Bahasa Cinta

Bahasa tidak hanya sekadar alat untuk berinteraksi dan berkomunikasi, tetapi dapat memengaruhi juga perubahan sosial.
Bahasa tidak hanya sekadar alat untuk berinteraksi dan berkomunikasi, tetapi dapat memengaruhi juga perubahan sosial. (Sumber: Unsplash/Fahmi Ramadhan)
Ayo Biz 17 Jul 2025, 09:48 WIB

Roti Gempol: dari 1958 Jadi Tempat Sarapan Legendaris di Tengah Kota Bandung

Di tengah geliat kuliner modern Kota Bandung, terdapat sebuah kedai roti sederhana yang terus bertahan sejak tahun 50-an. Namanya Roti Gempol, sebuah kedai legendaris yang dikenal sebagai tempat sarap
Roti Gempol tempat sarapan legendaris di Kota Bandung (Foto: GMAPS)
Beranda 17 Jul 2025, 08:49 WIB

Kebijakan Gubernur Dedi Mulyadi Bikin Pendaftaran ke Sekolah Swasta Anjlok Hingga 50 Persen, Guru Terancam Kehilangan Kerja

Ia menambahkan, rata-rata penurunan jumlah siswa yang mendaftar SMK di Kota Cirebon sekitar 40-50 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Rata-rata penurunan jumlah siswa yang mendaftar SMK di Kota Cirebon sekitar 40-50 persen dibandingkan tahun sebelumnya. (Sumber: Unsplash | Foto: Ed Us)
Beranda 17 Jul 2025, 06:31 WIB

Tahun Ajaran Baru Dimulai, Siswa SDN I Babakan Talang Belajar di Bangunan Darurat: Satu Ruangan untuk Dua Kelas, Duduk Lesehan

Luas totalnya hanya sekitar 105 meter persegi, dibagi menjadi tiga ruang, dan masing-masing ruang digunakan oleh dua kelas sekaligus dengan penyekat triplek tipis
Siswa SDN I Babakan Talang mengawali tahun ajaran baru di bangunan darurat. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Restu Nugraha)
Ayo Biz 16 Jul 2025, 18:44 WIB

“Indonesia Surganya Herbal”: Gerakan Nabawi Health Merawat Perempuan Lewat Warisan Tanaman Obat

Di balik kemasan botani dan formula ilmiah, ada semangat kampanye yang tengah digerakkan Nabawi Health, yakni mengajak perempuan Indonesia kembali akrab dengan kekayaan alamnya.
Di balik kemasan botani dan formula ilmiah, ada semangat kampanye yang tengah digerakkan Nabawi Health, yakni mengajak perempuan Indonesia kembali akrab dengan kekayaan alamnya. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Jelajah 16 Jul 2025, 18:20 WIB

Kisah Kapal Laut Cimahi Hilang di Kabut Kalimantan, Diterkam Laut China Selatan

Kapal Tjimahi (Cimahi) sempat hilang akibat kabut Kalimantan dan akhirnya tenggelam di Kepulauan Paracel pada 1915. Kisah sejarah kapal kolonial yang lenyap di Laut China Selatan.
Kapal Tjimahi (Cimahi). (Sumber: Stichting Maritiem Historische Data)
Ayo Netizen 16 Jul 2025, 17:24 WIB

Arti di Balik Gerakan Anak Koci: Tarian Pacu Jalur yang Viral hingga Mancanegara

Pacu Jalur adalah lomba mendayung perahu besar (disebut jalur) yang sudah eksis sejak abad ke-17.
Tarian Anak Koci dalam pacu jalur bukan sekadar pertunjukan visual. Ia adalah ritual penuh makna. (Sumber: mediacenter.riau.go.id)
Beranda 16 Jul 2025, 15:12 WIB

Rombel Sekolah Negeri Diperbesar, Sekolah Swasta Kecil di Bandung Barat Semakin Terpojok dan Terancam Gulung Tikar

Jika tidak ada perubahan kebijakan yang berpihak pada keadilan, banyak sekolah swasta di daerah seperti Bandung Barat hanya tinggal menunggu waktu untuk gulung tikar.
SMA Mekarwangi Lembang yang memiliki akreditasi A hanya menerima 10 calon siswa yang mendaftar pada 11 Juli 2025. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Restu Nugraha)
Ayo Biz 16 Jul 2025, 14:41 WIB

Bisnis Tak Lagi Sekadar Profit, Kolaborasi Amble dan Wallts sebagai Gerakan Sosial Baru

Amble dan Wallts Wallet, menunjukkan bagaimana kolaborasi lintas produk bisa menjadi strategi yang tak hanya menguntungkan secara ekonomi, tetapi juga bermakna secara sosial.
Amble dan Wallts Wallet, menunjukkan bagaimana kolaborasi lintas produk bisa menjadi strategi yang tak hanya menguntungkan secara ekonomi, tetapi juga bermakna secara sosial.
Ayo Biz 16 Jul 2025, 14:39 WIB

Mengenal Kerupuk Edun, Camilan Legendaris yang Selalu Laris

Di balik gurih dan pedasnya camilan Kerupuk Edun yang kerap terlihat di warung-warung, terdapat kisah perjuangan panjang dari sebuah pabrik rumahan. Cucu Kholid, sang pendiri, memulai usaha ini bersam
Kerupuk Edun M Cucu (Foto: Ist)
Ayo Jelajah 16 Jul 2025, 13:40 WIB

Kala Rancaekek Diamuk Tornado Pertama di Indonesia

Fenomena angin puting beliung di Rancaekek disebut tornado pertama di Indonesia. BRIN dan ITB beda pendapat soal istilah dan sejarahnya.
Tornado Rancaekek yang dilaporkan terlihat dari Jatinangor. (Sumber: Twitter @be4utiful0nes)
Ayo Biz 16 Jul 2025, 12:08 WIB

Cerita D'Pikat Jadi Cemilan Kekinian Favorit Warga Banjaran

Dera Nurwidia Sari tidak pernah menyangka bahwa hobi memasak akan membuka jalan menuju dunia bisnis. Perempuan asal Banjaran ini memulai kariernya sebagai SPG dan admin kantor.
D'Pikat cemilan kekinian yang jadi favorit warga Banjaran. (Foto: Rizma Riyandi)