Keramaian terjadi kembali di Kota Bandung (03/12/2025) yang disebabkan oleh Gelaran Pasar Kreatif yang bertempat di Jalan Pahlawan no.70.
Tempat tersebut disulap menjadi ruang publik yang mempertemukan ratusan masyarakat dengan para Pengusaha UMKM yang secara langsung ingin melihat berbagai produk kreatif yang dipajang sepanjang jalan, seperti makanan, baju, hingga kerajinan tangan lainnya. intensitas dan banyaknya pengunjung serta peserta menandakan bahwa ekosistem ekonomi di Kota Bandung masih sangat kuat dan terus berkembang.
Tetapi dampak dari ramainya acara tersebut perlu disoroti kembali oleh Wali Kota Bandung, M. Farhan.khususnya pada pengelolaan selama acara berlangsung dan sarana publik.
Seperti pada saat acara berlangsung, beberapa titik lokasi terlihat cukup padat hingga mengganggu ruang gerak pengunjung yang berlalu lalang. Area jalan untuk para pengunjung pun terlihat sempit sehingga banyak yang berdesakan dan ruang gerak sangat terbatas. Tidak adanya arah petunjuk yang jelas menyebabkan pengunjung kesulitan dan persebaran pengunjung pun hanya di beberapa titik lokasi saja.
“Kita jadi kesulitan cari stand dan akhirnya mutar-mutar karena gaada penunjuk arah yang jelas,” Ucap salah satu warga Antapani, Gita.
Selain itu, kebersihan tempat juga menjadi hal yang perlu ditinjau. Kurangnya tempat sampah di beberapa titik lokasi menyebabkan sampah berserakan karena tidak tempat sampah tidak mampu menampung sampah-sampah yang sudah menumpuk. Hal ini menunjukkan kurang optimalnya pihak-pihak terkait seperti penyelenggara, dinas terkait dan petugas kebersihan.
Kendati demikian, masalah aksebilitas juga menjadi perbincangan. Tempat parkir yang tidak memadai menyebabkan banyak kendaraan parkir di tepi-tepi jalan, yang dapat menyebabkan kemacetan di sekitar area pasar. Hal ini perlu ditunjau kembali oleh pihak penyelenggara untuk memanfaatkan fasilitas gedug lain yang bisa digunakan sebagai alternatif lahan parkir.
Dalam hal inibeberapa pelaku UMKM turut menyuarakan pendapatnya. Seperti Egi, salah satu pelaku usaha kerajinan, memberi masukan terkait pasokan listrik untuk lebih di tingkatkan untuk meminimalisir gangguan listrik di beberapa stand.
“Pasokan listrik sangat penting, karena tampilan produk sangat dipengaruhi oleh pencahayaan,” ujar Egi.
Fasilitas toilet portable yang terbatas juga menimbulkan ke tidak nyamanan. Banyak pengunjung terpaksa berjalan lebih jauh untuk mencari fasilitas yang tidak terlalu penuh, karena jumlah toilet yang tersedia tidak cukup menampung membludaknya antrian.
Di luar permasalahan teknis, masyarakat menilai acara tersebut menggambarkan potensi Bandung sebagai kota kreatif. Namun, potensi itu belum didukung sepenuhnya oleh sarana publik. Pedistrian yang tidak memadai, arah petunjuk yang minim, dan tidak tersedianya akses untuk para disabilitas merupakan keluhan yang perlu ditinjau dengan baik oleh pihak terkait.
Baca Juga: Hikayat Paseh Bandung, Jejak Priangan Lama yang Diam-diam Punya Sejarah Panjang
Dari beberapa keresahan yang dirasakan masyarakat serta pelaku UMKM tersebut, diharapkan dapat menjadi pertimbangan pemerintah untuk lebih terkoordinasi dengan pihak terkait, khususnya dalam menyelenggarakan acara dengan skala yang besar.
“Kami juga berharap perlu adanya persiapan yang optimal dengan pedoman yang lebih memadai mengenai kebersihan, aturan pengunjung dan tata kelola parkir,” ujar Gita.
Dalam hal ini masyarakat secara tidak langsung memberi dorongan perbaikan fasilitas publik, seperti area pedistrian maupun sarana transportasi di sepanjang jalan menuju pasar kreatif. Sebagai kota yang identik dengan pariwisata dan kreativitas, Bandung perlu memberikan kenyamanan maksimal bagi pengunjung dan pelaku UMKM.
Pada akhirnya, pemerintahan Pasar Kreatif Jawa Barat menjadi pengingat bahwa Bandung memiliki potensi luar biasa, namun masih membutuhkan peningkatan kualitas layanan publik. Warga berharap evaluasi atas acara ini dapat diwujudkan agar kegiatan kreatif selanjutnya dapat berlangsung lebih inklusif, tertata, dan menyenangkan bagi semua pihak. (*)
