Hikayat Paseh Bandung, Jejak Priangan Lama yang Diam-diam Punya Sejarah Panjang

Hengky Sulaksono
Ditulis oleh Hengky Sulaksono diterbitkan Jumat 12 Des 2025, 19:08 WIB
Desa Drawati di Kecamatan Paseh. (Sumber: YouTube Desa Drawati)

Desa Drawati di Kecamatan Paseh. (Sumber: YouTube Desa Drawati)

AYOBANDUNG.ID - Orang sering mengenal Paseh hanya sebagai kawasan di Bandung Timur yang dipenuhi pabrik tekstil. Padahal, sebelum suara mesin pemintal benang mengisi udara, wilayah ini lebih dulu mengalir sebagai bagian penting Priangan lama. Paseh pernah menjadi lintasan pelancong kolonial, tanah subur incaran Preanger Planters, dan ruang hidup desa-desa Sunda yang tumbuh mengikuti aliran sungai.

Pada masa Hindia Belanda, pemerintah kolonial memandang wilayah Priangan sebagai mesin uang yang tidak boleh macet. Tanahnya subur, musimnya ramah, dan airnya berlimpah. Tak heran banyak perkebunan teh, kopi, dan kina bermunculan.

Di tengah geliat itu, Paseh ikut kebagian perhatian. Desa Loa di Kecamatan Paseh disebut terbentuk sejak zaman kolonial Belanda sekitar tahun 1890-an, menunjukkan bahwa pada akhir abad ke-19 kawasan Paseh sudah mulai berkembang sebagai wilayah pemukiman yang terorganisir. Nama-nama desa di Paseh seperti Cipaku, Cipedes, Cigentur, dan lainnya mencerminkan tradisi penamaan Sunda yang khas, dengan penggunaan kata "Ci" yang berarti air atau sungai dalam bahasa Sunda, menunjukkan bahwa kawasan ini kaya akan sumber air.

Baca Juga: Hikayat Banjaran, dari Serambi Priangan ke Simpang Tiga Zaman Bandung

Berdasarkan cerita orang tua-tua, Desa Cipedes telah terbentuk sejak zaman penjajahan Belanda, bahkan beberapa puluh tahun sebelum 1900. Hal ini mengindikasikan bahwa struktur pemerintahan desa di Paseh sudah mulai terbentuk pada paruh kedua abad ke-19, sejalan dengan sistem administrasi kolonial yang diterapkan pemerintah Belanda di Jawa.

Kehidupan desa pada abad ke-19 terus berkembang seiring struktur administratif kolonial. Penduduk dicatat, batas wilayah ditetapkan, dan pusat ekonomi baru bermunculan. Bahkan organisasi Bandoeng Vooruit ikut membangun jalan menuju Kawah Kamojan, menjadikan Paseh bagian dari rencana pengembangan pariwisata kolonial.

Paseh dalam Catatan Wisata Kolonial

Gambaran paling hidup tentang Paseh pada awal abad ke-20 bisa ditemukan dalam Gids van Bandoeng en Midden-Priangan tulisan Steven Anne Reitsma tahun 1927. Panduan itu memberikan cerita perjalanan yang begitu rinci, sampai-sampai pembacanya seolah ikut berada di dalam kereta kuda yang berangkat dari Bandung pada pukul setengah enam pagi.

Rutenya dimulai dari sisi barat lapangan pacuan lalu menuju Bandjaran. Udara masih dingin sehingga Reitsma menyarankan membawa mantel atau selimut. Perjalanan kemudian melewati Sangkoeriang, Dayeuhkolot dengan pusat tenaga uapnya, hingga jembatan di atas Citarum. Setelah itu, jalur membelok menuju Ciparay dan Majalaya, mengikuti rel trem yang menembus kawasan makmur dengan sumber air berlimpah.

Baca Juga: Hikayat Cileunyi, Kampung Sunyi yang jadi Kawasan Sibuk di Bandung Timur

Dari Majalaya, pelancong diarahkan ke jalan pegunungan yang lebih sempit. Reitsma menyebut bahwa perjalanan menuju Paseh sangat indah. Sungai Citarum terlihat berbuih di kejauhan, jembatan besar dan aquaduct berdiri megah sebagai bukti kerja kolonial, dan instalasi irigasi Tjikaso menjaga aliran air tetap stabil. Sekitar pukul tujuh pagi, rombongan sudah sampai di pasanggrahan Paseh.

Setiba di sana, panduan itu menyarankan pelancong segera memesan makan siang kepada mandoer. Bila butuh kuda atau tandu, bantuan bisa diminta kepada camat. Dari Paseh yang berada sekitar 3000 kaki di atas permukaan laut, jalan menanjak menuju Gunung Guntur. Pemandangannya terbuka lebar: hamparan Citarum, Cikudapateuh, Ujungberung, hingga Cicalengka terlihat jelas. Setelah mendaki cukup tinggi, pelancong memasuki bekas perkebunan kopi yang sudah kembali menjadi rimbunan vegetasi alami. Reitsma juga mengingatkan bahwa siapa pun yang ingin bermalam di Paseh harus mengajukan permohonan ke Bupati Bandung terlebih dahulu.

Baca Juga: Sejarah Soreang dari Tapak Pengelana hingga jadi Pusat Pemerintahan Kabupaten Bandung

Desa Drawati di Kecamatan Paseh. (Sumber: YouTube Desa Drawati)
Desa Drawati di Kecamatan Paseh. (Sumber: YouTube Desa Drawati)

Jadi Sentra Tekstil

Paseh mengalami perubahan besar pada abad ke-20 ketika tekstil mulai menjadi tulang punggung ekonomi Bandung Raya. Perkembangan ini tidak lepas dari berdirinya Textiel Inrichting Bandoeng (TIB) pada 1922. Lembaga itu dibangun untuk memodernisasi industri tekstil rakyat melalui pelatihan dan penelitian.

Empat perempuan dari Majalaya kemudian dikirim untuk mempelajari teknik ATBM Dalenoord pada 1928. Keahlian mereka menyebar seperti riak air, membangkitkan sentra tenun rakyat yang kemudian membesar menjadi industri tekstil Priangan.

Pada 1970 sampai 1990-an, industri tekstil Indonesia memasuki masa keemasan. Paseh ikut merasakan lonjakannya. Pabrik-pabrik muncul, lapangan kerja tumbuh, dan masyarakat yang sebelumnya agraris beralih ke dunia industri. Struktur sosial berubah, cara hidup berubah, dan ritme desa pun mulai mengikuti shift kerja.

Walau industri berkembang, identitas budaya Sunda masih kuat. Di Cipaku terdapat makam keramat Panjalu, Buyut Narsipan, dan Gajah Lumayung yang terus diziarahi. Di Kampung Pabeyan, kerajinan teko tanah liat masih bertahan meski jumlah pengrajinnya menyusut. Tradisi itu menjadi pengingat bahwa Paseh tidak sepenuhnya larut dalam modernisasi.

Baca Juga: Bandung Teknopolis di Gedebage, Proyek Gagal yang Tinggal Sejarah

Kini Paseh dikenal sebagai kawasan industri, tetapi riwayatnya jauh lebih panjang daripada sekadar deretan pabrik. Dari tanah subur Priangan, rute wisata kolonial ala Reitsma, sampai modernisasi tekstil, Paseh membentuk dirinya melalui banyak zaman. Setiap lapisan sejarahnya masih bisa ditemukan bagi siapa pun yang mau melihatnya dengan lebih perlahan, mengikuti alur cerita Citarum yang tak pernah berhenti mengalir.

Artikel Rekomendasi Untuk Anda

Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

News Update

Ayo Biz 13 Des 2025, 17:34 WIB

Jawa Barat Siapkan Distribusi BBM dan LPG Hadapi Lonjakan Libur Nataru

Mobilitas tinggi, arus mudik, serta destinasi wisata yang ramai menjadi faktor utama meningkatnya konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Liquefied Petroleum Gas (LPG).
Ilustrasi. Mobilitas tinggi, arus mudik, serta destinasi wisata yang ramai menjadi faktor utama meningkatnya konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Liquefied Petroleum Gas (LPG). (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Biz 13 Des 2025, 14:22 WIB

Di Balik Gemerlap Belanja Akhir Tahun, Seberapa Siap Mall Bandung Hadapi Bencana?

Lonjakan pengunjung di akhir tahun membuat mall menjadi ruang publik yang paling rentan, baik terhadap kebakaran, kepadatan, maupun risiko teknis lainnya.
Lonjakan pengunjung di akhir tahun membuat mall menjadi ruang publik yang paling rentan, baik terhadap kebakaran, kepadatan, maupun risiko teknis lainnya. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 21:18 WIB

Menjaga Martabat Kebudayaan di Tengah Krisis Moral

Kebudayaan Bandung harus kembali menjadi ruang etika publik--bukan pelengkap seremonial kekuasaan.
Kegiatan rampak gitar akustik Revolution Is..di Taman Cikapayang
Ayo Netizen 12 Des 2025, 19:31 WIB

Krisis Tempat Parkir di Kota Bandung Memicu Maraknya Parkir Liar

Krisis parkir Kota Bandung makin parah, banyak kendaraan parkir liar hingga sebabkan macet.
Rambu dilarang parkir jelas terpampang, tapi kendaraan masih berhenti seenaknya. Parkir liar bukan hanya melanggar aturan, tapi merampas hak pengguna jalan, Rabu (3/12/25) Alun-Alun Bandung. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Ishanna Nagi)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 19:20 WIB

Gelaran Pasar Kreatif Jawa Barat dan Tantangan Layanan Publik Kota Bandung

Pasar Kreatif Jawa Barat menjadi pengingat bahwa Bandung memiliki potensi luar biasa, namun masih membutuhkan peningkatan kualitas layanan publik.
Sejumlah pengunjung memadati area Pasar Kreatif Jawa Barat di Jalan Pahlawan No.70 Kota Bandung, Rabu (03/12/2025). (Foto: Rangga Dwi Rizky)
Ayo Jelajah 12 Des 2025, 19:08 WIB

Hikayat Paseh Bandung, Jejak Priangan Lama yang Diam-diam Punya Sejarah Panjang

Sejarah Paseh sejak masa kolonial, desa-desa tua, catatan wisata kolonial, hingga transformasinya menjadi kawasan industri tekstil.
Desa Drawati di Kecamatan Paseh. (Sumber: YouTube Desa Drawati)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 18:57 WIB

Kota untuk Siapa: Gemerlap Bandung dan Sunyi Warga Tanpa Rumah

Bandung sibuk mempercantik wajah kota, tapi lupa menata nasib warganya yang tidur di trotoar.
Seorang tunawisma menyusuri lorong Pasar pada malam hari (29/10/25) dengan memanggul karung besar di Jln. ABC, Braga, Sumur Bandung, Kota Bandung. (Foto: Rajwaa Munggarana)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 17:53 WIB

Hubungan Diam-Diam antara Matematika dan Menulis

Penjelasan akan matematika dan penulisan memiliki hubungan yang menarik.
Matematika pun memerlukan penulisan sebagai jawaban formal di perkuliahan. (Sumber: Dok. Penulis | Foto: Caroline Jessie Winata)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 16:44 WIB

Banjir Orderan Cucian Tarif Murah, Omzet Tembus Jutaan Sehari

Laundrypedia di Kampung Sukabirus, Kabupaten Bandung, tumbuh cepat dengan layanan antar-jemput tepat waktu dan omzet harian lebih dari Rp3 juta.
Laundrypedia hadir diperumahan padat menjadi andalan mahasiswa, di kampung Sukabirus, Kabupaten Bandung, Kamis 06 November 2025. (Sumber: Fadya Rahma Syifa | Foto: Fadya Rahma Syifa)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 16:29 WIB

Kedai Kekinian yang Menjadi Tempat Favorit Anak Sekolah dan Mahasiswa Telkom University

MirukiWay, UMKM kuliner Bandung sejak 2019, tumbuh lewat inovasi dan kedekatan dengan konsumen muda.
Suasana depan toko MirukiWay di Jl. Sukapura No.14 Desa Sukapura, Kecamatan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Selasa, (28/10/2025). (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Nasywa Hanifah Alya' Al-Muchlisin)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 15:53 WIB

Bandung Kehilangan Arah Kepemimpinan yang Progresif

Bandung kehilangan kepemimpinan yang progresif yang dapat mengarahkan dan secara bersama-sama menyelesaikan permasalahan yang kompleks.
Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, meninjau lokasi banjir di kawasan Rancanumpang. (Sumber: Humas Pemkot Bandung)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 15:31 WIB

Tren Olahraga Padel Memicu Pembangunan Cepat Tanpa Menperhitungkan Aspek Keselamatan Jangka Panjang?

Fenomena maraknya pembangunan lapangan padel yang tumbuh dengan cepat di berbagai kota khususnya Bandung.
Olahraga padel muncul sebagai magnet baru yang menjanjikan, bukan hanya bagi penggiat olahraga, tapi juga bagi pelaku bisnis dan investor. (Sumber: The Grand Central Court)
Beranda 12 Des 2025, 13:56 WIB

Tekanan Biological Clock dan Ancaman Sosial bagi Generasi Mendatang

Istilah biological clock ini digunakan untuk menggambarkan tekanan waktu yang dialami individu, berkaitan dengan usia dan kemampuan biologis tubuh.
Perempuan seringkali dituntut untuk mengambil keputusan berdasarkan pada tekanan sosial yang ada di masyarakat. (Sumber: Unsplash | Foto: Alex Jones)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 13:39 WIB

Jalan Kota yang Redup, Area Gelap Bandung Dibiarkan sampai Kapan?

Gelapnya beberapa jalan di Kota Bandung kembali menjadi perhatian pengendara yang berkendara di malam hari.
Kurangnya Pencahayaan di Jalan Terusan Buah Batu, Kota Bandung, pada Senin, 1 Desember 2025 (Sumber: Dok. Penulis| Foto: Zaki)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 12:56 WIB

Kegiatan Literasi Kok Bisa Jadi Petualangan, Apa yang Terjadi?

Kegiatan literasi berubah menjadi petualangan tak terduga, mulai dari seminar di Perpusda hingga jelajah museum.
Kegiatan literasi berubah menjadi petualangan tak terduga, mulai dari seminar di Perpusda hingga jelajah museum. (Dokumentasi Penulis)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 10:28 WIB

Bandung Punya Banyak Panti Asuhan, Mulailah Berbagi dari yang Terdekat

Bandung memiliki banyak panti asuhan yang dapat menjadi ruang berbagi bagi warga.
Bandung memiliki banyak panti asuhan yang dapat menjadi ruang berbagi bagi warga. (Dokumentasi Penulis)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 09:20 WIB

Menikmati Bandung Malam Bersama Rib-Eye Meltique di Justus Steakhouse

Seporsi Rib-Eye Meltique di Justus Steakhouse Bandung menghadirkan kehangatan, aroma, dan rasa yang merayakan Bandung.
Ribeye Meltique, salah satu menu favorit di Justus Steakhouse. (Sumber: Dokumentasi Pribadi | Foto: Seli Siti Amaliah Putri)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 09:12 WIB

Seboeah Tjinta: Surga Coquette di Bandung

Jelajahi Seboeah Tjinta, kafe hidden gem di Cihapit yang viral karena estetika coquette yang manis, spot instagramable hingga dessert yang comforting.
Suasana Seboeah Tjinta Cafe yang identik dengan gaya coquette yang manis. (Foto: Nabella Putri Sanrissa)
Ayo Jelajah 12 Des 2025, 07:14 WIB

Hikayat Situ Cileunca, Danau Buatan yang Bikin Wisatawan Eropa Terpesona

Kisah Situ Cileunca, danau buatan yang dibangun Belanda pada 1920-an, berperan penting bagi PLTA, dan kini menjadi ikon wisata Pangalengan.
Potret zaman baheula Situ Cileunca, Pangalengan, Kabupaten Bandung. (Sumber: KITLV)
Ayo Netizen 11 Des 2025, 20:00 WIB

Emas dari Bulu Tangkis Beregu Putra Sea Games 2025, Bungkam Kesombongan Malaysia

Alwi Farhan dkk. berhasil membungkam “kesombongan” Tim Malaysia dengan angka 3-0.
Alwi Farhan dkk. berhasil membungkam “kesombongan” Tim Malaysia dengan angka 3-0. (Sumber: Dok. PBSI)