Bandung Teknopolis di Gedebage, Proyek Gagal yang Tinggal Sejarah

Hengky Sulaksono
Ditulis oleh Hengky Sulaksono diterbitkan Selasa 09 Sep 2025, 15:19 WIB
Blueprint peta Bandung Teknopolis di Gedebage yang gagal dibangun.

Blueprint peta Bandung Teknopolis di Gedebage yang gagal dibangun.

AYOBANDUNG.ID - Gedebage pada mulanya hanyalah hamparan sawah di timur Bandung. Orang-orang di sana hidup sebagai petani, lumbung pangan kota. Kawasan ini adalah titik terendah di cekungan Bandung, warisan Danau Purba yang kering ribuan tahun lalu. Maka tak heran jika Gedebage selalu akrab dengan genangan air.

Di awal 2000-an, wali kota Bandung, Dada Rosada, punya ide menjadikan Gedebage sebagai Kawasan Pertumbuhan Primer. Biar Bandung tak hanya padat di tengah kota. Maka lahirlah proyek mercusuar: Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA). Stadionnya memang jadi, megah pula, tapi sayang kasus korupsi ikut meramaikan. Stadionnya berdiri, tapi meninggalkan bau tak sedap di buku sejarah hukum kota.

Sepeninggal Dada, datang Ridwan Kamil dengan ide lebih futuristik. Ia melihat Gedebage tak hanya cocok untuk stadion bola, tapi juga untuk proyek ambisius bernama Bandung Teknopolis. Inspirasinya? Tentu saja Silicon Valley di Amerika. Sebagian orang Bandung kan memang suka membandingkan dirinya dengan luar negeri.

Baca Juga: Sejarah Stadion GBLA, Panggung Kontroversi yang Hampir Dinamai Gelora Dada Rosada

Ridwan Kamil menyebut Teknopolis sebagai “penyempurnaan” dari konsep lama. Katanya, Bandung butuh pusat baru, kalau tidak, kota bisa mengalami “kiamat planologis”. Di atas lahan 17 hektare yang sebagian besar dikuasai Summarecon, ditambah kontribusi Pemprov Jabar, Pertamina, dan Polda, ia ingin membangun kota kecil berbasis teknologi informasi.

Kantor Pemkot mau dipindah ke sana, ribuan lapangan kerja dijanjikan, investor asing sudah diiming-imingi. Tahun 2015, ia bahkan sempat menggelar dialog dengan warga Gedebage, menegaskan bahwa Teknopolis bukan sekadar perumahan elite. Warga, entah sungguh percaya atau sekadar sungkan, menyatakan dukungan.

Perumahan Summarecon di kawasan Gedebage.
Perumahan Summarecon di kawasan Gedebage.

Semua itu terdengar seperti dongeng indah. Sayang, dongengnya tamat sebelum sempat jadi buku.

Teknopolis yang Tinggal di Brosur Sejarah

Begitu Ridwan Kamil naik jadi gubernur pada 2018, Teknopolis ikut-ikutan menguap. Tak ada wali kota setelahnya yang benar-benar peduli melanjutkan. Yang berdiri di Gedebage malah Masjid Al Jabbar yang megah, kompleks Summarecon dengan rumah berderet rapi, jalur kereta cepat, dan exit tol KM 149. Semuanya membuat Gedebage ramai, tapi tidak ada hubungannya dengan pusat teknologi informasi.

Baca Juga: Senjakala Sepeda Boseh Bandung: Ramai Saat Weekend, Sepi Saat Weekday

Kenapa Teknopolis gagal? Jawabannya sebenarnya tidak perlu rumit. Proyek ini lahir dari kepala Ridwan Kamil, dan ketika ia sudah tak lagi duduk di kursi wali kota, mimpi itu ikut pergi bersamanya. Seperti Stadion GBLA di masa Dada Rosada, Teknopolis pun ikut bernasib malang: ditinggal tuannya, lalu merana.

Gedebage sejak awal juga bukanlah tanah yang ramah untuk ambisi sebesar itu. Silicon Valley di California berdiri di lembah dengan udara segar dan bukit-bukit hijau. Gedebage justru kebalikannya: sebuah baskom raksasa peninggalan Danau Bandung Purba. Setiap musim hujan, daerah ini bisa berubah jadi kolam renang gratis.

Sawah yang dulu setia menyerap air pelan-pelan digusur menjadi perumahan. Dalam tujuh tahun, dari 2014 sampai 2021, luas sawah di sana menyusut lebih dari seratus hektare. Drainase kecil dan dangkal, pembangunan yang terburu-buru, semuanya membuat banjir makin akrab dengan warga.

Dan tentu saja, mimpi besar selalu butuh biaya besar. Teknopolis dihitung perlu lima triliun rupiah dan waktu sepuluh tahun. Angka yang bikin banyak pejabat garuk kepala. Pemerintah jelas tak punya kantong sebesar itu, sementara investor lebih doyan membangun cluster rumah dengan nama keren ketimbang membangun ekosistem riset dan teknologi. Maka lahirlah Summarecon Valley, bukan Silicon Valley.

Begitulah nasib Teknopolis: proyek yang lahir dengan gegap gempita, dijual dengan janji manis, tapi kandas di rawa-rawa Gedebage sebelum sempat jadi nyata.

Kini Gedebage dikenal bukan karena kecanggihan teknologi, melainkan karena banjir musiman. Pada 2016 dan 2020, banjir besar menenggelamkan Rancabolang, Cimincrang, dan sekitarnya. Air bisa setinggi pinggang orang dewasa, bertahan sampai seminggu. Kalau di California startup bisa tenggelam karena gagal cari investor, di Gedebage rumah-rumah tenggelam karena hujan deras.

Baca Juga: Ujungberung dan Gedebage Langganan Banjir, Seberapa Berdampak Kolam Retensi?

Bandung Teknopolis akhirnya jadi contoh klasik utopia ala pejabat. Rencana besar untuk bikin kota teknologi masa depan kandas oleh banjir, gonta-ganti pemimpin, dan lebih kuatnya kepentingan developer. Semua yang tersisa hanyalah brosur cantik dan pidato manis.

Sekarang, kalau orang menyebut Gedebage, yang terbayang bukanlah pusat teknologi, melainkan pasar cimol, cluster perumahan, tol, masjid megah, kereta cepat, dan tentu saja banjir. Teknopolis tinggal jadi catatan kecil di dokumen RTRW Kota Bandung.

Barangkali suatu saat nanti, proyek ini akan bangkit lagi dengan nama baru, menunggu pemimpin yang doyan proyek gimmick. Di negeri ini, proyek besar memang sering berganti nama sesuai siapa yang berkuasa. Tapi untuk sekarang, Bandung Teknopolis pantas masuk museum proyek gagal, sejajar dengan monorel yang tak pernah jalan.

Bedanya, kalau monorel hanya berhenti di tiang pancang, Teknopolis sudah lebih dulu tenggelam di rawa-rawa Gedebage.

Artikel Rekomendasi Untuk Anda

Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

News Update

Beranda 15 Des 2025, 21:18 WIB

Tanda Kerusakan Alam di Kabupaten Bandung Semakin Kritis, Bencana Alam Meluas

Seperti halnya banjir bandang di Sumatera, kondisi alam di wilayah Kabupaten Bandung menunjukkan tanda-tanda kerusakan serius.
Warga di lokasi bencana sedang membantu mencari korban tertimbun longsor di Arjasari, Kabupaten Bandung. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Gilang Fathu Romadhan)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 20:05 WIB

Tahun 2000-an, Palasari Destinasi 'Kencan Intelektual' Mahasiswa Bandung

Tahun 2002, Palasari bukan sekadar pasar buku. Ia adalah universitas paralel bagi mahasiswa UIN Bandung.
 Tahun 2002, Palasari bukan sekadar pasar buku. Ia adalah universitas paralel bagi mahasiswa UIN Bandung (Sumber: ayobandung.com | Foto: Irfan Al-Farisi)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 19:25 WIB

Benang Kusut Kota Bandung: Penataan Kabel Tak Bisa Lagi Ditunda

Kabel semrawut di berbagai sudut Kota Bandung merusak estetika kota dan membahayakan warga.
Kabel-kabel yang menggantung tak beraturan di Jl. Katapang, Lengkong, Kota Bandung, pada Rabu (03/12/2025). (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Masayu K.)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 18:08 WIB

Menghangat di Hujan Bandung dengan Semangkuk Mie Telur Mandi dari Telur Dadar JUARA

“Mie Telur Mandi” dari sebuah kedai di Kota Bandung yang sedang ramai diperbincangkan di media sosial.
 “Mie Telur Mandi” dari sebuah kedai di Kota Bandung yang sedang ramai diperbincangkan di media sosial. (Sumber: Dokumentasi Penulis)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 17:14 WIB

Mengukus Harapan Senja di Jatinangor

Ketika roti kukus di sore hari menjadi kawan sepulang kuliah.
Roti-roti yang dikukus kembali sebelum diberi topping. (Foto: Abigail Ghaissani Prafesa)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 17:04 WIB

Selamat Datang di Kota Bandung! Jalan Kaki Bisa Lebih Cepat daripada Naik Kendaraan Pribadi

Bandung, yang pernah menjadi primadona wisata, kini menduduki peringkat sebagai kota termacet di Indonesia.
Deretan kendaraan terjebak dalam kemacetan pasca-hujan di Kota Bandung, (03/12/2025). (Foto: Zaidan Muafa)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 16:52 WIB

Cerita Kuliner Nasi Tempong dan Jalanan Lengkong yang tak Pernah Sepi

Salah satu kisahnya datang dari Nasi Tempong Rama Shinta, yang dahulu merasakan jualan di gerobak hingga kini punya kedai yang selalu ramai pembeli.
Jalan Lengkong kecil selalu punya cara menyajikan malam dengan rasa di Kota Bandung, (05/11/2025). (Foto: Zaki Al Ghifari)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 16:09 WIB

Lampu Lalu Lintas Bermasalah, Ancaman Kecelakaan yang Perlu Ditangani Cepat

Lampu lalu lintas di perempatan Batununggal dilaporkan menampilkan hijau dari dua arah sekaligus yang memicu kebingungan dan potensi kecelakaan.
Kondisi lalu lintas yang berantakan di perempatan Batununggal, Kota Bandung (4/12/25) (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Amelia Ulya)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 15:56 WIB

Terjangkau namun Belum Efisien, Trans Metro Pasundan di Mata Mahasiswa

Mahasiswa di Bandung memilih bus kota sebagai transportasi utama, namun masih menghadapi kendala pada rute, jadwal, dan aplikasi.
Suasana di dalam bus Trans Metro Pasundan di sore hari pada hari Selasa (2/12/2025). (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dheana Husnaini)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 15:16 WIB

Bandung di Tengah Ledakan Turisme: Makin Cantik atau Cuma Viral?

Artikel ini menyoroti fenomena turisme Bandung yang makin viral namun sekaligus makin membebani kota dan lingkungannya.
Sekarang Bandung seperti berubah jadi studio konten raksasa. Hampir setiap minggu muncul cafe baru dan semuanya berlomba-lomba tampil seestetik mungkin agar viral di TikTok. (Sumber: Dokumentasi Penulis)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 14:36 WIB

Jalan Baru Literasi dan Numerasi di Indonesia: Berkaca pada Pendidikan Finlandia

Rendahnya kemampuan literasi dan numerasi siswa Indonesia berdasarkan data PISA dan faktor penyebabnya.
Butuh kerjasama dan partisipasi dari berbagai pihak dalam rangka mewujudkan pendidikan terbaik bagi anak-anak negeri ini. (Sumber: Pexels/Agung Pandit Wiguna)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 14:28 WIB

Tahu Bakso di Pasar Sinpasa Summarecon Bandung: Lezatnya Paduan Tradisi dan Urban Vibes

Di sekitar Pasar Modern Sinpasa Summarecon Bandung, salah satu tenant mampu menarik perhatian siapa saja yang lewat: tahu bakso enak.
Tahu Bakso Enak. (Sumber: dokumentasi penulis)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 12:06 WIB

Polemik Penerapan Restorative Justice di Indonesia sebagai Upaya Penyelesaian Perkara

Polemik restorative justice dibahas dengan menggunakan metode analisis normatif, namun pada bagian penjelasan contoh digunakan juga analisis sosiologis.
Ilustrasi hukum. (Sumber: Pexels/KATRIN BOLOVTSOVA)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 10:19 WIB

Babakan Siliwangi Perlu Cahaya: Jalur Populer, Penerangan Minim

Hampir setiap malam di wilayah Babakan Siliwangi penerangan yang minim masih menjadi persoalan rutin.
Suasana Babakan Siliwangi saat malam hari (4/12/2025) dengan jalanan gelap, mural warna-warni, dan arus kendaraan yang tak pernah sepi. (Sumber: Bunga Citra Kemalasari)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 10:00 WIB

Kunci 'Strong Governance' Bandung

Strong governance adalah salah satu kebutuhan nyata Bandung kiwari.
Suasana permukiman padat penduduk di pinggir Sungai Cikapundung, Tamansari, Kota Bandung. (Sumber: Ayobandung | Foto: Irfan Al Faritsi)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 08:31 WIB

Benarkah Budidaya Maggot dalam Program 'Buruan Sae' Jadi Solusi Efektif Sampah Kota Bandung?

Integrasi budidaya maggot dalam Program Buruan Sae menjadi penegasan bahwa pengelolaan sampah dapat berjalan seiring dengan pemberdayaan masyarakat.
Budidaya maggot di RW 9 Lebakgede menjadi upaya warga mengolah sampah organik agar bermanfaat bagi lingkungan sekitar. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Ikbal Tawakal)
Beranda 15 Des 2025, 07:48 WIB

Pembangunan untuk Siapa? Kisah Perempuan di Tengah Perebutan Ruang Hidup

Buku ini merekam cerita perjuangan perempuan di enam wilayah Indonesia, yakni Sumatera, Sulawesi, NTT, NTB, serta dua titik di Kalimantan, yang menghadapi konflik lahan dengan negara dan korporasi.
Diskusi Buku “Pembangunan Untuk Siapa: Kisah Perempuan di Kampung Kami” yang digelar di Perpustakaan Bunga di Tembok, Bandung, Minggu (14/12/2025).
Beranda 15 Des 2025, 07:32 WIB

Diskusi Publik di Dago Elos Angkat Isu Sengketa Lahan dan Hak Warga

Dari kegelisahan itu, ruang diskusi dibuka sebagai upaya merawat solidaritas dan memperjuangkan hak atas tanah.
Aliansi Bandung Melawan menggelar Diskusi Publik bertema “Jaga Lahan Lawan Tiran” pada 12 Desember 2025 di Balai RW Dago Elos, Kota Bandung. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Halwa Raudhatul)
Ayo Biz 15 Des 2025, 07:16 WIB

Berawal dari Kegelisahan, Kini Menjadi Bisnis Keberlanjutan: Perjalanan Siska Nirmala Pemilik Toko Nol Sampah Zero Waste

Toko Nol Sampah menjual kebutuhan harian rumah tangga secara curah. Produk yang ia jual sudah lebih dari 100 jenis.
Owner Toko Nol Sampah, Siska Nirmala. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Toni Hermawan)
Ayo Netizen 14 Des 2025, 20:09 WIB

Good Government dan Clean Government Bukan Sekadar Narasi bagi Pemkot Bandung

Pentingnya mengembalikan citra pemerintah daerah dengan sistem yang terencana melalui Good Government dan Clean Government.
Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan,