Ujungberung dan Gedebage Langganan Banjir, Seberapa Berdampak Kolam Retensi?

Bob Yanuar Hengky Sulaksono
Ditulis oleh Bob Yanuar , Hengky Sulaksono diterbitkan Selasa 27 Mei 2025, 17:14 WIB
Kolam Retensi Rancabolang di kawasan Gedebage, Kota Bandung. (Sumber: Humas Pemkot Bandung)

Kolam Retensi Rancabolang di kawasan Gedebage, Kota Bandung. (Sumber: Humas Pemkot Bandung)

AYOBANDUNG.ID - Pemerintah Kota Bandung terus menambah jumlah kolam retensi untuk menanggulangi persoalan banjir yang kerap melanda kawasan timur kota, terutama di Gedebage dan Ujungberung. Namun, efektivitasnya masih menyisakan tanda tanya.

Di atas kertas, pembangunan kolam-kolam tersebut bertujuan untuk menampung limpasan air dari kawasan hulu dan mengurangi genangan yang mengancam pemukiman. Tapi di lapangan, banjir tetap datang, bahkan setelah kolam retensi baru diresmikan.

Kolam Retensi Ciporeat di Kecamatan Ujungberung menjadi kolam ke-15 yang dibangun Pemkot Bandung. Wali Kota Muhammad Farhan meresmikannya pada 27 Mei 2025. Dalam pernyataannya, Farhan menyebut pembangunan ini sebagai bagian dari kesadaran kolektif dalam menjaga ekosistem dan membangun ketangguhan masyarakat menghadapi bencana hidrometeorologi.

"Keberadaan kolam retensi Ciporeat ini menjadi salah satu upaya kita semua untuk memperkuat resiliensi warga Bandung terhadap ancaman banjir. Kita bukan sedang membangun sesuatu yang besar-besaran, tetapi membangun ketangguhan warga secara kolektif,” ucapnya.

Farhan juga menekankan bahwa kolam retensi bukan sekadar infrastruktur air, melainkan ruang edukasi, konservasi, dan ekonomi lokal. Namun, tak bisa dipungkiri bahwa banjir masih menjadi persoalan utama, terutama di wilayah Gedebage.

Selama dua tahun terakhir, sejumlah kolam retensi telah dibangun di kawasan timur Kota Bandung. Kolam Retensi Pasar Gedebage diresmikan pada 5 Februari 2025 dengan kapasitas tampung 7.515 meter kubik di lahan seluas 1.749 meter persegi. Sebelumnya, Kolam Retensi Rancabolang dioperasikan sejak 2022 di atas lahan 8.000 meter persegi, dilengkapi rumah pompa berkapasitas 150 liter air per detik.

Banjir Belum Teratasi

Walau pembangunan solusi sementara terus dilakukan, banjir tak berhenti mampir. Hujan deras yang mengguyur Kota Bandung pada 6 Maret 2025 memicu banjir di sejumlah titik di kawasan timur kota. Genangan air dilaporkan terjadi di wilayah Rancanumpang, kompleks Summarecon, hingga Perumahan Bandung Indah Raya dan Riung Bandung.

Berdasarkan informasi dari warga dan laporan dinas terkait, banjir dipicu oleh meluapnya Sungai Rancanumpang yang tak mampu menampung debit air hujan dalam waktu singkat. Luapan air tersebut kemudian meluber ke jalan dan permukiman, mengganggu aktivitas warga serta menggenangi fasilitas umum.

Sebulan berselang, peristiwa serupa kembali terjadi. Pada 5 April 2025, hujan dengan intensitas tinggi melanda Kota Bandung dan kembali menyebabkan genangan di sejumlah kawasan, khususnya di Ujungberung dan Gedebage. Air menggenangi ruas-ruas jalan dan permukiman di beberapa titik, menandakan bahwa persoalan banjir masih belum terselesaikan sepenuhnya, meskipun sejumlah kolam retensi telah dibangun dalam dua tahun terakhir.

Kondisi ini memperkuat sinyal bahwa infrastruktur pengendalian banjir yang ada belum mampu mengimbangi perubahan pola cuaca dan tekanan aliran dari kawasan hulu. Muncul pertanyaan besar: sejauh mana efektivitas kolam retensi dalam menahan luapan air?

Kepala Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga (DSDABM) Kota Bandung, Didi Ruswandi, mengakui bahwa daya tampung kolam-kolam retensi saat ini masih belum memenuhi kebutuhan riil. Bahkan setelah kehadiran kolam di Pasar Gedebage, genangan masih terjadi.

Berdasarkan perhitungan teknis, wilayah Gedebage sebenarnya masih menyisakan potensi genangan air hingga 16.000 meter kubik setelah Kolam retensi Pasar Gedebage diresmikan. Potensi genangan akan berkurang dengan hadirnya kolam Ciporeat, namun bukan berarti tak ada ancaman banjir terutama ketika hujan turun deras dan aliran air dari kawasan hulu mengalir ke wilayah ini.

Dalam situasi ini, meskipun pembangunan kolam retensi dianggap sebagai langkah mitigasi, kenyataannya kolam yang ada belum cukup besar atau belum cukup banyak untuk benar-benar menyelesaikan masalah banjir.

Didi menyebut pihaknya masih menanti langkah dari Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) untuk mengaktifkan kembali aliran kali mati di kawasan Cisaranten, Arcamanik. Upaya ini diperkirakan akan membawa dampak signifikan terhadap penurunan volume genangan air di wilayah Gedebage.

Jika rencana tersebut terealisasi, kata Didi, potensi limpasan air yang tak tertampung bisa ditekan hingga 8.000 meter kubik. “Harapannya, genangan akan semakin berkurang,” katanya saat peresmian Kolam Retensi gedebage.

Secara total, kapasitas belasan kolam retensi di Bandung baru mencapai lebih dari 70.000 meter kubik. Padahal, kebutuhan ideal untuk mengatasi banjir mencapai lebih dari 273.000 meter kubik. Ketimpangan inilah yang membuat kolam-kolam yang sudah dibangun seolah belum memberi hasil signifikan.

Walau kolam retensi terus dibangun, akar masalah banjir di Gedebage dan Ujungberung tampaknya lebih kompleks. Degradasi kawasan resapan di Kawasan Bandung Utara (KBU) akibat alih fungsi lahan yang massif tak bisa dikesampingkan. Kawasan yang seharusnya menjadi daerah serapan air kini berubah menjadi permukiman dan area komersial, menyebabkan air hujan langsung mengalir ke hilir tanpa sempat diserap tanah.

Problem lainnya adalah sistem drainase yang tak memadai, sungai-sungai yang mengalami penyempitan dan sedimentasi, serta pencemaran akibat limbah domestik. Kombinasi ini menciptakan tekanan besar pada sistem tata air kota yang belum siap menghadapi curah hujan ekstrem.

Wali Kota Farhan juga mengakui bahwa upaya yang ada belum cukup. Ia menyebut perlunya kolaborasi lintas sektor dalam pembangunan infrastruktur air dan pengelolaan limbah. Farhan bahkan menyebut bahwa kolam retensi saat ini terlalu kecil dan terlalu sedikit.

“Kolam retensi itu memang kurang, karena kecil dan sedikit, sedangkan itu harus besar dan dalam. Makannya kita akan cari mitra untuk pemerintah yang bisa membangun drainase sekaligus tempat saluran air limbah atau black water,” katanya pertengahan April lalu.

Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, meninjau lokasi banjir di kawasan Rancanumpang. (Sumber: Humas Pemkot Bandung)
Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, meninjau lokasi banjir di kawasan Rancanumpang. (Sumber: Humas Pemkot Bandung)

Gimmick WIsata Wali Kota

Dalam narasi Farhan, kolam retensi tak hanya diposisikan sebagai solusi banjir, tetapi juga sebagai potensi wisata. Ia menyebut bahwa sejumlah titik akan disulap menjadi kolam retensi berorientasi pariwisata.

“Di beberapa titik jadi kolam retensi untuk wisata, seperti Gedebage deket stadion GBLA, ada lahan bawah sawah yang luasnya 67 hektar akan diimanfaatkan. Sawahnya tetap ada tapi nanti alir mengalir lebih baik di sana,” kata Farhan.

Rencana konservasi Kampung Belekok di Gedebage juga digadang akan menjadi destinasi ekowisata baru, bermitra dengan pengembang seperti Summarecon. Namun, sejumlah pihak mulai mempertanyakan apakah pendekatan gimmick wisata ini cukup tepat ketika akar persoalan seperti drainase dan konservasi kawasan resapan belum sepenuhnya tertangani.

Dengan banjir yang terus datang dan genangan yang tak kunjung surut, banyak yang melihat bahwa kolam retensi bukanlah solusi tunggal. Ia hanya bagian dari sistem pengendalian banjir yang lebih luas dan menuntut integrasi antara pengelolaan hulu-hilir, pengendalian pembangunan, serta kesadaran masyarakat. Di atas semua itu, dibutuhkan komitmen politik yang konsisten dan tidak mudah tergoda dengan narasi proyek yang menjual secara visual tetapi luput menyentuh inti masalah.

Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

News Update

Ayo Netizen 17 Jul 2025, 20:14 WIB

Atlet Saling Sindir, Mencari Keadilan atau Memang Tak Ada Keadilan?

Beberapa waktu lalu sejumlah atlet ramai memprotes sikap pemerintah yang dinilai pilih kasih.
Hadiah jam tangan Rolex untuk pemain Timnas Indonesia dari Presiden Prabowo Subianto. (Sumber: Instagram Story/justinhubner5)
Ayo Biz 17 Jul 2025, 16:51 WIB

Meracik Sunda di Tengah Rimbunnya Awi: Kuliner, Edukasi, dan Warisan

Wisata kuliner bertemu edukasi budaya, membawa pengunjung tidak sekadar mencicipi hidangan, melainkan menghayati kisah di balik setiap sajian dan ruangnya.
Latar belakang Kebon Awi berakar pada keresahan Pria Eka, sang pendiri, yang tumbuh di keluarga pencinta budaya Sunda. (Sumber: Kebon Awi)
Ayo Netizen 17 Jul 2025, 16:29 WIB

9 Partisipasi Anak Jadi Kunci Kota Ramah Lingkungan, Ini Cerita dari Jalan Kebon Bibit

Sekelompok mahasiswa ITB menggelar kegiatan edukatif dan partisipatif di Taman Cascade, Jalan Kebon Bibit, Kota Bandung.
Sekelompok mahasiswa ITB menggelar kegiatan edukatif dan partisipatif di Taman Cascade, Jalan Kebon Bibit, Kota Bandung. (Sumber: Dokumentasi Penulis)
Ayo Netizen 17 Jul 2025, 15:51 WIB

Ikhsanuddin Qothi, Dokter Influencer yang Membawa Angin Segar bagi Stigma Buruk Puskemas

Melalui kontennya ini, Dokter Ikhsanuddin Qothi pun kerap memberikan edukasi mengenai kesehatan.
Melalui kontennya ini, Dokter Ikhsanuddin Qothi pun kerap memberikan edukasi mengenai kesehatan. (Sumber: Instagram/Ikhsanuddin Qothi)
Ayo Biz 17 Jul 2025, 14:32 WIB

Nekat tapi Optimis: Semangat Dony Membangun Bisnis Kuliner di Jantung Kota Bandung

Di tengah derasnya arus persaingan usaha dan tantangan yang tak kunjung surut, satu nama bersinar dengan keteguhan dan semangat bisnisnya, Dony Turdiyana.
Dony Turdiyana seorang pebisnis yang menjadikan keyakinan, keberanian, dan kepekaan pasar sebagai kompas hidupnya. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 17 Jul 2025, 12:51 WIB

Belajar dari Kasus bank bjb, Ketika Reputasi Dikejar lewat Popularitas dan Bukan Perbaikan

Influencer dalam instansi tak cukup modal populer dan memainkan narasi.
Mardigu Wowiek dan Helmy Yahya. (Sumber: Youtube/Helmy Yahya Bicara)
Ayo Jelajah 17 Jul 2025, 12:40 WIB

Jejak Sejarah Pecinan Bandung yang Terancam Hilang Ditelan Kesemrawutan Kota

Dari Yap Lun hingga Pasar Baru, jejak sejarah Pecinan Bandung memudar di tengah kekacauan tata kota dan hilangnya bangunan warisan.
Salah satu kawasan Pecinan yang diperkirakan ada di Bandung zaman baheula. (Sumber: Leiden University Libraries Digital Collections)
Ayo Biz 17 Jul 2025, 11:14 WIB

Ada Apa Saja di Pasar Baru?

Bandung dikenal sebagai surganya wisata belanja. Salah satu destinasi ikonik yang mewakili semangat perdagangan kota ini adalah Pasar Baru Trade Center.
Pasar Baru Bandrung Trade Center (Foto: GMAPS)
Ayo Netizen 17 Jul 2025, 10:03 WIB

Kehilangan Bahasa Kemanusiaan dan Bahasa Cinta

Bahasa tidak hanya sekadar alat untuk berinteraksi dan berkomunikasi, tetapi dapat memengaruhi juga perubahan sosial.
Bahasa tidak hanya sekadar alat untuk berinteraksi dan berkomunikasi, tetapi dapat memengaruhi juga perubahan sosial. (Sumber: Unsplash/Fahmi Ramadhan)
Ayo Biz 17 Jul 2025, 09:48 WIB

Roti Gempol: dari 1958 Jadi Tempat Sarapan Legendaris di Tengah Kota Bandung

Di tengah geliat kuliner modern Kota Bandung, terdapat sebuah kedai roti sederhana yang terus bertahan sejak tahun 50-an. Namanya Roti Gempol, sebuah kedai legendaris yang dikenal sebagai tempat sarap
Roti Gempol tempat sarapan legendaris di Kota Bandung (Foto: GMAPS)
Beranda 17 Jul 2025, 08:49 WIB

Kebijakan Gubernur Dedi Mulyadi Bikin Pendaftaran ke Sekolah Swasta Anjlok Hingga 50 Persen, Guru Terancam Kehilangan Kerja

Ia menambahkan, rata-rata penurunan jumlah siswa yang mendaftar SMK di Kota Cirebon sekitar 40-50 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Rata-rata penurunan jumlah siswa yang mendaftar SMK di Kota Cirebon sekitar 40-50 persen dibandingkan tahun sebelumnya. (Sumber: Unsplash | Foto: Ed Us)
Beranda 17 Jul 2025, 06:31 WIB

Tahun Ajaran Baru Dimulai, Siswa SDN I Babakan Talang Belajar di Bangunan Darurat: Satu Ruangan untuk Dua Kelas, Duduk Lesehan

Luas totalnya hanya sekitar 105 meter persegi, dibagi menjadi tiga ruang, dan masing-masing ruang digunakan oleh dua kelas sekaligus dengan penyekat triplek tipis
Siswa SDN I Babakan Talang mengawali tahun ajaran baru di bangunan darurat. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Restu Nugraha)
Ayo Biz 16 Jul 2025, 18:44 WIB

“Indonesia Surganya Herbal”: Gerakan Nabawi Health Merawat Perempuan Lewat Warisan Tanaman Obat

Di balik kemasan botani dan formula ilmiah, ada semangat kampanye yang tengah digerakkan Nabawi Health, yakni mengajak perempuan Indonesia kembali akrab dengan kekayaan alamnya.
Di balik kemasan botani dan formula ilmiah, ada semangat kampanye yang tengah digerakkan Nabawi Health, yakni mengajak perempuan Indonesia kembali akrab dengan kekayaan alamnya. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Jelajah 16 Jul 2025, 18:20 WIB

Kisah Kapal Laut Cimahi Hilang di Kabut Kalimantan, Diterkam Laut China Selatan

Kapal Tjimahi (Cimahi) sempat hilang akibat kabut Kalimantan dan akhirnya tenggelam di Kepulauan Paracel pada 1915. Kisah sejarah kapal kolonial yang lenyap di Laut China Selatan.
Kapal Tjimahi (Cimahi). (Sumber: Stichting Maritiem Historische Data)
Ayo Netizen 16 Jul 2025, 17:24 WIB

Arti di Balik Gerakan Anak Koci: Tarian Pacu Jalur yang Viral hingga Mancanegara

Pacu Jalur adalah lomba mendayung perahu besar (disebut jalur) yang sudah eksis sejak abad ke-17.
Tarian Anak Koci dalam pacu jalur bukan sekadar pertunjukan visual. Ia adalah ritual penuh makna. (Sumber: mediacenter.riau.go.id)
Beranda 16 Jul 2025, 15:12 WIB

Rombel Sekolah Negeri Diperbesar, Sekolah Swasta Kecil di Bandung Barat Semakin Terpojok dan Terancam Gulung Tikar

Jika tidak ada perubahan kebijakan yang berpihak pada keadilan, banyak sekolah swasta di daerah seperti Bandung Barat hanya tinggal menunggu waktu untuk gulung tikar.
SMA Mekarwangi Lembang yang memiliki akreditasi A hanya menerima 10 calon siswa yang mendaftar pada 11 Juli 2025. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Restu Nugraha)
Ayo Biz 16 Jul 2025, 14:41 WIB

Bisnis Tak Lagi Sekadar Profit, Kolaborasi Amble dan Wallts sebagai Gerakan Sosial Baru

Amble dan Wallts Wallet, menunjukkan bagaimana kolaborasi lintas produk bisa menjadi strategi yang tak hanya menguntungkan secara ekonomi, tetapi juga bermakna secara sosial.
Amble dan Wallts Wallet, menunjukkan bagaimana kolaborasi lintas produk bisa menjadi strategi yang tak hanya menguntungkan secara ekonomi, tetapi juga bermakna secara sosial.
Ayo Biz 16 Jul 2025, 14:39 WIB

Mengenal Kerupuk Edun, Camilan Legendaris yang Selalu Laris

Di balik gurih dan pedasnya camilan Kerupuk Edun yang kerap terlihat di warung-warung, terdapat kisah perjuangan panjang dari sebuah pabrik rumahan. Cucu Kholid, sang pendiri, memulai usaha ini bersam
Kerupuk Edun M Cucu (Foto: Ist)
Ayo Jelajah 16 Jul 2025, 13:40 WIB

Kala Rancaekek Diamuk Tornado Pertama di Indonesia

Fenomena angin puting beliung di Rancaekek disebut tornado pertama di Indonesia. BRIN dan ITB beda pendapat soal istilah dan sejarahnya.
Tornado Rancaekek yang dilaporkan terlihat dari Jatinangor. (Sumber: Twitter @be4utiful0nes)
Ayo Biz 16 Jul 2025, 12:08 WIB

Cerita D'Pikat Jadi Cemilan Kekinian Favorit Warga Banjaran

Dera Nurwidia Sari tidak pernah menyangka bahwa hobi memasak akan membuka jalan menuju dunia bisnis. Perempuan asal Banjaran ini memulai kariernya sebagai SPG dan admin kantor.
D'Pikat cemilan kekinian yang jadi favorit warga Banjaran. (Foto: Rizma Riyandi)