Media Ditantang Lebih Berpihak pada Rakyat: Tanggapan Aktivis Atas Hasil Riset CMCI Unpad

Redaksi
Ditulis oleh Redaksi diterbitkan Kamis 11 Des 2025, 18:37 WIB
Ayang dari Dago Melawan menanggapi hasil riset CMCI Unpad bersama peneliti Detta Rahmawan dan moderator Preciosa Alnashava Janitra. (Sumber: CMCI Unpad)

Ayang dari Dago Melawan menanggapi hasil riset CMCI Unpad bersama peneliti Detta Rahmawan dan moderator Preciosa Alnashava Janitra. (Sumber: CMCI Unpad)

AYOBANDUNG.ID - Di tengah kondisi sosial-politik yang terus bergejolak, seruan agar media lebih berpihak pada kepentingan warga kembali mengemuka. Pernyataan tersebut disuarakan Ayang, perwakilan dari Dago Melawan, yang menilai media memiliki peran penting dalam menjaga ruang hidup publik. Sikap kritis itu adalah tanggapan atas temuan riset terbaru CMCI Unpad mengenai bagaimana media sebenarnya memotret gerakan sosial di Indonesia.

Ayang mengatakan dengan lugas, sudah waktunya media benar-benar berpihak kepada rakyat. Di tengah situasi dinamika sosial-politik, ia menilai media memegang peran penting untuk menguatkan suara warga—baik yang berada di ruang-ruang besar maupun komunitas kecil yang jarang mendapat sorotan. Baginya, media bukan sekadar pengantar informasi, melainkan bagian dari penopang solidaritas warga yang tiap hari menghadapi ketidakberdayaan.

Pernyataan tersebut mengemuka dalam forum “Peran Media dalam Rangkaian Gerakan Sosial di Indonesia”, tempat riset terbaru Pusat Studi Komunikasi, Media, Budaya, dan Sistem Informasi (CMCI) Universitas Padjadjaran dipresentasikan. Riset itu memperlihatkan bahwa ketika media menyoroti identitas dan karakter gerakan—alih-alih hanya menampilkan keramaian aksi—tingkat simpati dalam pemberitaan jauh lebih tinggi dibandingkan anggapan publik selama ini.

Peneliti CMCI Unpad, Detta Rahmawan, memaparkan bagaimana tiga rangkaian aksi terbesar pada 2024–2025—“Peringatan Darurat”, “Indonesia Gelap”, dan “Aksi Agustus–September”—membentuk mata rantai pembelajaran kolektif dalam demokrasi jalanan. Ketiganya menunjukkan bagaimana publik terus mengasah taktik, narasi, dan jejaring dalam menyampaikan aspirasinya.

Selama ini, media sering dianggap bekerja dengan “paradigma protes”, yaitu kecenderungan menyoroti konflik atau insiden yang bersifat sensasional. Namun analisis CMCI pada sejumlah media nasional justru menemukan tren berbeda. Dalam bingkai diagnostik, prognostik, dan motivasional, berita yang memuat tuntutan dan motif gerakan tampil lebih manusiawi. Aksi dipahami sebagai ekspresi warga, bukan gangguan keamanan. Temuan ini sekaligus membantah anggapan bahwa media arus utama selalu memberi citra negatif terhadap demonstrasi.

Diksi yang dipakai media juga banyak menunjukkan kecenderungan positif, seperti “menyerukan”, “mendesak”, atau “mengawal”. Substansi tuntutan—mulai revisi regulasi, transparansi anggaran, isu energi, hingga paket tuntutan rakyat—ikut diangkat sehingga liputan tak berhenti pada visual massa. Dengan demikian, media masih menjalankan fungsi sebagai kanal legitimasi moral yang penting bagi gerakan sosial, terutama saat identitas gerakan terkomunikasikan secara jelas.

Variasi narasumber turut memperlihatkan dinamika menarik. Anggota legislatif mendominasi liputan “Peringatan Darurat” dan “Aksi Agustus–September”, sedangkan laporan tentang “Indonesia Gelap” lebih banyak mengandalkan perspektif mahasiswa dan massa aksi. Perbedaan ini menunjukkan bagaimana isu yang diangkat turut memengaruhi siapa yang diberi ruang bicara.

Dalam sesi tanggapan, Abie Besman, dosen Jurnalistik Fikom Unpad, mengingatkan bahwa media tidak pernah benar-benar netral. Ia menilai media adalah bagian dari ekosistem publik yang juga menghadapi tekanan politik. Karena itu, menurut Abie, persoalannya bukan hanya tentang media berbicara, tetapi siapa yang diberi ruang untuk menyuarakan pendapat.

Pandangan Abie itulah yang kemudian disambut Ayang. Menurutnya, dalam situasi negara yang carut-marut, media harus ikut berdiri di sisi warga. Ia menegaskan perlunya dukungan media terhadap kelompok-kelompok yang suaranya kerap terpinggirkan. Keberpihakan yang ia maksud bukanlah keberpihakan buta, tetapi keberpihakan untuk menjaga ruang hidup masyarakat dan memastikan suara rakyat tidak tenggelam.

Riset CMCI juga menyoroti pentingnya jurnalisme penjelas (explanatory journalism). Di era digital, berita menyebar lintas platform melalui potongan video, tangkapan layar, hingga ringkasan yang beredar di media sosial, membentuk persepsi kolektif jauh melampaui ukuran klik atau traffic. Hal ini memperkuat urgensi media untuk mengedepankan konteks, bukan hanya kecepatan.

Forum yang dihadiri jurnalis, aktivis organisasi masyarakat sipil, pers mahasiswa, dan akademisi tersebut memberikan ruang refleksi atas cara media bekerja dan dampaknya terhadap demokrasi. Dengan dukungan BandungBergerak sebagai mitra pelaksana, acara ini menegaskan kembali pentingnya kolaborasi antara riset, media, dan publik.

Dari keseluruhan pemaparan, CMCI Unpad menegaskan bahwa media dan gerakan sosial saling membentuk. Ketika media memberi ruang identitas gerakan, publik dapat memahami alasan di balik aksi warga. Dan ketika publik memahami cara kerja media, gerakan bisa menyusun strategi komunikasi yang lebih efektif dan demokratis.

Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

News Update

Ayo Netizen 11 Des 2025, 20:00 WIB

Emas dari Bulu Tangkis Beregu Putra Sea Games 2025, Bungkam Kesombongan Malaysia

Alwi Farhan dkk. berhasil membungkam “kesombongan” Tim Malaysia dengan angka 3-0.
Alwi Farhan dkk. berhasil membungkam “kesombongan” Tim Malaysia dengan angka 3-0. (Sumber: Dok. PBSI)
Beranda 11 Des 2025, 18:37 WIB

Media Ditantang Lebih Berpihak pada Rakyat: Tanggapan Aktivis Atas Hasil Riset CMCI Unpad

Di tengah situasi dinamika sosial-politik, ia menilai media memegang peran penting untuk menguatkan suara warga,baik yang berada di ruang besar maupun komunitas kecil yang jarang mendapat sorotan.
Ayang dari Dago Melawan menanggapi hasil riset CMCI Unpad bersama peneliti Detta Rahmawan dan moderator Preciosa Alnashava Janitra. (Sumber: CMCI Unpad)
Ayo Netizen 11 Des 2025, 18:01 WIB

Nelangsa Bojongsoang Setiap Musim Hujan: Siapa Harus Bertanggung Jawab?

Banjir yang melanda Bojongsoang memicu kemacetan lalu lintas yang kian menggila. Lalu, pihak mana yang semestinya memikul tanggung jawab?
Kemacetan lalu lintas terjadi di Bojongsoang akibat banjir (04/12/2025). (Sumber: Khalidullah As Syauqi)
Ayo Netizen 11 Des 2025, 17:23 WIB

Hidup Lebih Bersih, Sungai Lebih Bernyawa

Kegiatan ini mengangkat isu berapa pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dan sungai agar terhindar dari bencana alam serta penyakit.
Mahasiswa Universitas Sunan Gunung Djati Bandung anggota Komunitas River Cleanup. (Foto: Rizki Hidayat)
Ayo Netizen 11 Des 2025, 16:57 WIB

Sistem Pengelolaan Limbah di Bandung yang Berantakan: Sebaiknya Prioritaskan Langkah Inovatif Sungguhan

Sistem pengelolaan limbah di Bandung yang Berantakan, saran saya sebagai warga Bandung untuk M. Farhan prioritaskan langkah inovatif sungguhan.
Sistem pengelolaan limbah di Bandung yang Berantakan, saran saya sebagai warga Bandung untuk M. Farhan prioritaskan langkah inovatif sungguhan.
Ayo Netizen 11 Des 2025, 16:32 WIB

Masyarakat Kota Bandung Berharap Wali Kota Tindak Tegas Penanganan Kasus Begal

Maraknya tindak kriminalitas seperti begal di Kota Bandung meningkatkan keresahan warga untuk beaktivitas di luar.
Suasana jalan yang sepi pada malam hari di daerah Jalan Inhoftank, Kota Bandung. (Sumber: Nayla Aurelia) (Foto: Nayla Aurelia)
Ayo Netizen 11 Des 2025, 16:13 WIB

Gunung Api Palasari Purba

Adanya lava, batuan beku yang berasal dari letusan efusif Gunung Palasari Purba, meninggalkan jejak letusan yang sangat megah dan mengagumkan.
Lava raksasa kawasan Cibanteng – Panyandaan, Desa Mandalamekar, Kecamatan Cimenya. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Taufanny Nugraha)
Ayo Netizen 11 Des 2025, 15:39 WIB

Pengunjung Mengeluhkan Teras Cihampelas yang Semakin Kumuh

Mulai dari lantai yang tak terawat, fasilitas rusak, hingga area Teras Cihampelas yang tampak sepi dan tidak terurus.
Suasana Teras Cihampelas Menampakan suasana kosong pada Senin (1/12/2025). (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Rafli Ashiddieq)
Ayo Jelajah 11 Des 2025, 15:36 WIB

Sejarah Kawasan Tamansari, Kampung Lama yang Tumbuh di Balik Taman Kolonial Bandung

Sejarah Tamansari Bandung sebagai kampung agraris yang tumbuh diam-diam di balik taman kolonial, dari desa adat hingga kampung kota padat.
Suasana pemukiman di kawasan Tamansari, Kota Bandung. (Sumber: Ayobandung | Foto: Irfan al Faritsi)
Ayo Netizen 11 Des 2025, 14:48 WIB

Mengeja Bandung Utama, Merawat Keragaman Agama

Menjaga dan memperkuat “benih-benih toleransi” baik melalui edukasi, kebijakan yang inklusif, maupun upaya nyata di tingkat komunitas, pemerintah.
Gang Ruhana, Kelurahan Paledang, berdiri Kampung Toleransi, ikon wisata religi yang diresmikan Pemerintah Kota Bandung. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 11 Des 2025, 13:37 WIB

Ini Titik-Titik Kemacetan di Kota Bandung menurut Wali Kota Farhan: Mana Tata Kelolanya?

Bandung didapuk sebagai “Kota Nomor 1 Termacet di Indonesia 2024” oleh TomTom Traffic Index.
Kemacetan di Jalan Dr. Djundjunan, Kota Bandung. (Sumber: Ayobandung.com | Foto: Irfan Al-Faritsi)
Ayo Netizen 11 Des 2025, 12:30 WIB

Saparua Ramai tapi Minim Penataan: Wali Kota Bandung Diharap Lebih Peduli

Taman Saparua selalu ramai, namun penataan dan fasilitasnya masih kurang memadai.
Track lari Saparua yang tampak teduh dari samping namun area sekitarnya masih perlu perbaikan dan penataan. Jumat siang, 28 November 2025. (Sumber: Dokumentasi penulis | Foto: Najmi Zahra A)
Ayo Jelajah 11 Des 2025, 11:01 WIB

Gunung Tangkubanparahu, Ikon Wisata Bandung Sejak Zaman Kolonial

Sejarah Tangkubanparahu sebagai destinasi klasik Bandung sejak masa kolonial, lengkap dengan rujukan Gids Bandoeng dan kisah perjalanan para pelancong Eropa.
Gunung Tangkubanparahu tahun 1910-an. (Sumber: Wikimedia)
Ayo Netizen 11 Des 2025, 10:48 WIB

Kenyaman Wisata Bandung Terancam oleh Pengamen Agresif

Warga mendesak Wali Kota M. Farhan bertindak tegas dan memberi solusi agar kota kembali aman dan nyaman.
Keramaian di kawasan wisata malam Bandung memperlihatkan interaksi tidak nyaman antara pengunjung dan pengamen memaksa, 02/12/2025. (Foto: Hakim)
Ayo Netizen 11 Des 2025, 10:25 WIB

Kenyamanan Taman Badak di Bandung Masih Menyisakan Kritikan

Taman Badak yang berpusat di tengah-tengah kota Bandung adalah salah satu tempat favorit di kalangan pengunjung.
Taman Badak Kota Bandung, Jawa Barat, Jumat 28 November 2025. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Wan Maulida Kusuma Syazci)
Ayo Netizen 11 Des 2025, 10:03 WIB

Lumpia Basah Katadji, Nikmatnya Sampai Suapan Terakhir

Kuliner viral di Banjaran, Kabupaten Bandung, yakni Lumpia Basah Katadji.
Seporsi lumpia basah katadji dengan bumbu dan topping yang melimpah. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Tantia Nurwina)
Ayo Netizen 11 Des 2025, 09:32 WIB

Mengapa Summarecon Bandung Kini Ramai Dijadikan Tempat Olahraga Warga?

Summarecon Bandung kini ramai dijadikan tempat olahraga warga, khususnya pada pagi dan sore hari.
Aktivitas olahraga di kawasan Summarecon Bandung terlihat meningkat terutama pada akhir pekan. (Dokumentasi Penulis)
Beranda 11 Des 2025, 05:16 WIB

Generation Girl Bandung Kikis Kesenjangan Gender di Bidang Teknologi

Mematahkan anggapan bahwa belajar STEM itu sulit. Selain itu, anggapan perempuan hanya bisa mengeksplorasi bidang non-tech adalah keliru.
Exploring Healthy Innovation at Nutrihub, salah satu aktivitas dari Generation Girl Bandung. (Sumber: Generation Girl Bandung)
Ayo Netizen 10 Des 2025, 21:09 WIB

Minat Baca Warga Bandung Masih Rendah meski Fasilitas Mencukupi, Catatan untuk Wali Kota

Menyoroti masalah rendahnya minat baca di Bandung meski fasilitas memadai.
Sebuah Street Library tampak lengang dengan buku-buku yang mulai berdebu di samping Gedung Merdeka, Jalan Asia-Afrika, Bandung, Jumat (05/12/2025). (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Adellia Ramadhani)
Ayo Netizen 10 Des 2025, 20:16 WIB

Bubur Mang Amir, Bubur Ayam Termurah se-Dunia Seporsi Cuma Rp5.000

Pengakuan Mang Amir, ia sudah berjualan bubur ayama selama 25 tahun.
Pengakuan Mang Amir, penjual bubur seporsi Rp5.000, ia sudah berjualan bubur ayama selama 25 tahun. (Sumber: Dokumentasi Penulis)