Kota untuk Siapa: Gemerlap Bandung dan Sunyi Warga Tanpa Rumah

Muhamad Rajwaa Munggarana
Ditulis oleh Muhamad Rajwaa Munggarana diterbitkan Jumat 12 Des 2025, 18:57 WIB
Seorang tunawisma menyusuri lorong Pasar pada malam hari (29/10/25) dengan memanggul karung besar di Jln. ABC, Braga, Sumur Bandung, Kota Bandung. (Foto: Rajwaa Munggarana)

Seorang tunawisma menyusuri lorong Pasar pada malam hari (29/10/25) dengan memanggul karung besar di Jln. ABC, Braga, Sumur Bandung, Kota Bandung. (Foto: Rajwaa Munggarana)

Pak Farhan, Bandung sedang sibuk menata wajah kota, namun lupa menata nasib warganya yang tidur di trotoar. Di saat gedung baru dan kafe terus bermunculan, selimut karton masih menjadi atap banyak orang di sudut-sudut jalan. Mereka ikut membayar harga mahal urbanisasi, tetapi tak pernah diajak bicara soal masa depan kota. Pertanyaannya sederhana: untuk siapa sebenarnya Bandung dibangun hari ini. 

Selama satu tahun kepemimpinan Anda, homeless masih dipandang sebagai masalah ketertiban, bukan korban ketidakadilan struktural. Operasi penertiban lebih sering terdengar dibanding kabar kebijakan yang benar-benar mengangkat mereka dari jalanan. Tubuh-tubuh lelah itu digeser dari satu sudut kota ke sudut lain, seolah hanya noda di atas kanvas pariwisata. Kota tampak bersih di foto, namun semakin kejam bagi mereka yang tak punya alamat. 

Kota yang Anda janjikan akan inklusif, memilih siapa yang diterima dan siapa yang tidak. Meskipun istilah kelompok rentan sering di gaungkan di ruang rapat, nyatanya di jalanan mereka menghadapi razia, stigma, dan pandangan curiga. Mereka yang tidak memiliki tempat tinggal hanya muncul sebagai angka, bukan individu yang memiliki sejarah, luka, dan harapan.

Pak Farhan, tanpa data terbuka dan jujur tentang jumlah serta kondisi warga tanpa rumah, publik sulit mengawasi janji-janji Bapak. Transparansi bukan sekadar unggahan infografik, tetapi kesediaan membuka angka yang mungkin memalukan bagi pemerintah. Warga perlu tahu berapa yang sudah dijangkau, berapa yang kembali ke jalan, dan apa yang salah dari program sebelumnya. Tanpa itu, slogan keadilan sosial hanya jadi kalimat manis di baliho kota. 

Di saat anggaran kota mengalir deras untuk event, festival, dan proyek beraroma selfie, rumah singgah masih terbatas dan layanan psikososial minim. Kebijakan seperti ini memberi sinyal jelas bahwa hak hidup layak warga paling miskin kalah penting dibanding pesta ruang publik. Sementara, sebagian besar penduduknya hanya menjadi bayangan di belakang panggung, Bandung dipromosikan sebagai destinasi. Inilah wajah ketimpangan yang lahir dari pilihan politik, bukan kebetulan. 

Lebih parah lagi, mereka yang hidup atau pernah hidup di jalan hampir tak pernah duduk setara di meja perumusan kebijakan. Suara mereka disaring lewat laporan, bukan diundang sebagai saksi langsung atas kegagalan sistem. Kebijakan yang dibuat tanpa mempertimbangkan kebutuhan masyarakat yang terdampak hanya akan mengulangi pola kekerasan yang sama. Kota kehilangan kompas moralnya ketika tidak memberikan kesempatan untuk berbicara.

Namun, pada saat inilah Bapak memiliki kesempatan untuk mengubah tujuan dan menjadikan janji "Bandung inklusif" menjadi kenyataan. Mulailah dengan mengakui orang yang tidak memiliki tempat tinggal sebagai warga kota yang berhak atas hak penuh atas hunian, kesehatan, pendidikan, dan pekerjaan yang bermartabat. Mengubah bahasa pejabat dan aparat dari "penertiban gelandangan" menjadi "pemenuhan hak warga tanpa rumah". Bahasa menunjukkan kepedulian, dan warga dapat merasakannya.

Tidak hanya sekedar program musiman ini harus memiliki rencana tindakan yang jelas, terukur, dan dapat diawasi oleh masyarakat. Tetapkan target tahunan, berapa orang yang harus keluar dari jalan secara permanen, bukan hanya terjaring razia. Sertakan rencana anggaran yang berani, karena keadilan sosial tidak lahir dari sisa-sisa dana proyek infrastruktur. Undang akademisi, organisasi akar rumput, dan komunitas pendamping jalanan untuk menguji rencana itu bersama-sama. 

Pak Farhan, ubah pendekatan pembinaan menjadi pemberdayaan yang sungguh-sungguh membuka pintu keluar dari kemiskinan. Rumah singgah harus menjadi awal perjalanan, bukan ruang tunggu sebelum seseorang kembali ke trotoar. Berikan pelatihan keterampilan yang relevan, akses kerja dengan upah layak, dan pendampingan intensif hingga mereka benar-benar mandiri. Kota adil adalah kota yang berani menginvestasikan anggaran pada manusia, bukan hanya beton. 

Selain itu, kebijakan perumahan harus beralih dari perspektif pasar penuh untuk memprioritaskan kelas pekerja miskin dan penduduk tanpa rumah. Bandung memiliki kesempatan untuk memulai model housing first versi lokal dengan memberikan hak dasar untuk hunian yang sederhana, aman, dan terjangkau. Selanjutnya, gabungkan layanan kesehatan, konseling, bantuan hukum, dan dukungan sosial lainnya. Tanpa atap yang pasti, semua program lain hanya akan berputar di lingkaran kegagalan. 

Baca Juga: Ini Titik-Titik Kemacetan di Kota Bandung menurut Wali Kota Farhan: Mana Tata Kelolanya?

Jangan curigai solidaritas warga yang turun langsung membantu masyarakat jalanan, rangkul mereka sebagai mitra politik kesejahteraan. Inisiatif komunitas membagikan makanan, mengelola dapur umum, atau menyediakan ruang aman adalah modal sosial berharga. Pemerintah kota bisa membangun skema kolaborasi yang melindungi mereka dari kriminalisasi dan memperkuat jaring pengaman. Kota yang sehat adalah kota yang memberi ruang bagi warganya untuk saling menjaga, bukan melarang. 

Pada akhirnya, sejarah tidak akan mengingat betapa ramainya festival atau seberapa terang lampu kota. Sejarah akan menilai apakah masa jabatan Bapak membuat Bandung menjadi rumah yang layak bagi mereka yang sebelumnya tak punya rumah. Bapak bisa memilih menjadi wali kota yang merapikan kota demi wisatawan, atau pemimpin yang merapikan kota demi warganya sendiri. Jika Bapak berpihak pada yang paling rentan hari ini, nama Bapak akan diingat bukan sebagai penguasa, melainkan sebagai sesama warga yang berani melawan ketidakadilan. (*)

Artikel Rekomendasi Untuk Anda

Disclaimer

Tulisan ini merupakan artikel opini yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Pandangan yang disampaikan dalam artikel ini tidak mewakili pandangan atau kebijakan organisasi dan redaksi AyoBandung.id.

Muhamad Rajwaa Munggarana
Undergraduate Digital Public Relation at Telkom University | School of comunication & Sosial Sciences
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

News Update

Ayo Biz 13 Des 2025, 17:34 WIB

Jawa Barat Siapkan Distribusi BBM dan LPG Hadapi Lonjakan Libur Nataru

Mobilitas tinggi, arus mudik, serta destinasi wisata yang ramai menjadi faktor utama meningkatnya konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Liquefied Petroleum Gas (LPG).
Ilustrasi. Mobilitas tinggi, arus mudik, serta destinasi wisata yang ramai menjadi faktor utama meningkatnya konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Liquefied Petroleum Gas (LPG). (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Biz 13 Des 2025, 14:22 WIB

Di Balik Gemerlap Belanja Akhir Tahun, Seberapa Siap Mall Bandung Hadapi Bencana?

Lonjakan pengunjung di akhir tahun membuat mall menjadi ruang publik yang paling rentan, baik terhadap kebakaran, kepadatan, maupun risiko teknis lainnya.
Lonjakan pengunjung di akhir tahun membuat mall menjadi ruang publik yang paling rentan, baik terhadap kebakaran, kepadatan, maupun risiko teknis lainnya. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 21:18 WIB

Menjaga Martabat Kebudayaan di Tengah Krisis Moral

Kebudayaan Bandung harus kembali menjadi ruang etika publik--bukan pelengkap seremonial kekuasaan.
Kegiatan rampak gitar akustik Revolution Is..di Taman Cikapayang
Ayo Netizen 12 Des 2025, 19:31 WIB

Krisis Tempat Parkir di Kota Bandung Memicu Maraknya Parkir Liar

Krisis parkir Kota Bandung makin parah, banyak kendaraan parkir liar hingga sebabkan macet.
Rambu dilarang parkir jelas terpampang, tapi kendaraan masih berhenti seenaknya. Parkir liar bukan hanya melanggar aturan, tapi merampas hak pengguna jalan, Rabu (3/12/25) Alun-Alun Bandung. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Ishanna Nagi)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 19:20 WIB

Gelaran Pasar Kreatif Jawa Barat dan Tantangan Layanan Publik Kota Bandung

Pasar Kreatif Jawa Barat menjadi pengingat bahwa Bandung memiliki potensi luar biasa, namun masih membutuhkan peningkatan kualitas layanan publik.
Sejumlah pengunjung memadati area Pasar Kreatif Jawa Barat di Jalan Pahlawan No.70 Kota Bandung, Rabu (03/12/2025). (Foto: Rangga Dwi Rizky)
Ayo Jelajah 12 Des 2025, 19:08 WIB

Hikayat Paseh Bandung, Jejak Priangan Lama yang Diam-diam Punya Sejarah Panjang

Sejarah Paseh sejak masa kolonial, desa-desa tua, catatan wisata kolonial, hingga transformasinya menjadi kawasan industri tekstil.
Desa Drawati di Kecamatan Paseh. (Sumber: YouTube Desa Drawati)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 18:57 WIB

Kota untuk Siapa: Gemerlap Bandung dan Sunyi Warga Tanpa Rumah

Bandung sibuk mempercantik wajah kota, tapi lupa menata nasib warganya yang tidur di trotoar.
Seorang tunawisma menyusuri lorong Pasar pada malam hari (29/10/25) dengan memanggul karung besar di Jln. ABC, Braga, Sumur Bandung, Kota Bandung. (Foto: Rajwaa Munggarana)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 17:53 WIB

Hubungan Diam-Diam antara Matematika dan Menulis

Penjelasan akan matematika dan penulisan memiliki hubungan yang menarik.
Matematika pun memerlukan penulisan sebagai jawaban formal di perkuliahan. (Sumber: Dok. Penulis | Foto: Caroline Jessie Winata)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 16:44 WIB

Banjir Orderan Cucian Tarif Murah, Omzet Tembus Jutaan Sehari

Laundrypedia di Kampung Sukabirus, Kabupaten Bandung, tumbuh cepat dengan layanan antar-jemput tepat waktu dan omzet harian lebih dari Rp3 juta.
Laundrypedia hadir diperumahan padat menjadi andalan mahasiswa, di kampung Sukabirus, Kabupaten Bandung, Kamis 06 November 2025. (Sumber: Fadya Rahma Syifa | Foto: Fadya Rahma Syifa)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 16:29 WIB

Kedai Kekinian yang Menjadi Tempat Favorit Anak Sekolah dan Mahasiswa Telkom University

MirukiWay, UMKM kuliner Bandung sejak 2019, tumbuh lewat inovasi dan kedekatan dengan konsumen muda.
Suasana depan toko MirukiWay di Jl. Sukapura No.14 Desa Sukapura, Kecamatan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Selasa, (28/10/2025). (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Nasywa Hanifah Alya' Al-Muchlisin)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 15:53 WIB

Bandung Kehilangan Arah Kepemimpinan yang Progresif

Bandung kehilangan kepemimpinan yang progresif yang dapat mengarahkan dan secara bersama-sama menyelesaikan permasalahan yang kompleks.
Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, meninjau lokasi banjir di kawasan Rancanumpang. (Sumber: Humas Pemkot Bandung)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 15:31 WIB

Tren Olahraga Padel Memicu Pembangunan Cepat Tanpa Menperhitungkan Aspek Keselamatan Jangka Panjang?

Fenomena maraknya pembangunan lapangan padel yang tumbuh dengan cepat di berbagai kota khususnya Bandung.
Olahraga padel muncul sebagai magnet baru yang menjanjikan, bukan hanya bagi penggiat olahraga, tapi juga bagi pelaku bisnis dan investor. (Sumber: The Grand Central Court)
Beranda 12 Des 2025, 13:56 WIB

Tekanan Biological Clock dan Ancaman Sosial bagi Generasi Mendatang

Istilah biological clock ini digunakan untuk menggambarkan tekanan waktu yang dialami individu, berkaitan dengan usia dan kemampuan biologis tubuh.
Perempuan seringkali dituntut untuk mengambil keputusan berdasarkan pada tekanan sosial yang ada di masyarakat. (Sumber: Unsplash | Foto: Alex Jones)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 13:39 WIB

Jalan Kota yang Redup, Area Gelap Bandung Dibiarkan sampai Kapan?

Gelapnya beberapa jalan di Kota Bandung kembali menjadi perhatian pengendara yang berkendara di malam hari.
Kurangnya Pencahayaan di Jalan Terusan Buah Batu, Kota Bandung, pada Senin, 1 Desember 2025 (Sumber: Dok. Penulis| Foto: Zaki)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 12:56 WIB

Kegiatan Literasi Kok Bisa Jadi Petualangan, Apa yang Terjadi?

Kegiatan literasi berubah menjadi petualangan tak terduga, mulai dari seminar di Perpusda hingga jelajah museum.
Kegiatan literasi berubah menjadi petualangan tak terduga, mulai dari seminar di Perpusda hingga jelajah museum. (Dokumentasi Penulis)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 10:28 WIB

Bandung Punya Banyak Panti Asuhan, Mulailah Berbagi dari yang Terdekat

Bandung memiliki banyak panti asuhan yang dapat menjadi ruang berbagi bagi warga.
Bandung memiliki banyak panti asuhan yang dapat menjadi ruang berbagi bagi warga. (Dokumentasi Penulis)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 09:20 WIB

Menikmati Bandung Malam Bersama Rib-Eye Meltique di Justus Steakhouse

Seporsi Rib-Eye Meltique di Justus Steakhouse Bandung menghadirkan kehangatan, aroma, dan rasa yang merayakan Bandung.
Ribeye Meltique, salah satu menu favorit di Justus Steakhouse. (Sumber: Dokumentasi Pribadi | Foto: Seli Siti Amaliah Putri)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 09:12 WIB

Seboeah Tjinta: Surga Coquette di Bandung

Jelajahi Seboeah Tjinta, kafe hidden gem di Cihapit yang viral karena estetika coquette yang manis, spot instagramable hingga dessert yang comforting.
Suasana Seboeah Tjinta Cafe yang identik dengan gaya coquette yang manis. (Foto: Nabella Putri Sanrissa)
Ayo Jelajah 12 Des 2025, 07:14 WIB

Hikayat Situ Cileunca, Danau Buatan yang Bikin Wisatawan Eropa Terpesona

Kisah Situ Cileunca, danau buatan yang dibangun Belanda pada 1920-an, berperan penting bagi PLTA, dan kini menjadi ikon wisata Pangalengan.
Potret zaman baheula Situ Cileunca, Pangalengan, Kabupaten Bandung. (Sumber: KITLV)
Ayo Netizen 11 Des 2025, 20:00 WIB

Emas dari Bulu Tangkis Beregu Putra Sea Games 2025, Bungkam Kesombongan Malaysia

Alwi Farhan dkk. berhasil membungkam “kesombongan” Tim Malaysia dengan angka 3-0.
Alwi Farhan dkk. berhasil membungkam “kesombongan” Tim Malaysia dengan angka 3-0. (Sumber: Dok. PBSI)