Kunci 'Strong Governance' Bandung

Djoko Subinarto
Ditulis oleh Djoko Subinarto diterbitkan Senin 15 Des 2025, 10:00 WIB
Suasana permukiman padat penduduk di pinggir Sungai Cikapundung, Tamansari, Kota Bandung. (Sumber: Ayobandung | Foto: Irfan Al Faritsi)

Suasana permukiman padat penduduk di pinggir Sungai Cikapundung, Tamansari, Kota Bandung. (Sumber: Ayobandung | Foto: Irfan Al Faritsi)

BANDUNG senantiasa punya pesona sendiri. Dari mulai udara sejuk, jalanan berliku, sampai kreativitas para warganya yang tak pernah kehabisan ide. 

Tapi, khusus soal tata kelola (governance), tantangannya tampaknya lebih kompleks. Dan strong governance adalah salah satu kebutuhan nyata Bandung kiwari.

Banyak orang berpikir bahwa tata kelola kota yang kuat hanya soal membangun infrastruktur dan fasilitas publik. Padahal, tata kelola yang kuat juga menuntut transparansi, akuntabilitas, dan partisipasi warga. Semua bergerak bersama, bukan hanya satu pihak yang memutuskan.

Membangun kota itu seperti menata taman. Kalau satu sisi dibiarkan liar, keseimbangan hilang. Begitu juga governance, kalau satu aspek lemah, seluruh sistem mudah goyah.

Kapasitas birokrasi

Salah satu fondasi strong governance adalah kapasitas birokrasi. Aparatur sipil negara yang kompeten, mau belajar, dan tidak terjebak rutinitas membuat roda pemerintahan bergulir mulus. Tanpa kapasitas ini, kebijakan terbaik pun bisa gagal di implementasi.

Bandung sudah punya modal sosial yang kuat. Warga kreatif, beragam komunitas aktif, dan media lokal yang peduli. Modal sosial ini bisa menjadi energi positif untuk membangun strong governance, asal dikelola dengan benar.

Contohnya dalam hal transparansi. Transparansi bukan sekadar menempelkan dokumen di website. Ini soal akses warga terhadap informasi yang benar-benar dibutuhkan. Misal, data pembangunan, anggaran, atau proyek yang sedang berjalan.

Akuntabilitas datang ketika semua orang siap mempertanggungjawabkan keputusan dan hasilnya. Partisipasi warga tak kalah penting. Kota ini punya potensi luar biasa jika warga diajak berbicara, bukan hanya diundang di seminar atau konsultasi formal. Obrolan di warung kopi, forum komunitas, bahkan media sosial bisa sebagai bahan masukan yang berguna dan signifikan.

Teori Elinor Ostrom tentang pengelolaan sumber daya bersama mungkin bisa diterapkan. Ostrom menekankan bahwa warga yang dilibatkan secara aktif dalam pengelolaan aset bersama cenderung lebih menjaga, lebih bertanggung jawab, dan lebih berinovasi. 

Digitalisasi layanan publik

Kawasan padat penduduk di Kota Bandung, Senin 5 Mei 2025. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Irfan Al-Faritsi)
Kawasan padat penduduk di Kota Bandung, Senin 5 Mei 2025. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Irfan Al-Faritsi)

Inovasi dalam birokrasi juga bagian dari strong governance. Digitalisasi layanan publik, misalnya, tidak hanya memudahkan warga, tetapi juga membuat sistem lebih transparan dan akuntabel.

Tapi, teknologi saja tidak cukup. Tanpa budaya integritas, sistem digital bisa menjadi alat manipulasi. Maka, budaya integritas harus dibangun dari bawah hingga puncak.

Salah satu contoh yang bisa dicontoh adalah program pengaduan warga berbasis aplikasi. Jika dijalankan dengan sungguh-sungguh, ini bisa menjadi jendela kota untuk mendengar suara rakyat secara langsung.

Kebijakan berbasis bukti turut menjadi kunci. Data harus jadi teman, bukan musuh. Jangan sampai keputusan penting dibuat hanya karena persepsi atau kepentingan sesaat.

Bandung punya banyak sumber daya manusia kreatif yang bisa dimanfaatkan untuk analisis data kota. Kolaborasi antara pemerintah dan akademisi bisa menelurkan kebijakan lebih tepat sasaran.

Regulasi juga harus adaptif. Kota dinamis seperti Bandung memerlukan aturan yang bisa mengikuti perubahan zaman, bukan yang kaku dan membelenggu inovasi.

Soal ketahanan kota

Strong governance juga soal ketahanan kota. Bagaimana menghadapi bencana, perubahan iklim, dan dinamika sosial tanpa kehilangan ritme pembangunan.

Kepercayaan publik menjadi indikator penting. Warga yang percaya pemerintah akan lebih patuh aturan, lebih mau terlibat, dan lebih kritis dengan cara yang konstruktif.

Akan tetapi, membangun kepercayaan bukan hal instan. Perlu konsistensi, keterbukaan, dan komunikasi yang jelas. Setiap kebijakan kecil pun bakal memengaruhi persepsi warga.

Strong governance bukan sekadar soal pemerintah yang kuat, tapi juga masyarakat yang tangguh. Sinergi pemerintah dan masyarakat membuat kota lebih tahan guncangan dan lebih inovatif dalam menghadapi tantangan.

Kepemimpinan, jelas, menjadi faktor penentu. Pemimpin kota yang visioner dan rendah hati akan mendorong birokrasi bekerja optimal tanpa perlu menakut-nakuti.

Pelatihan dan pengembangan kapasitas pegawai juga menjadi investasi jangka panjang. Bukan sekadar seminar sekali-dua kali, tapi pembelajaran berkelanjutan yang bisa diaplikasikan di lapangan.

Di sisi lain, kolaborasi antarsektor tak kalah penting. Pemerintah, sektor privat, akademisi, dan masyarakat sipil harus memiliki ruang komunikasi yang rutin dan konstruktif.

Budaya evaluasi internal wajib pula ditanamkan. Setiap proyek, setiap program, harus ada refleksi ihwal apa yang berhasil, apa yang gagal, dan bagaimana memperbaikinya di masa depan.

Bandung juga bisa belajar dari kota-kota lain di dunia yang berhasil membangun governance kuat tanpa kehilangan karakter lokalnya. Inspirasi boleh, meniru mentah-mentah sebaiknya jangan.

Baca Juga: Benarkah Budidaya Maggot dalam Program 'Buruan Sae' Jadi Solusi Efektif Sampah Kota Bandung?

Salah satu tantangan klasik adalah birokrasi yang terlalu lamban. Inilah yang membuat warga kadang frustrasi. Proses harus dipercepat tanpa mengorbankan kualitas keputusan.

Kota dengan strong governance tidak melulu tentang aturan kaku. Ia juga soal fleksibilitas, empati terhadap warga, dan keberanian mengambil keputusan berisiko demi kebaikan bersama.

Bandung menuju strong governance bukan mimpi. Dengan kapasitas birokrasi, partisipasi warga, transparansi, akuntabilitas, dan pemimpin yang visioner, kota ini bisa menjadi contoh bagi daerah lain. Kuncinya semua mau bergerak bersama, bukan sendiri-sendiri. (*)

Artikel Rekomendasi Untuk Anda

Disclaimer

Tulisan ini merupakan artikel opini yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Pandangan yang disampaikan dalam artikel ini tidak mewakili pandangan atau kebijakan organisasi dan redaksi AyoBandung.id.

Djoko Subinarto
Penulis lepas, blogger
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

News Update

Beranda 15 Des 2025, 21:18 WIB

Tanda Kerusakan Alam di Kabupaten Bandung Semakin Kritis, Bencana Alam Meluas

Seperti halnya banjir bandang di Sumatera, kondisi alam di wilayah Kabupaten Bandung menunjukkan tanda-tanda kerusakan serius.
Warga di lokasi bencana sedang membantu mencari korban tertimbun longsor di Arjasari, Kabupaten Bandung. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Gilang Fathu Romadhan)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 20:05 WIB

Tahun 2000-an, Palasari Destinasi 'Kencan Intelektual' Mahasiswa Bandung

Tahun 2002, Palasari bukan sekadar pasar buku. Ia adalah universitas paralel bagi mahasiswa UIN Bandung.
 Tahun 2002, Palasari bukan sekadar pasar buku. Ia adalah universitas paralel bagi mahasiswa UIN Bandung (Sumber: ayobandung.com | Foto: Irfan Al-Farisi)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 19:25 WIB

Benang Kusut Kota Bandung: Penataan Kabel Tak Bisa Lagi Ditunda

Kabel semrawut di berbagai sudut Kota Bandung merusak estetika kota dan membahayakan warga.
Kabel-kabel yang menggantung tak beraturan di Jl. Katapang, Lengkong, Kota Bandung, pada Rabu (03/12/2025). (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Masayu K.)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 18:08 WIB

Menghangat di Hujan Bandung dengan Semangkuk Mie Telur Mandi dari Telur Dadar JUARA

ā€œMie Telur Mandiā€ dari sebuah kedai di Kota Bandung yang sedang ramai diperbincangkan di media sosial.
 ā€œMie Telur Mandiā€ dari sebuah kedai di Kota Bandung yang sedang ramai diperbincangkan di media sosial. (Sumber: Dokumentasi Penulis)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 17:14 WIB

Mengukus Harapan Senja di Jatinangor

Ketika roti kukus di sore hari menjadi kawan sepulang kuliah.
Roti-roti yang dikukus kembali sebelum diberi topping. (Foto: Abigail Ghaissani Prafesa)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 17:04 WIB

Selamat Datang di Kota Bandung! Jalan Kaki Bisa Lebih Cepat daripada Naik Kendaraan Pribadi

Bandung, yang pernah menjadi primadona wisata, kini menduduki peringkat sebagai kota termacet di Indonesia.
Deretan kendaraan terjebak dalam kemacetan pasca-hujan di Kota Bandung, (03/12/2025). (Foto: Zaidan Muafa)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 16:52 WIB

Cerita Kuliner Nasi Tempong dan Jalanan Lengkong yang tak Pernah Sepi

Salah satu kisahnya datang dari Nasi Tempong Rama Shinta, yang dahulu merasakan jualan di gerobak hingga kini punya kedai yang selalu ramai pembeli.
Jalan Lengkong kecil selalu punya cara menyajikan malam dengan rasa di Kota Bandung, (05/11/2025). (Foto: Zaki Al Ghifari)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 16:09 WIB

Lampu Lalu Lintas Bermasalah, Ancaman Kecelakaan yang Perlu Ditangani Cepat

Lampu lalu lintas di perempatan Batununggal dilaporkan menampilkan hijau dari dua arah sekaligus yang memicu kebingungan dan potensi kecelakaan.
Kondisi lalu lintas yang berantakan di perempatan Batununggal, Kota Bandung (4/12/25) (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Amelia Ulya)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 15:56 WIB

Terjangkau namun Belum Efisien, Trans Metro Pasundan di Mata Mahasiswa

Mahasiswa di Bandung memilih bus kota sebagai transportasi utama, namun masih menghadapi kendala pada rute, jadwal, dan aplikasi.
Suasana di dalam bus Trans Metro Pasundan di sore hari pada hari Selasa (2/12/2025). (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dheana Husnaini)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 15:16 WIB

Bandung di Tengah Ledakan Turisme: Makin Cantik atau Cuma Viral?

Artikel ini menyoroti fenomena turisme Bandung yang makin viral namun sekaligus makin membebani kota dan lingkungannya.
Sekarang Bandung seperti berubah jadi studio konten raksasa. Hampir setiap minggu muncul cafe baru dan semuanya berlomba-lomba tampil seestetik mungkin agar viral di TikTok. (Sumber: Dokumentasi Penulis)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 14:36 WIB

Jalan Baru Literasi dan Numerasi di Indonesia: Berkaca pada Pendidikan Finlandia

Rendahnya kemampuan literasi dan numerasi siswa Indonesia berdasarkan data PISA dan faktor penyebabnya.
Butuh kerjasama dan partisipasi dari berbagai pihak dalam rangka mewujudkan pendidikan terbaik bagi anak-anak negeri ini. (Sumber: Pexels/Agung Pandit Wiguna)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 14:28 WIB

Tahu Bakso di Pasar Sinpasa Summarecon Bandung: Lezatnya Paduan Tradisi dan Urban Vibes

Di sekitar Pasar Modern Sinpasa Summarecon Bandung, salah satu tenant mampu menarik perhatian siapa saja yang lewat: tahu bakso enak.
Tahu Bakso Enak. (Sumber: dokumentasi penulis)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 12:06 WIB

Polemik Penerapan Restorative Justice di Indonesia sebagai Upaya Penyelesaian Perkara

Polemik restorative justice dibahas dengan menggunakan metode analisis normatif, namun pada bagian penjelasan contoh digunakan juga analisis sosiologis.
Ilustrasi hukum. (Sumber: Pexels/KATRIN BOLOVTSOVA)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 10:19 WIB

Babakan Siliwangi Perlu Cahaya: Jalur Populer, Penerangan Minim

Hampir setiap malam di wilayah Babakan Siliwangi penerangan yang minim masih menjadi persoalan rutin.
Suasana Babakan Siliwangi saat malam hari (4/12/2025) dengan jalanan gelap, mural warna-warni, dan arus kendaraan yang tak pernah sepi. (Sumber: Bunga Citra Kemalasari)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 10:00 WIB

Kunci 'Strong Governance' Bandung

Strong governance adalah salah satu kebutuhan nyata Bandung kiwari.
Suasana permukiman padat penduduk di pinggir Sungai Cikapundung, Tamansari, Kota Bandung. (Sumber: Ayobandung | Foto: Irfan Al Faritsi)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 08:31 WIB

Benarkah Budidaya Maggot dalam Program 'Buruan Sae' Jadi Solusi Efektif Sampah Kota Bandung?

Integrasi budidaya maggot dalam Program Buruan Sae menjadi penegasan bahwa pengelolaan sampah dapat berjalan seiring dengan pemberdayaan masyarakat.
Budidaya maggot di RW 9 Lebakgede menjadi upaya warga mengolah sampah organik agar bermanfaat bagi lingkungan sekitar. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Ikbal Tawakal)
Beranda 15 Des 2025, 07:48 WIB

Pembangunan untuk Siapa? Kisah Perempuan di Tengah Perebutan Ruang Hidup

Buku ini merekam cerita perjuangan perempuan di enam wilayah Indonesia, yakni Sumatera, Sulawesi, NTT, NTB, serta dua titik di Kalimantan, yang menghadapi konflik lahan dengan negara dan korporasi.
Diskusi Buku ā€œPembangunan Untuk Siapa: Kisah Perempuan di Kampung Kamiā€ yang digelar di Perpustakaan Bunga di Tembok, Bandung, Minggu (14/12/2025).
Beranda 15 Des 2025, 07:32 WIB

Diskusi Publik di Dago Elos Angkat Isu Sengketa Lahan dan Hak Warga

Dari kegelisahan itu, ruang diskusi dibuka sebagai upaya merawat solidaritas dan memperjuangkan hak atas tanah.
Aliansi Bandung Melawan menggelar Diskusi Publik bertema ā€œJaga Lahan Lawan Tiranā€ pada 12 Desember 2025 di Balai RW Dago Elos, Kota Bandung. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Halwa Raudhatul)
Ayo Biz 15 Des 2025, 07:16 WIB

Berawal dari Kegelisahan, Kini Menjadi Bisnis Keberlanjutan: Perjalanan Siska Nirmala Pemilik Toko Nol Sampah Zero Waste

Toko Nol Sampah menjual kebutuhan harian rumah tangga secara curah. Produk yang ia jual sudah lebih dari 100 jenis.
Owner Toko Nol Sampah, Siska Nirmala. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Toni Hermawan)
Ayo Netizen 14 Des 2025, 20:09 WIB

Good Government dan Clean Government Bukan Sekadar Narasi bagi Pemkot Bandung

Pentingnya mengembalikan citra pemerintah daerah dengan sistem yang terencana melalui Good Government dan Clean Government.
Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan,