Tugugedé Didirikan di Lereng Barat Daya Gunung Halimun

T Bachtiar
Ditulis oleh T Bachtiar diterbitkan Jumat 18 Jul 2025, 15:01 WIB
Abah Jaya, jurukunci Tugugedé, Cengkuk. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: T Bachtiar)

Abah Jaya, jurukunci Tugugedé, Cengkuk. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: T Bachtiar)

Di kerindangan pepohonan, begitu berbelok masuk ke situs Tugugedé, terlihat batu tegak setinggi empat meter kurang 20 cm. Di pangkal menhir besar itu, kelilingnya empat meter kurang empat cm. Bagian atasnya lebih kecil dibandingkan dengan bagian tengah ke bawah. Bagaimana Tugugedé itu dapat bertahan tegak sampai saat ini, dan tidak roboh? 

Agar batu itu tetap tegak, berapa meter bagian dari menhir itu yang dikubur sebagai jangkar? Ada yang menduga, tinggi menhir yang diukur dari permukaan tanah, sedalam itu pula yang tertancap. Bila itu dapat dibuktikan, tinggi batu tagak ini sesungguhnya hampir delapan meter. 

Situs megalitik Tugugedé didirikan di lereng barat daya Gunung Halimun (+1.929 m dpl), berada di Kecamatan Cikakak, Kabupaten Sukabumi. Gunung yang meletus dahsyat antara 500.000 sampai dengan 170.000 tahun lalu ini, berada di perbatasan antara Provinsi Banten dan Provinsi Jawa Barat. 

Torehan bekas letusan, disempurnakan denudasi dan longsoran di lereng barat daya, telah membentuk cekungan dan cerukan yang menganga selebar tujuh km, dengan lembah yang curam dan dalam. Torehan itu membentuk pegunungan yang memanjang tajam. 

Tugugedé didirikan di lereng punggungan pada ketinggian +425 m dpl. Pemilihan tempatnya sangat mempertimbangkan faktor keamanan dari serangan penduduk di luar komunitasnya,  dengan kesuburan tempat yang dapat mendukung kehidupannya. 

Kawasan ini dibentengi punggungan yang memanjang berlapis-lapis, dan dipisahkan oleh lembah yang dalam.

Di sebelah timur, Tugugedé dibentengi oleh punggungan sepanjang 6 km, dengan bagian tertinggi +645 m dpl, dan dipisahkan oleh lembah sedalam 365 m. Di lapis kedua, sebelah timur benteng alami yang pertama, Tugugedé dipisahkan oleh lembah yang dalam, dan dibentengi dinding alami sepanjang 6 km, dengan punggungan tertinggi +1.485 m dpl. 

Sedangkan di bagian barat dan utara, dibentengi punggungan yang melengkung dengan bagian tertinggi +1.165 m dpl, dipisahkan lembah sepanjang 19 km yang bermuara di Samudra Hindia.

Secara alami, dengan memperhitungkan rona bumi di lereng barat daya-selatan Gunung Halimun yang berupa punggungan yang memanjang utara – selatan, dipisahkan oleh lembah-lembah yang curam dan dalam, sangat mungkin, nenek moyang yang mendiami Tugugedé itu ada yang datang dari selatan.

Mereka berlabuh di muara sungai, lalu berjalan ke utara, ke arah gunung. Di tempat-tempat yang terdapat sumber daya alam sangat baik, batu-batu besar yang panjang, batu yang datar dan lebar, kemudian mereka mendirikan menhir, dan membentuk tempat bermukim.

Di Kecamatan Cikakak, terdapat tempat-tempat sakral yang dibuat dari batuan besar, seperti: Situs Gunung Tangkil di Desa Cikakak, situs Salak Datar di Desa Cimaja, Situs Punden Berundak di Desa Sirnarasa, dan situs Ciarca di Desa Sirnarasa.

Gunung Halimun. (Sumber: Wikimedia Commons/Toni Wöhrl and Sang Cai)
Gunung Halimun. (Sumber: Wikimedia Commons/Toni Wöhrl and Sang Cai)

Situs Tugugedé berada di lereng bagian dalam dari tapal kuda raksasa sisi barat daya Gunung Halimun, menjadi daerah tangkapan hujan, kemudian meresap melalui akar-akar pohon di hutan.

Di tekuk lereng keluar mata air yang teratur, dan di lembahnya, di sepanjang aliran anak-anak sungainya dengan air yang berlimpah. Di sanalah dikembangkan menjadi persawahan yang subur, yang tak pernah kekurangan air. Di tanah daratnya, dikembangkan menjadi kebun dengan aneka pohon yang menghasilkan, seperti durian, jengkol, pisang, kelapa, kayu keras, dan bambu.

Karuhun yang telah membangun kawasan Tugugedé, telah mempertimbangkan segi keamanan warganya, terlindung secara alami, karena wilayahnya dibentengi secara berlapis-lapis oleh punggungan dan lembah yang curam dan dalam.

Keberadaannya menjadi tidak mudah untuk diketahui orang lain. Dengan kesuburan tanahnya yang baik, air yang berlimpah, mereka dapat hidup dan berkehidupan dalam naungan dikemegahan bentang alam.

Mereka memilih tempat untuk pemujaan, yang secara alami memungkinkan, karena tersedianya batu-batu besar hasil dari letusan Gunung Halimun yang berupa lava, dan material letusan lainnya, seperti breksi.

Bongkah-bongkah lava yang berukuran dan panjang dan besar, karena panas, dingin, hujan, dan pengaruh tumbuhan, menyebabkan bongkah lava itu ada yang pecah, membentuk bongkah batu yang datar. Batu seperti inilah yang kemudian dijadikan dolmen, yang oleh masyarakat disebut batu kasur atau batu meja.

Batu yang pecah datar dalam ukuran yang lebih kecil, sebesar meja, sekitar 1,5 m kali 2,25, di bagian yang datar itulah para karuhun ahli memahat batu, membuat cekungan-cekungan yang halus, dengan ukuran yang presisi. Seperti yang disebut batu congklak atau batu dakon, terdapat 10 cekungan yang teratur, dengan garis tengah bagian atas 22 cm, garis tengah bagian bawah 5 cm, dengan kedalaman 14 cm. Untuk menumbuk dan menghaluskan, ada alu yang panjangnya 53 cm, dengan panjang keliling di ujung yang satu 18 cm, dan 34 cm di ujung lainnya. 

Peruntukan utamanya adalah untuk menumbuk, seperti untuk menumbuk bahan pangan, dan untuk menumbuk ramuan obat-obatan. Karena jumlahnya 10 lubang, sehingga sebanyak 10 orang dapat bersama-sama menumbuk sesuatu di sana.

Sekarang, tempat menumbuk bahan pangan seperti padi, disebut saung lisung (saung lesung), dan dapat dilakukan secara berbarengan beberapa orang. Ada juga batu lumpang, yang mempunyai fungsi yang sama, untuk menumbuk.

Yang menarik lainnya di sana ada bekas bangunan kuno, apakah punden berundak? Yang di pinggirnya terdapat tangga batu, dan ada beberapa kursi batu yang menghadap ke menhir yang lebih kecil.

Di dalam situs itu terdapat dua jambangan batu yang berfungsi sebagai bak penampungan air untuk bersuci. Ukurannya  panjang 185 cm, lebar 87 cm, tinggi 65 cm, dan terdapat lubang pembuangan air di tengah dasar jambangan dengan diameter 20 cm.

Jambangan batu 2, panjangnya 165 cm, lebar 90 cm, tinggi 60 cm, dengan lubang pembuangan air dengan diameter 20 cm. Kedua jambangan batu ini dibuat dari breksi, material yang diletuskan dari Gunung Halimun. Berbeda dengan lava andesit yang pejal, breksi lebih mudah dibentuk menjadi jambangan batu.

Bila situs Tugugedé sebagai tempat sakral, di manakah warganya tinggal? (*)

Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

News Update

Ayo Netizen 18 Jul 2025, 20:40 WIB

Benarkah Tom Lembong Korban Kriminalisasi dalam Kasus Impor Gula?

Tom Lembong didakwa dalam kasus dugaan korupsi terkait kebijakan impor gula yang diambilnya pada periode 2015-2016.
Tom Lembong didakwa dalam kasus dugaan korupsi terkait kebijakan impor gula yang diambilnya pada periode 2015-2016. (Sumber: Wikimedia Commons)
Ayo Netizen 18 Jul 2025, 18:20 WIB

ASN Diajari Apa? Saat Corpu Gagal Bercerita tentang Perjalanan Belajar

Artikel ini mengurai pentingnya membangun struktur ASN Corpu yang hidup, kontekstual, dan mengakar pada learning journey ASN.
Ilustrasi seleksi ASN (CPNS dan PPPK). (Sumber: tanjungpinangkota.go.id)
Ayo Biz 18 Jul 2025, 17:05 WIB

Utami dan Resep Warisan yang Disulap Jadi Cita Rasa Kekinian: Kisah di Balik Noka Coffee & Kitchen

Noka Coffee & Kitchen menyimpan kisah tak terduga tentang perempuan yang menjahit mimpi dari dapur kecil, aroma bumbu turun-temurun, dan keyakinan bahwa warisan bisa jadi jalan masa depan.
Menu Noka Coffee & Kitchen yang membawa jejak tradisi rasa dari tanah Kerinci, Jambi. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Jelajah 18 Jul 2025, 15:55 WIB

Hikayat Sunda Empire, Kekaisaran Pewaris Tahta Julius Caesar dari Kota Kembang

Pewaris tahta Julius Caesar ini mengaku kekaisaran dunia dan kuasai PBB, Sunda Empire muncul di Bandung dan bikin jagat maya geger.
Logo Kerajaan Sunda Empire. (Sumber: Reroduksi Wikimedia)
Ayo Netizen 18 Jul 2025, 15:01 WIB

Tugugedé Didirikan di Lereng Barat Daya Gunung Halimun

Bagaimana Tugugedé itu dapat bertahan tegak sampai saat ini, dan tidak roboh?
Abah Jaya, jurukunci Tugugedé, Cengkuk. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: T Bachtiar)
Ayo Biz 18 Jul 2025, 13:58 WIB

Cerita Citra Menyulap Inspirasi Traveling Jadi Bisnis Kafe Urban Bernilai Estetika

Berawal dari hobi berkeliling ke tempat unik di dalam dan luar negeri, Citra Puspita membawa pulang inspirasi yang akhirnya berwujud dalam Lazy Lola Coffee Bar and Eatery.
Berawal dari hobi berkeliling ke tempat unik di dalam dan luar negeri, Citra Puspita membawa pulang inspirasi yang akhirnya berwujud dalam Lazy Lola Coffee Bar and Eatery (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Biz 18 Jul 2025, 13:15 WIB

Soto Bandung Pak Simon: Kuliner Legendaris yang Jadi Penghangat di Malam Hari

Ada satu kedai sederhana yang melegenda di Kota Bandung, yaitu Soto Bandung Pak Simon. Kedai ini berlokasi di kawasan Jalan Cibadak No. 103, Kecamatan Astanaanyar dan menjadi magnet bagi penikmat
Soto Bandung Pak Simon yang jadi kuliner legendaris Bandung. (Foto: GMAPS)
Ayo Biz 18 Jul 2025, 11:50 WIB

Pempek Kiarin, Moncer di Tengah Pandemi Sampai Jadi Kuliner Kesayangan Warga Cimahi

Perjalanan bisnis kuliner Pempek Kiarin bermula dari krisis. Dodi, sang pemilik, sebelumnya menggeluti usaha konveksi pada 2004 dan sempat membuka distro pada 2005.
Pempek Kiarin jadi makanan Palembang yang paling dicari di Bandung (Foto: Ist)
Ayo Netizen 18 Jul 2025, 10:10 WIB

Memalukan! Diskominfo Jabar malah Memicu Doxing Warga-nya

Apakah Diskominfo Jabar yang ayomi puluhan juta warga Jabar harus permalukan warganya sendiri yang kritis?
Neni Nurhayati yang dimunculkan dalam postingan Diskominfo Jabar. (Sumber: Instagram/Diskominfo Jabar)
Ayo Jelajah 18 Jul 2025, 09:33 WIB

Kapal Laut Garut jadi Korban Torpedo Jerman di Perang Dunia II

Kapal uap Garoet asal Hindia Belanda tenggelam usai dihantam torpedo Jerman di Perang Dunia II pada 1944. Hanya 10 dari 99 awak yang selamat.
Kapal SS Garoet yang ditorpedo pasukan Jerman di Perang Dunia II. (Sumber: Stichting Maritiem Historische Data)
Ayo Netizen 18 Jul 2025, 09:05 WIB

Menjaga Kesetan Mental dengan Buku, Art Therapy Bersama Ur Buddies

Art Therapy, seringkali menjadi alternatif healing atau stress release di dunia yang semakin kompleks dengan distraksi media sosial.
Kegiatan Heal Art Terapy UrBudies. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)
Ayo Netizen 17 Jul 2025, 20:14 WIB

Atlet Saling Sindir, Mencari Keadilan atau Memang Tak Ada Keadilan?

Beberapa waktu lalu sejumlah atlet ramai memprotes sikap pemerintah yang dinilai pilih kasih.
Hadiah jam tangan Rolex untuk pemain Timnas Indonesia dari Presiden Prabowo Subianto. (Sumber: Instagram Story/justinhubner5)
Ayo Biz 17 Jul 2025, 16:51 WIB

Meracik Sunda di Tengah Rimbunnya Awi: Kuliner, Edukasi, dan Warisan

Wisata kuliner bertemu edukasi budaya, membawa pengunjung tidak sekadar mencicipi hidangan, melainkan menghayati kisah di balik setiap sajian dan ruangnya.
Latar belakang Kebon Awi berakar pada keresahan Pria Eka, sang pendiri, yang tumbuh di keluarga pencinta budaya Sunda. (Sumber: Kebon Awi)
Ayo Netizen 17 Jul 2025, 16:29 WIB

9 Partisipasi Anak Jadi Kunci Kota Ramah Lingkungan, Ini Cerita dari Jalan Kebon Bibit

Sekelompok mahasiswa ITB menggelar kegiatan edukatif dan partisipatif di Taman Cascade, Jalan Kebon Bibit, Kota Bandung.
Sekelompok mahasiswa ITB menggelar kegiatan edukatif dan partisipatif di Taman Cascade, Jalan Kebon Bibit, Kota Bandung. (Sumber: Dokumentasi Penulis)
Ayo Netizen 17 Jul 2025, 15:51 WIB

Ikhsanuddin Qothi, Dokter Influencer yang Membawa Angin Segar bagi Stigma Buruk Puskemas

Melalui kontennya ini, Dokter Ikhsanuddin Qothi pun kerap memberikan edukasi mengenai kesehatan.
Melalui kontennya ini, Dokter Ikhsanuddin Qothi pun kerap memberikan edukasi mengenai kesehatan. (Sumber: Instagram/Ikhsanuddin Qothi)
Ayo Biz 17 Jul 2025, 14:32 WIB

Nekat tapi Optimis: Semangat Dony Membangun Bisnis Kuliner di Jantung Kota Bandung

Di tengah derasnya arus persaingan usaha dan tantangan yang tak kunjung surut, satu nama bersinar dengan keteguhan dan semangat bisnisnya, Dony Turdiyana.
Dony Turdiyana seorang pebisnis yang menjadikan keyakinan, keberanian, dan kepekaan pasar sebagai kompas hidupnya. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 17 Jul 2025, 12:51 WIB

Belajar dari Kasus bank bjb, Ketika Reputasi Dikejar lewat Popularitas dan Bukan Perbaikan

Influencer dalam instansi tak cukup modal populer dan memainkan narasi.
Mardigu Wowiek dan Helmy Yahya. (Sumber: Youtube/Helmy Yahya Bicara)
Ayo Jelajah 17 Jul 2025, 12:40 WIB

Jejak Sejarah Pecinan Bandung yang Terancam Hilang Ditelan Kesemrawutan Kota

Dari Yap Lun hingga Pasar Baru, jejak sejarah Pecinan Bandung memudar di tengah kekacauan tata kota dan hilangnya bangunan warisan.
Salah satu kawasan Pecinan yang diperkirakan ada di Bandung zaman baheula. (Sumber: Leiden University Libraries Digital Collections)
Ayo Biz 17 Jul 2025, 11:14 WIB

Ada Apa Saja di Pasar Baru?

Bandung dikenal sebagai surganya wisata belanja. Salah satu destinasi ikonik yang mewakili semangat perdagangan kota ini adalah Pasar Baru Trade Center.
Pasar Baru Bandrung Trade Center (Foto: GMAPS)
Ayo Netizen 17 Jul 2025, 10:03 WIB

Kehilangan Bahasa Kemanusiaan dan Bahasa Cinta

Bahasa tidak hanya sekadar alat untuk berinteraksi dan berkomunikasi, tetapi dapat memengaruhi juga perubahan sosial.
Bahasa tidak hanya sekadar alat untuk berinteraksi dan berkomunikasi, tetapi dapat memengaruhi juga perubahan sosial. (Sumber: Unsplash/Fahmi Ramadhan)