Membaca adalah Jendela Dunia, Menulis adalah jalan untuk mengubahnya. Dan Bangsa yang rendah dalam literasi akan selalu rendah dalam peradaban. Pramoedya Ananta Toer (Sumber: Freepik)

Ayo Netizen

Buku dan Segala Kebermanfaatannya

Jumat 10 Okt 2025, 09:26 WIB

Membaca adalah seni memahami pemikiran orang lain lewat karya berupa buku yang sudah ditulisnya. Bahkan penulis mendedikasikan pikirannya lewat buku secara bertahun-tahun sementara kita pembaca melahap isi kepalanya semalam suntuk.

Meminjam kutipan menurut Raditya Dika "Tidak ada investasi yang lebih besar dari membaca buku, terutama non fiksi, betapa banyak riset yang penulis bisa lahap dan sebagai pembaca kita cukup menikmatinya".

Membaca buku adalah langkah membuka ruang imajinasi. Bahkan menurut Albert Einstein imajinasi lebih penting daripada ilmu pengetahuan. Pengetahuan bersifat terbatas sementara imajinasi mencangkup seluruh dunia, merangsang ide dan kemajuan dan melahirkan evolusi dan inovasi.

Ketika menonton kita didikte oleh film, adegan seseorang yang sedang duduk membaca buku di taman bisa nampak jelas, warna kursi, buku yang dibaca dan bagaimana kondisi taman tersebut. Sementara saat membaca buku, kita bisa mengimajinasikan kondisi tersebut secara lebih liar dan tanpa batas. Jadi secara tidak langsung dengan membaca kita melatih sel-sel saraf untuk digunakan secara maksimal untuk menciptakan proses imajinasi.

Kebodohan selalu rajin memakan korban maka literasi itu penting. Kebodohan membuat kita menerima kebijakan begitu saja. Kebodohan membuat kita berdiam diri karena merasa sebuah kebijakan tidak akan berefek apa-apa. Kebodohan yang terus kita pelihara hanya akan membentuk masyarakat bodoh secara berjamaah. Kebodohan secara berjamaah ini akan menjadi investasi bagi para pemimpin untuk memperpanjang masa jabatannya, menyuburkan pasar yang hijau untuk menjamurnya kapitalisme.

Wisatawan asing saat melihat koleksi buku langka atau edisi lama di Pasar Buku Cikapundung, Kota Bandung. (Sumber: Ayobandung.id)

Dengan membaca otak menjadi aktif karena mencoba menyambungkan kata menjadi visual, emosi serta pengalaman tokoh. Sebuah riset dari Emory University, Amerika Serikat menemukan fakta bahwa ketika seseorang membaca fiksi naratif dapat meningkatkan konektivitas pada perubahan otak dan syaraf yang terus menerus berlangsung.

Dengan membaca buku juga membuat lebih tenang dan tidak mencemaskan banyak hal. Menurut studi dari Affective Science tahun 2021, menunjukkan bahwa buku fiksi dapat mempengaruhi kemampuan emosional seseorang.

Sementara penelitian Creativity Research Journal pada 2009, mengungkapkan bahwa membaca buku fiksi terbukti mampu membuka pikiran pembaca untuk melihat karakteristik pribadi melalui cara yang lebih efektif dan fleksibel. Melalui membaca buku fiksi, seseorang bisa memiliki ruang untuk menjadi pribadi yang tumbuh dan berkembang.

Di era digital banyak orang kesulitan untuk menentukan fokus bahkan untuk lima menit. Tapi dengan membaca buku secara berjam-jam maka pembaca memiliki skil deep focus yang langka. Di dunia yang semakin modern internet memang memegang peran penting untuk memenuhi rasa haus seseorang akan informasi.

Namun apakah sepenuhnya informasi yang terdapat di internet bisa dipertanggung jawabkan kebenarnya. Terlebih di era semakin canggihnya AI makin banyak tersebar informasi bermuatan hoaks. Sehingga dengan membaca buku kamu dapat mengimbangi informasi yang benar dan tidak.

Bahkan menurut Karlina Supelli seorang Filsuf dan Astronom mengatakan

Mari terus membaca buku dan fenomena sekitar , membuka jendela dunia dengan cara yang paling menyenangkan. (*)

Tags:
minat bacaliterasibuku

Dias Ashari

Reporter

Aris Abdulsalam

Editor