Di antara jalanan sempit dan deretan kedai kecil di kawasan Cihapit, Bandung, ada satu tempat makan yang mengundang orang untuk berhenti sejenak. Bungkushin, kedai makan ala Jepang yang sederhana namun penuh kehangatan. Dari luar, tampilannya tidak mencolok. Namun aroma kuah hangat dan suara wajan yang bersentuhan dengan minyak seringkali cukup untuk menarik orang masuk.
Cihapit memang dikenal sebagai kawasan yang hidup. Berbaur antara pasar tradisional, toko roti tempo dulu, hingga kafe dan kedai baru yang terus bermunculan. Di tengah suasana itu, Bungkushin hadir bukan untuk tampil mewah, tetapi memberi ruang makan yang terasa dekat dan ramah.
Bungkushin mengusung konsep hidangan Jepang rumahan. Bukan makanan yang kompleks atau mahal, melainkan hidangan yang menenangkan: nasi hangat, ayam teriyaki lembut, katsu yang renyah, macam mie dengan telur dan bayam goreng khasnya yang ditata rapi. Porsinya pas, rasanya bersih, dan harganya tetap masuk kantong mahasiswa.
“Pertama kali, suasananya enak si buat istirahat, makanannya juga oke, pelayanan juga cepet banget” ujar Fathan, salah satu pengunjung.
Menurutnya, Bungkushin bukan hanya soal makan, tapi juga suasana.
“Tempatnya kecil, tapi nyaman. Musiknya nggak ribut. Cocok buat makan sambil ngobrol atau sekadar istirahat dari hiruk pikuk kota.”
Interior kedainya didominasi kayu sederhana. Tidak banyak dekorasi, namun cukup untuk menyampaikan kesan hangat ala dapur keluarga. Pengunjung bisa melihat proses memasak secara langsung dari balik meja dapur terbuka. Detail kecil itu sering memberi rasa kedekatan, seolah-olah sedang dimasakkan oleh seseorang yang dikenal.
Salah satu menu yang banyak dipesan adalah Chicken Katsu Curry. Kari khas Jepang yang lembut, tidak terlalu pedas, dengan aroma rempah yang ringan. Ketika disajikan bersama nasi hangat dan katsu yang renyah, rasa gurihnya menyelimuti lidah tanpa berlebihan. Ada juga Salmon Teriyaki yang menjadi favorit, manis asin yang seimbang, tidak membuat enek.
Selain soal rasa, yang menjadikan Bungkushin punya tempat di hati pengunjung adalah cara kedai ini menghargai ritme makan. Tidak terburu-buru. Tidak mengusir ketika pengunjung duduk lebih lama. Cocok untuk orang-orang yang butuh jeda. (*)