Mengingat sebuah khazanah ilmu pengetahuan yang terus berkembang, imajinasi adalah perasaan terpenting dalam meningkatkan daya kepekaan terhadap suasana. Setiap imajinasi muncul dari sebuah inspirasi yang dapat menembus khayalan “imajinasi jauh lebih penting dari Agama” menurut Albert Einstein.
Kalimat itu terpampang sebagai semboyan di kampus-kampus yang berbasis agama, rumah-rumah agama, atau di ruang-ruang belajar para cendekia yang bekerja menautkan ilmu pengetahuan dan aspirasi religius.
Ilmu pengetahuan bukan saja sangat siap menghadapi segala imajinasi manusia segila apapun. Ilmu pengetahuan justru mendorong para pelakunya untuk berimajinasi gila-gilaan sehingga merestui akal sehat dan intuisi manusia “tidak ada seorang yang genius tanpa sebuah pemikiran yang gila” menurut Aristoteles.
Imajinasi lahir dari sebuah intuisi yang jernih, pikiran mempengaruhi tubuh untuk terus bergerak melakukan berbagai hal, memperbanyak hal seperti seseorang yang memuja puisi karena kekuatan ajaibnya memperkaya bahasa, merestui gaya bahasa penuh makna, sehingga mampu mempresentasikan pikiran dan kenyataan empiris menjadi tegar.
Menurut Ki Hadjar Dewantara “setiap manusia terlahir sebagai kodratnya yang unik, pengetahuan turut hadir kepada manusia itu sejak dilahirkan di muka bumi. Manusia senantiasa bersahabat dengan semesta seisinya apa adanya, menautkan pikiran dari sebuah imajinasi yang terus bergerak tanpa batas dalam melahirkan hal yang baru seperti memberikan sumbangsih pada ilmu pengetahuan itu sendiri.
Ilmu pengetahuan juga yang kadang bersifat tutur, sangatlah penting untuk dikembangkan dalam bahasa tulis secara literatur yang sangatlah sistematis, sehingga pena dan logika tetap saling berkolaborasi dalam menciptakan sesuatu hal yang sangat gila.

Imajinasi lahir, turut serta memberikan suatu karya yang ilmiah, seperti kebanyakan sastrawan mencurahkan isi kepala dan hati. Pengetahuan dan imajinasi adalah bahasa, Ilmu tentang bahasa adalah linguistik yang ditelaah secara ilmiah. Bahasa amatlah hebat karena bisa menjadikan sebuah khazanah ilmu kaidah bahasa dapat diartikan sebagai sarana tempat berimajinasi “dalam menulis kata-kata yang dapat dianalisis dan umum” seperti karya fiksi.
Sebuah karya terkadang lahir memiliki makna yang komples secara perpektif pembaca itu sendiri, penilaian terhdap suatu karya yang lahir dari imajinasi akan menjadi sebuah pengetahuan yang terus bergerak tanpa batas.
Pengetahuan dan imajinasi sejatiya adalah bahasa yang membentuk kita tidak hanya dari perilaku sosial, tapi tentang privat yang dapat kita renungi bahkan sambil melamun. Proses inilah yang disebut dengan eksperimen atau ide gila yang dapat dieksplorasi tanpa henti.
Siapa pun di antara kita yang benar-benar fokus pada pengembangan pengetahuan dan imajinasi, ia akan disebut ahli pada bidangnya masing-masing karena setiap insan memiliki kodratnya yang unik untuk mengembangkan potensi yang harus terus menurus dilatih atau diasah agar terlihat tidak tumpul karena “sebaiknya insan yang terus melakukan, apayang ingin mereka lakukan” konsistensi menjadi jawabannya yang sangat mutlak. (*)