Jalan Raya yang bising oleh deru kendaraan ganas rupanya tidak boleh diseberangi sembarangan oleh insan manapun, sebab laju kendaraan yang melesat cepat tiada henti. Membentang seorang diri di jalan Soekarno-Hatta yang menjadi jalan terpanjang di kota Bandung, inilah sosok rapuh yang tetap berdiri kokoh menyelimuti perlintasan para pejalan kaki.
Dengan menapakkan kaki pada anak tangga, disitulah kita dapat mencapai sebuah ketinggian aman dari marabahaya yang ada di bawah Jalan Soekarno-Hatta Kelurahan Sekejati, Kecamatan Buahbatu Kota Bandung.
Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) di Jalan Soekarno-Hatta ini menjadi tonggak utama dalam menciptakan keselamatan para penyeberang jalan, namun hal ini justru menjadi masalah yang meresahkan. Nyatanya hanya ada satu JPO diantara panjangnya jalan Soekarno-Hatta dan ini memunculkan sebuah permasalahan baru yaitu banyaknya orang yang menyebrang sembarangan.
Karena itu, sering terjadi sebuah kecelakaan yang bahkan sampai merenggut nyawa dimana penyebrang jalan tertabrak oleh pengendara dengan kecepatan yang tinggi. Hal ini seharusnya sudah menjadi fokus utama Walikota Bandung Muhammad Farhan untuk segera membangun JPO lainnya di jalan Soekarno-Hatta.
“Sebenernya saya juga takut nyebrang kaya gini soalnya kendaraannya pada ngebut, cuma kalau saya jalan lagi ke jembatan itu dia jauh disana,” ujar Maryati seorang yang menyebrang bebas di jalan Soekarno-Hatta, (26/112025).

“Kalau naik jembatan juga takut soalnya dia curam apalagi kalau malam gini takut jatuh,” tambahnya lagi menjelaskan.
Ketidakadaan JPO yang memadai juga menjadi sebuah bahaya bagi para pelajar yang sekolahnya berada di lingkup jalan Soekarno-Hatta, mereka harus berjuang menyeberang setiap paginya. Para pelajar ini berakhir sangat bergantung pada satpam sekolah mereka yang selalu membantu untuk menyebrangi jalanan yang padat dan ramai.
“Kalau pagi-pagi saya terbantu banget sama satpam dari sekolahan, saya biasanya jadi suka ikut nyebrang sama anak sekolah disini,” jelas wanita paruh baya tersebut.
Karena pemerintah dinilai lalai dalam bertindak, akhirnya warga setempat mulai mencari solusi tersendiri, mereka menggunakan tangan untuk melambai dan memutuskan untuk membentuk gerombolan terlebih dahulu sebelum menyebrang. Hal ini dilakukan agar keberadaan mereka lebih terlihat oleh para pengendara saat dari kejauhan. Namun hal ini masih belum efektif karena pengguna kendaraan juga tidak ingin melambatkan laju mereka dan berakhir mengancam keselamatan para penyeberang jalan lagi.

Sifat dari jalan Soekarno-Hatta yang dirancang menjadi jalur tanpa hambatan ini juga yang membuat pengguna kendaraan tidak bisa sepenuhnya disalahkan atas kecepatan laju kendaraan mereka. Situasi inilah yang membuat jalanan bebas hambatan ini merenggut banyak korban jiwa dalam beberapa tahun terakhir, mulai dari anak sekolahan hingga lansia.
Warga setempat selalu berharap agar pemerintah, khususnya Kang Farhan kali ini untuk segera menanggulangi masalah dengan dua hal utama. Pertama, memperbaiki JPO yang sudah ada demi kenyamanan dan keselamatan warga, kedua yaitu segera menambah JPO baru di titik vital jalan lainnya terutama dekat dengan sekolah.
Perbaikan ini sangat penting dan dinanti oleh para pelajar, pegawai, lansia, dan semua orang yang mengharuskan mereka melintasi jalan. Karena nantinya mereka tidak akan terganggu lagi oleh rasa takut untuk menyebrang dan membahayakan nyawa mereka. (*)