Meretas Imaji Lama: Brownies Peuyeum sebagai Jembatan Tradisi dan Modernitas

Eneng Reni Nuraisyah Jamil
Ditulis oleh Eneng Reni Nuraisyah Jamil diterbitkan Sabtu 07 Jun 2025, 16:49 WIB
Produk Gadiza Browyeum, inovasi kuliner dari peuyeum bendul yang berpadu dengan kelembutan cokelat dalam bentuk brownies peuyeum. (Sumber: Instagram @gadizacakeandcookies)

Produk Gadiza Browyeum, inovasi kuliner dari peuyeum bendul yang berpadu dengan kelembutan cokelat dalam bentuk brownies peuyeum. (Sumber: Instagram @gadizacakeandcookies)

AYOBANDUNG.ID -- Di sudut industri kreatif Purwakarta, sebuah inovasi kuliner lahir dari tangan seorang pengusaha yang ingin mengangkat kearifan lokal ke panggung modern. Peuyeum bendul, kuliner tradisional khas Purwakarta, telah menemukan jalan baru untuk dikenali lebih luas.

Dari tangan seorang pengusaha kreatif, makanan fermentasi ini kini berpadu dengan kelembutan cokelat dalam bentuk brownies peuyeum, sebuah inovasi yang menghadirkan kelezatan tradisi dengan sentuhan modern.

Fenti Fatimah, pemilik Gadiza Browyeum, adalah sosok di balik gebrakan ini. Baginya, peuyeum bendul bukan sekadar makanan kampung. Lewat usaha yang dirintisnya, dia tidak hanya ingin mempertahankan tradisi, tetapi juga memberikan sentuhan baru bagi peuyeum bendul.

"Sebetulnya saya ingin mengangkat kearifan lokal dari makanan tradisional khas masyarakat Purwakarta, yaitu peuyeum bendul," ujar Fenti saat berbincang dengan Ayobandung.

Baginya, makanan ini bukan sekadar camilan rumahan, melainkan warisan rasa yang patut dikenalkan ke pasar lebih luas. Berangkat dari pemikiran itu, ia menciptakan brownies peuyeum sebagai cara baru menikmati kuliner khas ini.

Di Purwakarta, peuyeum bendul memiliki tempat tersendiri di hati masyarakat. Namun, bagi sebagian orang di luar daerah, makanan ini masih dianggap asing.

“Mungkin bagi masyarakat Purwakarta, peuyeum bendul merupakan makanan kampung. Namun di mata masyarakat luar, peuyeum bendul adalah sesuatu yang baru dan memiliki cita rasa unik,” kata Fenti.

Produk Gadiza Browyeum, inovasi kuliner dari peuyeum bendul yang berpadu dengan kelembutan cokelat dalam bentuk brownies peuyeum. (Sumber: Instagram @gadizacakeandcookies)
Produk Gadiza Browyeum, inovasi kuliner dari peuyeum bendul yang berpadu dengan kelembutan cokelat dalam bentuk brownies peuyeum. (Sumber: Instagram @gadizacakeandcookies)

Dari pemikiran itu, Fenti mulai bereksperimen, bergerak untuk menciptakan versi inovatif dari peuyeum bendul agar tidak hanya bertahan sebagai warisan, tetapi juga berkembang mengikuti selera zaman.

Alih-alih menyajikan peuyeum bendul dalam bentuk tradisional, ia menghadirkan konsep baru yang menggabungkan fermentasi singkong dengan kelembutan brownies bercita rasa cokelat. Lahirlah Brownies Peuyeum, sebuah inovasi yang menjadikan hidangan klasik lebih modern dan diterima oleh berbagai kalangan.

Usaha Gadiza Browyeum mulai berjalan sejak 2016, dengan pemasaran yang mengandalkan jalur online, event lokal, serta program promosi dari pemerintah daerah.

Meski masih merintis, produk ini sudah mengantongi berbagai sertifikasi, termasuk sertifikat halal dari MUI, PIRT dari Dinas Kesehatan, serta label bintang I keamanan pangan dari Kementerian RI.

Sebuah pencapaian membanggakan, mengingat dari sekian banyak Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Purwakarta, hanya dua yang berhasil meraih pengakuan tersebut, dan salah satunya adalah Gadiza Browyeum.

Namun, perjalanan usaha ini tidak tanpa tantangan. Salah satu kendala terbesar yang dihadapi Fenti adalah masa simpan produk. Tanpa bahan pengawet, brownies peuyeum hanya mampu bertahan 2–3 hari, yang tentu bisa berisiko pada kerugian produksi.

Tak kehilangan akal, Fenti mengembangkan alternatif baru dengan mengolah kembali brownies peuyeum yang sudah berumur dua hari.

“Untuk menekan kerugian produksi, kami melakukan pengalihan olahan produk yaitu Browyeum yang sudah berumur dua hari dioven sampai kering dan dijadikan Browyeum cookies. Respons masyarakat terhadap produk cookies ini lumayan baik,” katanya.

Meski inovasi dan kualitas produk terus ditingkatkan, usaha Gadiza Browyeum masih dalam tahap berkembang. Omzet penjualan yang dihasilkan masih relatif kecil karena bisnis ini bergantung pada pemasaran online.

"Rata-rata kami mendapatkan pesanan secara online. Keuntungan mungkin sekitar Rp10 juta per bulan. Yang jelas, kami akan terus gencar melakukan sosialisasi dan pengenalan produk brownies peuyeum kepada masyarakat luas," kata Fenti optimis.

Lebih dari sekadar bisnis, Fenti melihat pentingnya dukungan pemerintah dalam mengembangkan UKM kreatif seperti Gadiza Browyeum. Ia berharap ada lebih banyak perhatian terhadap inovasi kuliner daerah agar produk seperti brownies peuyeum bisa semakin dikenal.

“Saya harap kudapan-kudapan dari inovasi seperti ini, salah satunya Browyeum, bisa mendapatkan dukungan penuh dari pemerintah Purwakarta, baik dari segi pemasaran maupun publikasi. Sehingga ikon-ikon kuliner khas Purwakarta nantinya bisa lebih bervariatif lagi,” tutupnya.

Infomasi umum Gadiza Browyeum atau Gadiza Cake & Cookies

Instagram: https://www.instagram.com/gadizacakeandcookies

WhatsApp: 0895-1027-3229

Artikel Rekomendasi Untuk Anda

Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

News Update

Ayo Netizen 30 Okt 2025, 19:42 WIB

Perempuan Pemuka Agama, Kenapa Tidak?

Namun sejarah dan bahkan tradisi suci sendiri, tidak sepenuhnya kering dari figur perempuan suci.
Dalam Islam, Fatimah az-Zahra, putri Nabi, berdiri sebagai teladan kesetiaan, keberanian, dan pengetahuan. (Sumber: Pexels/Mohamed Zarandah)
Beranda 30 Okt 2025, 19:40 WIB

Konservasi Saninten, Benteng Hidup di Bandung Utara

Hilangnya habitat asli spesies ini diperkirakan telah menyebabkan penurunan populasi setidaknya 50% selama tiga generasi terakhir.
Leni Suswati menunjukkan pohon saninten. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Restu Nugraha)
Ayo Biz 30 Okt 2025, 17:33 WIB

Mental Mengemis sebagai Budaya, Bandung dan Jalan Panjang Menuju Kesadaran Sosial

Stigma terhadap pengemis di kota besar seperti Bandung bukan hal baru. Mereka kerap dilabeli sebagai beban sosial, bahkan dianggap menipu publik dengan kedok kemiskinan.
Stigma terhadap pengemis di kota besar seperti Bandung bukan hal baru. Mereka kerap dilabeli sebagai beban sosial, bahkan dianggap menipu publik dengan kedok kemiskinan. (Sumber: Pexels)
Ayo Netizen 30 Okt 2025, 17:24 WIB

Review Non-Spoiler Shutter versi Indonesia: Horor lewat Kamera yang Tidak Biasa

Shutter (2025) adalah sebuah film remake dari film aslinya yang berasal dari Negeri Gajah Putih (Thailand), yaitu Shutter (2004).
Shutter (2025) adalah sebuah film remake dari film aslinya yang berasal dari Negeri Gajah Putih (Thailand), yaitu Shutter (2004). (Sumber: Falcon)
Ayo Netizen 30 Okt 2025, 16:33 WIB

Sastra dan Prekariat: Ketimpangan antara Nilai Budaya dan Realitas Ekonomi

Kehidupan penulis sastra rentan dengan kondisi prekariat, kaum yang rentan dengan kemiskinan.
Para penulis yang mengabdikan diri pada sastra terjebak dalam kondisi prekariat—kelas sosial yang hidup dalam ketidakpastian ekonomi. (Sumber: Pexels/Tima Miroshnichenko)
Ayo Biz 30 Okt 2025, 15:56 WIB

Dorong Kolaborasi dan Literasi Finansial, Sosial Media Meetup Bakal Digelar di Bandung

Indonesia Social Media Network (ISMN) yang digagas Ayo Media Network akan menggelar kegiatan ISMN Meetup 2025 di Bandung, pada 2 Desember 2025 mendatang.
Indonesia Social Media Network (ISMN) yang digagas Ayo Media Network akan menggelar kegiatan ISMN Meetup 2025 di Bandung, pada 2 Desember 2025 mendatang. (Sumber: dok. Indonesia Social Media Network (ISMN))
Ayo Netizen 30 Okt 2025, 15:43 WIB

Gaya Komunikasi Teknokrat

Komunikasi dalam pemerintahan sejatinya dipakai untuk saling mendukung dalam mensukseskan program atau kebijakan pemerintah untuk publik.
Purbaya sebagai seorang figur dan representasi pemerintah, gaya komunikasi menjadi bagian yang tidak kalah pentingnya, dan selalu menjadi sorotan. (Sumber: inp.polri.go.id)
Ayo Netizen 30 Okt 2025, 15:13 WIB

Sarkanjut, Cekungan Berair yang Tersebar Luas

Toponimi Sarkanjut, gabungan dari kata sar dan kanjut, secara arti kata, sarkanjut adalah kantong yang banyak tersebar di kawasan itu.
Citra satelit Situ Sarkanjut, di Tambaksari, Kecamatan Leuwigoong, Kabupaten Garut. (Sumber: Citra satelit: Google maps)
Ayo Jelajah 30 Okt 2025, 14:42 WIB

Sejarah Stadion Sidolig, Saksi Bisu Perjuangan Sepak Bola Bandung

Sidolig dulunya simbol diskriminasi di Hindia Belanda, kini jadi saksi lahirnya legenda-legenda Persib Bandung.
Pertandingan antara SIDOLIG dengan de Militaire Gymnastiek- en Sportschool. (Sumber: KITLV)
Ayo Netizen 30 Okt 2025, 14:41 WIB

Penguatan Fondasi Numerasi melalui Kelas Berhitung Sederhana

Numerasi merupakan kemampuan dasar yang menjadi fondasi penting bagi anak-anak dalam memahami berbagai aspek perhitungan di kehidupan.
Kelas mengitung sederhana di padepokan kirik nguyuh(11/10/2025)
Ayo Biz 30 Okt 2025, 14:36 WIB

Kemacetan Bandung Bukan Sekadar Lalu Lintas, Ini Soal Kesadaran Kolektif

Kemacetan bukan sekadar gangguan lalu lintas, tapi cerminan tata kelola kota yang belum sepenuhnya adaptif terhadap lonjakan urbanisasi dan perubahan perilaku mobilitas warganya.
Kemacetan bukan sekadar gangguan lalu lintas, tapi cerminan tata kelola kota yang belum sepenuhnya adaptif terhadap lonjakan urbanisasi dan perubahan perilaku mobilitas warganya. (Sumber: Ayobandung.id)
Ayo Netizen 30 Okt 2025, 13:15 WIB

Inspirasi dari Kampung Nyalindung, Petani Inovatif yang Mengubah Desa

Seorang petani biasa yang mengubah desanya daei sektor pertanian.
Petani Biasa yang mengubah desa dari sektor pertanian, Ahmad Suryana asal kampung nyalindung. (Foto: fikri syahrul mubarok/Sumber: Dokumentasi penulis)
Ayo Netizen 30 Okt 2025, 11:11 WIB

Nongkrong Estetik Tanpa Khawatir Kantong Jebol

Mau nongkrong santai, nugas bareng, atau sekadar hunting foto estetik, semua bisa kamu lakuin di sini tanpa takut kantong jebol!
 (Sumber: Akun Instagram @hangout Oi_)
Beranda 30 Okt 2025, 09:50 WIB

Ulin Barong Sekeloa, Tarian Tua yang Hidup Kembali di Tangan Generasi Z Bandung

Ia menyesalkan bahwa dulu, banyak kegiatan kesenian tidak terekam dengan baik. Kini, dokumentasi menjadi prioritas agar generasi mendatang punya jejak untuk dipelajari.
Seni Ulin Barong kesenian khas Sekeloa Kelurahan Lebakgede yang usianya sudah lebih dari satu abad. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Ikbal Tawakal)
Ayo Netizen 30 Okt 2025, 09:20 WIB

Belajar di Era Digital: Media, Sahabat Baru ASN

Di era digital, belajar tidak bisa lepas dari peran media.
Aparatur Sipil Negara (ASN). (Sumber: dinkominfo.demakkab.go.id)
Ayo Netizen 30 Okt 2025, 07:04 WIB

Bukan Sekedar Tren 'Clean Eating' Bentuk Tanggung Jawab terhadap Bumi

Clean eating tidak hanya sekedar upaya dalam menjaga tubuh tetap sehat melainkan bisa menjadi upaya menjaga bumi.
Siapa sangka Clean Eating adalah langkah paling kecil dan sederhana untuk menjaga bumi (Sumber: Freepik)
Ayo Biz 29 Okt 2025, 20:38 WIB

Sunyi yang Tak Pernah Sepi, Rumah Cemara dan Luka yang Dirawat Diam-diam

Datang tanpa suara, menyusup pelan ke dalam tubuh, lalu menetap. HIV bukan penyakit yang berteriak. Ia diam, menyembunyikan diri di balik senyum, rutinitas, dan pakaian bersih.
Datang tanpa suara, Menyusup pelan ke dalam tubuh, lalu menetap. HIV bukan penyakit yang berteriak. Ia diam, menyembunyikan diri di balik senyum, rutinitas, dan pakaian bersih.
Ayo Netizen 29 Okt 2025, 20:24 WIB

Mengenal Sel Super Maximum Security (SMS) yang Ditempati Artis Ammar Zoni di Nusakambangan

Kali ini bukan terkait terorisme, tetapi menyangkut Ammar Zoni yang baru saja menjadi penghuni baru Lapas Nusakambangan.
Ammar Zoni. (Sumber: PMJ News)
Ayo Biz 29 Okt 2025, 18:40 WIB

Bandung, Kota Bakmi Baru? Menakar Potensi Pasar Kuliner Lewat Festival Tematik

Bandung, dengan populasi lebih dari 2,5 juta jiwa dan tingkat kunjungan wisata yang tinggi, menjadi lahan subur bagi pertumbuhan bisnis kuliner berbasis mie.
Bandung, dengan populasi lebih dari 2,5 juta jiwa dan tingkat kunjungan wisata yang tinggi, menjadi lahan subur bagi pertumbuhan bisnis kuliner berbasis mie. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Jelajah 29 Okt 2025, 18:03 WIB

Yang Dilakukan Ratu Belanda Saat KAA Dihelat di Bandung

Sejarah mencatat ketika suasana Bandung memanas dengan pekik kemerdekaan dalam Konferensi Asia-Afrika, Ratu Juliana leih memlih utuk terhanyut dalam suasana dingin ala Eropa, sedingin sikapnya terhada
Ratu Juliana (kiri) berfoto di Paleis Soestdijk saat ultah ke-46. (Sumber: Het Nieuewesblad van Het Zuiden 2 Mei 1955)