Kang Ripaldi, Sosok di Balik Gratisnya Komunitas 'Teman Bicara'

Firqotu Naajiyah
Ditulis oleh Firqotu Naajiyah diterbitkan Selasa 16 Des 2025, 12:57 WIB
Ripaldi Endikat founder Teman Bicara (Sumber: Instagram Ripaldi Endikat | Foto: Tim Endikat Teman Bicara)

Ripaldi Endikat founder Teman Bicara (Sumber: Instagram Ripaldi Endikat | Foto: Tim Endikat Teman Bicara)

Di saat pelatihan public speaking kerap dibandrol dengan harga mahal, Ripaldi atau yang akrab disapa dengan kang Ripal justru memilih jalan berbeda. Melalui komunitas Teman Bicara, Ripaldi membuka ruang belajar gratis bagi mahasiswa dan pencari kerja yang ingin berani bicara, tampil percaya diri, dan punya peluang lebih luas di dunia nyata.

Kehadiran Komunitas Teman Bicara bukan muncul begitu saja. Di balik komunitas tersebut, terdapat perjalanan panjang Ripaldi dalam dunia public speaking yang bermula dari ketertarikannya pada dunia MC sejak beberapa tahun lalu. Pengalaman itulah yang kemudian membentuk kepeduliannya terhadap pentingnya kemampuan berbicara, terutama bagi anak muda yang sedang mempersiapkan diri memasuki dunia kerja.

Komunitas Teman Bicara hadir sebagai ruang belajar public speaking gratis bagi mahasiswa dan pencari kerja. Teman Bicara membuka kelas tanpa biaya dengan materi yang beragam, mulai dari public speaking dasar, MC, announcer, hingga voice over. Ripaldi menegaskan bahwa sejak awal Teman Bicara memang ditujukan bagi mereka yang ingin belajar tetapi memiliki keterbatasan finansial.

“Target aku itu mahasiswa dan anak-anak yang lagi cari kerja, yang notabenenya harus pintar mengelola uang,” ujar Ripaldi.

Ia melihat banyak anak muda yang sedang menunggu pekerjaan dan memiliki waktu luang, namun belum memiliki wadah untuk mengisi waktu tersebut dengan kegiatan yang produktif. Dari kondisi itu, ia berinisiatif mengumpulkan para pencari kerja dan membekali mereka dengan keterampilan yang relevan, khususnya public speaking yang dibutuhkan di dunia kerja.

Ketertarikan Ripaldi pada dunia MC dan public speaking telah dimulai sejak 2017. Ia mulai belajar secara bertahap hingga akhirnya menekuni bidang tersebut secara profesional sekitar tahun 2020. Pengalaman tersebut membentuk pandangannya bahwa kemampuan berbicara bukan sekadar bakat, melainkan keterampilan yang dapat dipelajari dan dikembangkan melalui proses latihan yang konsisten.

Teman Bicara batch 17 (Sumber: dokumentasi penulis | Foto: Teman Bicara)
Teman Bicara batch 17 (Sumber: dokumentasi penulis | Foto: Teman Bicara)

Teman Bicara berkembang secara bertahap dari batch awal hingga kini mencapai batch ke-17. Seiring berjalannya waktu, jenis kelas yang disediakan pun semakin beragam. Selain public speaking dan MC, komunitas ini juga menghadirkan kelas announcer dan voice over dengan mengundang coach-coach berpengalaman. Seluruh kegiatan tersebut diselenggarakan secara gratis sebagai bentuk komitmen Ripaldi untuk menghadirkan ruang belajar yang inklusif dan bermanfaat.

Tantangan terbesar dalam membangun Teman Bicara adalah mengatasi rasa malu dan takut yang masih dimiliki banyak anak muda untuk berbicara di depan umum. Menurut Ripaldi, public speaking merupakan keterampilan yang sangat dibutuhkan di dunia kerja, namun belum banyak disadari pentingnya.

“Public speaking itu sangat dibutuhkan, karena ketika orang sudah bisa public speaking, di mana pun dia berada pasti akan dibutuhkan,” ungkapnya.

Yang membedakan Teman Bicara dengan komunitas serupa adalah pendekatannya yang tidak hanya fokus pada satu bidang. Selain belajar public speaking, peserta juga diajak untuk berbagi pengalaman dan belajar di berbagai kelas pendukung. Ripaldi menekankan pentingnya rasa kekeluargaan dalam komunitas, sehingga Teman Bicara tidak berkembang menjadi kelompok yang eksklusif, melainkan menjadi ruang yang nyaman dan terbuka bagi siapa saja yang ingin belajar.

Ripaldi tidak bergantung pada sponsor besar. Selama ini, kegiatan komunitas berjalan dengan dukungan dari hasil endorse serta donasi para anggota dan relawan. Dengan sistem tersebut, Teman Bicara tetap dapat bertahan dan berjalan konsisten tanpa menghilangkan prinsip awalnya sebagai komunitas belajar gratis yang mengutamakan kebermanfaatan.

Tidak sedikit anggota yang awalnya merasa ragu untuk berbicara di depan umum, kini mulai berani tampil dan mengasah kemampuan public speaking. Selain meningkatkan rasa percaya diri, keterampilan yang diperoleh juga membuka peluang bagi peserta untuk mendapatkan pekerjaan sampingan melalui jalur MC atau bidang berbicara lainnya. Ripaldi berharap Teman Bicara dapat dikenal lebih luas dan menjangkau lebih banyak anak muda.

“Kedepannya aku mau teman bicara lebih banyak dikenal dan banyak memberikan kebermanfaatan tentunya, punya pekerjaan sampingan dari jalur bicara,” ujarnya.

Di balik kegiatan formal dan kesibukannya sebagai MC, Ripaldi tetap konsisten mengembangkan Teman Bicara sebagai ruang belajar gratis yang mengedepankan kebermanfaatan dan rasa kekeluargaan. Pesan yang ia tinggalkan untuk peserta pun sederhana namun kuat, terus belajar, jangan takut mencoba, dan serahkan hasilnya pada ikhtiar dan doa. Dengan semangat itu, Teman Bicara terus menjadi rumah kedua bagi anak muda yang ingin berani berbicara dan berkembang. (*)

Artikel Rekomendasi Untuk Anda

Disclaimer

Tulisan ini merupakan artikel opini yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Pandangan yang disampaikan dalam artikel ini tidak mewakili pandangan atau kebijakan organisasi dan redaksi AyoBandung.id.

Firqotu Naajiyah
Explorer of Impact
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

News Update

Ayo Netizen 16 Des 2025, 17:46 WIB

Nasib Naas Warga Sekitar Podomoro Park, Banjir Kiriman Jadi Rutinitas Musim Hujan

Pembangunan Podomoro Park yang selalu memberikan dampak negatif dan tidak memprihatinkan kenyamanan lingkungan penduduk sekitar.
Genangan air, imbas dari tidak adanya irigasi yang lancar (14/12/2025). (Sumber: Dokumentasi Pribadi | Foto: Shafwan Harits A.)
Ayo Netizen 16 Des 2025, 17:30 WIB

Seharusnya Ada Peran Wali Kota Bandung: Warga Harus Nyaman, Konvoi Bobotoh Tetap Berjalan

Kemenangan persib bandung selalu memicu euforia besar di kalamgan masyarakat Jawa Barat terjadi setiap persib meraih juara.
Ribuan bobotoh memenuhi ruas jalan Bandung saat merayakan kemenangan Persib Bandung pada Minggu sore, 25 Mei 2025. (foto: Della Titya)
Ayo Netizen 16 Des 2025, 16:32 WIB

Pungutan Liar Menjadi Cerminan Buruknya Tata Kelola Ruang Publik Bandung

Pungutan liar yang masih terjadi di berbagai ruang publik Bandung tidak hanya menimbulkan keresahan.
Parkir liar yang tidak dibatasi menimbulkan kemacetan di Jln. Braga, Kec. Sumur Bandung, Kota Bandung, Minggu (5/12/2025) (Foto: Zivaluna Wicaksono)
Ayo Netizen 16 Des 2025, 16:12 WIB

Nasi Kulit di Cibiru, Harga dan Rasa yang bikin Semringah

Kuliner baru di daerah Cipadung yang cocok untuk mahasiswa, menyajikan makan berat yang enak namun dengan harga yang murah dan ramah di dompet
foto nasi kulit Jatinangor (Sumber: Camera HP | Foto: Alfi Syah)
Ayo Netizen 16 Des 2025, 15:44 WIB

Sensasi Makan Lesehan di Al Jazeerah Signature Bandung

Al Jazeerah Signature Bandung menawarkan sensasi makan lesehan dengan sajian Kabsah Lamb khas Timur Tengah.
Dua porsi Kabsah Lamb di Al Jazeerah Signature Bandung. (Sumber: Dokumentasi Pribadi | Foto: Seli Siti Amaliah Putri)
Beranda 16 Des 2025, 15:18 WIB

Antara Urusan Rumah dan Lapak, Beban Ganda Perempuan di Pasar Kosambi

Beban ganda justru menuntut perempuan untuk terus bekerja di luar rumah, sekaligus memikul hampir seluruh pekerjaan domestik.
Punya beban ganda, perempuan pekerja menjadi pahlawan ekonomi sekaligus pengelola rumah tangga. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Halwa Raudhatul)
Ayo Jelajah 16 Des 2025, 15:11 WIB

Sejarah UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Riwayat Panjang di Balik Ramainya Cibiru

UIN Sunan Gunung Djati Bandung lahir dari keterbatasan lalu berkembang menjadi kampus Islam negeri terbesar di Jawa Barat.
UIN Sunan Gunung Djati Bandung. (Sumber: uinsgd.ac.id)
Ayo Jelajah 16 Des 2025, 15:05 WIB

Wayang Windu Panenjoan, Tamasya Panas Bumi Zaman Hindia Belanda

Jauh sebelum viral Wayang Windu Panenjoan dikenal sebagai destinasi kolonial yang memadukan bahaya keindahan dan rasa penasaran.
Wayang Windu Panenjoan. (Sumber: Tiktok @wayangwindupanenjoan)
Beranda 16 Des 2025, 14:57 WIB

Seni Lukis Jalanan di Braga Hidupkan Sejarah dan Ruang Publik Kota Bandung

Beragam tema dihadirkan, mulai dari potret tokoh terkenal hingga karya abstraksi penuh warna, yang terpampang di dinding-dinding bangunan sepanjang jalan
Ian seorang pelukis lokal dan karya lukisannya yang dipajang di trotoar Jalan Braga. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Toni Hermawan)
Ayo Netizen 16 Des 2025, 12:57 WIB

Kang Ripaldi, Sosok di Balik Gratisnya Komunitas 'Teman Bicara'

Ripaldi, founder teman bicara yang didirikannya secara gratis untuk mewadahi anak muda yang ingin berlatih public speaking, mc wedding, mc event, mc birthday, hingga voice over secara gratis.
Ripaldi Endikat founder Teman Bicara (Sumber: Instagram Ripaldi Endikat | Foto: Tim Endikat Teman Bicara)
Ayo Netizen 16 Des 2025, 12:04 WIB

Dari Hobi Menggambar Jadi Brand Fasion Lokal di Bandung

Bringace adalah merek fesyen lokal yang didirikan di Bandung pada tahun 2023.
 T-Shirt "The Unforgotten" dari Bringace. (Istimewa)
Ayo Jelajah 16 Des 2025, 10:07 WIB

Sejarah Universitas Padjadjaran, Lahirnya Kawah Cendikia di Tanah Sunda

Sejarah Universitas Padjadjaran bermula dari tekad Jawa Barat memiliki universitas negeri sendiri di tengah keterbatasan awal kemerdekaan.
Gedung Rektorat Universitas Padjadjaran. (Sumber: Wikimedia)
Ayo Netizen 16 Des 2025, 09:36 WIB

Dari Panggung Gigs ke Aksi Sosial di Flower City Festival 2025

Flower City Festival (FCF) 2025 sukses mengumpulkan dana senilai Rp56.746.500 untuk korban bencana di Sumatera.
Suasana Flower City Festival 2025 di Kopiluvium, Kiara Artha Park, Bandung (11/12/2025) (Sumber: Dokumentasi panitia FCF 2025 | Foto: ujjacomebackbdg)
Ayo Netizen 16 Des 2025, 09:10 WIB

Berjualan di Trotoar, PKL Caringin Menginginkan Ruang Publik dari Wali Kota Bandung

PKL di Caringin yang berjualan di trotoar berharap ada penataan agar mereka bisa berjualan lebih tertib.
Sejumlah pedagang kaki lima yang tetap berjualan meski hujan di malam hari di kawasan Caringin 30-11-2025 (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Raifan Firdaus Al Farghani)
Beranda 16 Des 2025, 07:38 WIB

Suara Perempuan di Garis Depan Perlawanan yang Disisihkan Narasi Kebijakan

Dari cerita personal hingga analisis struktural, diskusi ini membuka kembali pertanyaan mendasar: pembangunan untuk siapa dan dengan harga apa.
Suasan diskusi buku “Pembangunan Untuk Siapa: Kisah Perempuan di Kampung Kami” Minggu (14/12) di perpustaakan Bunga di Tembok, Bandung. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Halwa Raudhatul)
Beranda 15 Des 2025, 21:18 WIB

Tanda Kerusakan Alam di Kabupaten Bandung Semakin Kritis, Bencana Alam Meluas

Seperti halnya banjir bandang di Sumatera, kondisi alam di wilayah Kabupaten Bandung menunjukkan tanda-tanda kerusakan serius.
Warga di lokasi bencana sedang membantu mencari korban tertimbun longsor di Arjasari, Kabupaten Bandung. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Gilang Fathu Romadhan)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 20:05 WIB

Tahun 2000-an, Palasari Destinasi 'Kencan Intelektual' Mahasiswa Bandung

Tahun 2002, Palasari bukan sekadar pasar buku. Ia adalah universitas paralel bagi mahasiswa UIN Bandung.
 Tahun 2002, Palasari bukan sekadar pasar buku. Ia adalah universitas paralel bagi mahasiswa UIN Bandung (Sumber: ayobandung.com | Foto: Irfan Al-Farisi)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 19:25 WIB

Benang Kusut Kota Bandung: Penataan Kabel Tak Bisa Lagi Ditunda

Kabel semrawut di berbagai sudut Kota Bandung merusak estetika kota dan membahayakan warga.
Kabel-kabel yang menggantung tak beraturan di Jl. Katapang, Lengkong, Kota Bandung, pada Rabu (03/12/2025). (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Masayu K.)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 18:08 WIB

Menghangat di Hujan Bandung dengan Semangkuk Mie Telur Mandi dari Telur Dadar JUARA

“Mie Telur Mandi” dari sebuah kedai di Kota Bandung yang sedang ramai diperbincangkan di media sosial.
 “Mie Telur Mandi” dari sebuah kedai di Kota Bandung yang sedang ramai diperbincangkan di media sosial. (Sumber: Dokumentasi Penulis)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 17:14 WIB

Mengukus Harapan Senja di Jatinangor

Ketika roti kukus di sore hari menjadi kawan sepulang kuliah.
Roti-roti yang dikukus kembali sebelum diberi topping. (Foto: Abigail Ghaissani Prafesa)