Ilustrasi seleksi ASN (CPNS dan PPPK). (Sumber: tanjungpinangkota.go.id)

Ayo Netizen

ASN Diajari Apa? Saat Corpu Gagal Bercerita tentang Perjalanan Belajar

Jumat 18 Jul 2025, 18:20 WIB

Kewajiban pengembangan kompetensi Aparatur Sipil Negara (ASN) melalui pembelajaran yang terintegrasi dan berkelanjutan telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2023.

Implementasinya diperkuat dengan lahirnya Peraturan LAN Nomor 6 Tahun 2023 yang menetapkan pendekatan Corporate University (ASN Corpu) sebagai strategi untuk mengembangkan talenta ASN dan memastikan kontribusi nyata terhadap kinerja organisasi dan pembangunan nasional.

ASN Corpu harus mampu menjawab pertanyaan paling dasar dari perjalanan belajar (learning journey), akan menuju ke mana? Jangan sampai metamorphosis Corpu hanya akan menjadi pabrik pelatihan yang sibuk mencetak sertifikat.

Corpu bukan hanya tentang apa yang diajarkan, tetapi seberapa besar pembelajaran itu menggerakkan budaya dan kinerja organisasi. Perjalanan belajar ASN semestinya menjadi narasi besar tentang transformasi.

Belum ada data pasti mengenai jumlah instansi pemerintah yang menerapkan Corpu, namun tren minat dan partisipasi meningkat.

Beberapa kementerian, lembaga, dan pemerintah daerah telah aktif mencari model inovatif untuk menjadikan Corpu sebagai strategi pengembangan kompetensi, alat transformasi, bahkan sebagai sarana untuk mempertahankan talenta terbaik. Sehingga dimungkinkan banyak instansi pemerintah melakukan replikasi terhadap struktur dan pola Corpu yang telah diterapkan pada instansi lain.

Selain itu, Corpu tidak bisa hanya direplikasi dari struktur formal. Corpu harus dirancang dengan mempertimbangkan karakteristik budaya organisasi, hierarki, dan gaya kepemimpinan.

Struktur Corpu harus merepresentasikan learning journey, kurikulum pembelajaran yang mencerminkan akumulasi pengetahuan dan nilai budaya yang dijaga ASN, baik untuk saat ini maupun masa depan. Jika ini terabaikan, Corpu akan kehilangan fungsinya sebagai institusi pembelajaran strategis.

Dalam praktiknya, terdapat beragam bentuk visualisasi struktur Corpu: hierarkis, kuil (temple), piramida, hingga lingkaran konsentris. Masing-masing memiliki keunggulan dan tantangan.

Misalnya, bentuk hierarki cocok untuk organisasi yang berbasis jenjang, sementara struktur temple cocok bagi instansi yang sedang integrasi dan ingin menumbuhkan kepemimpinan sebagai tulang punggung pembelajaran.

Sementara struktur piramida menekankan transisi pengetahuan secara bertahap dari teknis ke kepemimpinan, dan model lingkaran mendorong kolaborasi antar unit kerja organisasi dalam satu sistem pembelajaran terintegrasi.

Pemilihan struktur learning journey juga mempengaruhi fungsi administratif Corpu. Setidaknya, ada lima fungsi dasar yang harus berjalan selaras dalam struktur Corpu yaitu: penilaian organisasi, penyelarasan strategis, pengembangan kurikulum, implementasi, dan evaluasi.

Fungsi-fungsi ini saling menopang dan memperkuat peran Corpu sebagai motor perubahan. Evaluasi berperan penting untuk mengukur efektivitas dan dampak pelatihan melalui Return on Training Investment (ROTI), agar Corpu tidak sekadar menjadi rutinitas birokratis.

Ilustrasi ASN. (Sumber: indonesia.go.id)

Keputusan Kepala LAN Nomor 306 Tahun 2024 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Pembelajaran Pengembangan Kompetensi Secara Terintegrasi (Corporate University) pada Tingkat Instansi, menjadi acuan penting dalam merancang struktur ASN Corpu di tingkat pusat dan daerah.

Struktur ini menempatkan Corpu dalam kerangka ex-officio, agar terintegrasi dengan tanggung jawab pengembangan kompetensi dan agenda prioritas instansi. Namun model ini juga memunculkan tantangan, seperti tumpang tindih kewenangan antar jabatan yang duduk di banyak posisi sekaligus dalam struktur Corpu. Koordinasi dan pendelegasian non-struktural bisa menjadi solusi.

Pembentukan Corpu bukan sekadar meniru bentuk organisasi lain dan kehadiran Corpu bukan untuk membangun institusi baru, tapi untuk menjawab arah perubahan birokrasi dan kebutuhan pembelajaran masa depan.

Struktur Corpu tidak harus selalu berada langsung di bawah unsur pimpinan organisasi, tapi esensinya harus mendapat dukungan penuh dari mereka. Tanggung jawab Corpu bisa berada pada unit strategis, SDM, atau bahkan unit kerja inovatif, asal mampu menavigasi proses pembelajaran secara menyeluruh.

Corpu juga menghadapi tantangan lain, seperti ketergantungan pada pimpinan politik yang memiliki prioritas berbeda, atau instansi yang belum memiliki unit pengembangan kompetensi mandiri.

Dalam situasi ini, kolaborasi antarlembaga dan peran LAN sebagai pembina menjadi sangat krusial untuk mendukung desain dan implementasi Corpu. Terlebih dalam pengembangan learning journey bidang kompetensi (bidang ilmu) di instansi pemerintah yang memiliki irisan urusan pemerintah yang dilaksanakan di semua instansi pemerintah

Sebagai upaya menjawab tantangan ini, LAN menyiapkan program eksekutif untuk para pemimpin Corpu, mulai dari Dewan Pengarah Pembelajaran (DPP), koordinator pembelajaran (Chief Learning Officer/CLO), koordinator kelompok keahlian (Chief Group Skill/CGS), hingga kelompok keahlian (Group Skill/GS).

Tujuannya adalah memperkuat kapasitas strategi pembelajaran, menyelaraskan pembelajaran dengan tujuan organisasi, dan menanamkan semangat kepemimpinan pembelajar dalam birokrasi dengan mengintegrasikan 3 (tiga) desain struktur pembentuk pranata Corpu, struktur organisasi, learning journey, dan fungsi operasional dalam satu kesatuan kelembagaan ASN Corpu.

Corpu bukan semata struktur atau program, melainkan ruh dari ekosistem pembelajaran ASN. Saat struktur Corpu merepresentasikan budaya organisasi, partisipasi pegawai meningkat, teknologi dimanfaatkan secara optimal, dan narasi pembelajaran menjadi nyata.

Di sinilah pentingnya struktur Corpu yang tidak hanya rapi di atas kertas, tapi hidup dalam praktik organisasi. Jika gagal bercerita tentang perjalanan belajar, Corpu akan kehilangan ruhnya. (*)

Tags:
ASNAparatur Sipil NegaraCorpu

Bayu Hikmat Purwana

Reporter

Aris Abdulsalam

Editor