Pemimpin Tiongkok Zhou Enlai bersama Presiden Soekarno berkeliling di Bandung saat KAA 1955. (Sumber: Museum Konferensi Asia Afrika)

Ayo Jelajah

Sejarah Gelap KAA Bandung, Konspirasi CIA Bunuh Zhou Enlai via Bom Kashmir Princess

Selasa 23 Sep 2025, 19:19 WIB

AYOBANDUNG.ID - Pesawat itu jatuh di Laut Natuna, 11 April 1955. Namanya Kashmir Princess, sebuah Lockheed Constellation carteran dari maskapai Air India. Di dalamnya ada 19 penumpang: para diplomat, wartawan, dan delegasi asal Tiongkok yang hendak terbang ke Jakarta sebelum melanjutkan perjalanan ke Bandung, kota yang sebentar lagi jadi panggung dunia. Tapi malang tak dapat ditolak, pesawat meledak di udara, jatuh ke laut, dan menewaskan 16 orang. Hanya tiga awak yang selamat.

Seharusnya, dalam daftar penumpang itu ada satu nama besar: Zhou Enlai. Perdana Menteri Republik Rakyat Tiongkok, orang kepercayaan Mao Zedong, diplomat ulung yang wajahnya akan menghiasi KAA. Zhou dijadwalkan naik pesawat itu, tapi entah karena firasat atau laporan intelijen, ia mendadak membatalkan penerbangan. Ia memilih rute lain. Nasib baik sedang berpihak padanya.

Di Beijing, radio pemerintah segera menuding: ini sabotase, ini upaya pembunuhan. Tersangka utamanya bukan tetangga sebelah, melainkan CIA dan agen-agen Kuomintang yang masih setia pada Chiang Kai-shek di Taiwan.

Baca Juga: Jejak Sejarah Kelahiran Partai Faisis Indonesia di Bandung, Supremasi ala Pribumi yang Bikin Heboh Wangsa Kolonial

Konferensi Asia-Afrika di Bandung adalah panggung besar. Di mata Washington, acara itu berpotensi jadi festival anti-Barat. Bayangkan saja, puluhan negara baru merdeka atau tengah berjuang akan berkumpul, dan sebagian besar condong ke kiri. Tiongkok yang baru lahir, dengan Mao dan Zhou, datang dengan energi revolusioner. India dengan Nehru mengusung gerakan non-blok. Indonesia, lewat Soekarno, ingin tampil sebagai juru bicara dunia ketiga.

Tak heran kalau Amerika Serikat ketar-ketir. CIA, yang baru lahir beberapa tahun sebelumnya, sudah aktif mengatur rezim di berbagai negara. Operasi menggulingkan pemerintah Iran (1953) dan Guatemala (1954) masih hangat. Jadi tidak mustahil jika muncul cerita bahwa CIA juga ingin menyingkirkan Zhou Enlai, orang yang dianggap terlalu berbahaya di panggung Bandung.

Sabotase pesawat Kashmir Princess pun jadi bagian dari dugaan itu. Investigasi Tiongkok mengklaim telah menemukan detonator bom buatan Amerika di reruntuhan pesawat. Jenisnya: MK-7. Sebuah bom waktu dengan sumbu yang bisa diatur sedemikian rupa. Para agen Kuomintang yang bermarkas di Hong Kong diduga menyelundupkannya. Skenarionya sederhana: bom meledak di udara, Zhou lenyap, Tiongkok kehilangan diplomat ulungnya, dan KAA kehilangan salah satu bintang.

Tapi takdir berkata lain. Zhou selamat. Pesawat jatuh, tapi target utamanya lolos.

Pesawat Kashmir Princess yang seharusnya ditumpangi Zhou Enlai. (Sumber: Wikimedia)

Kabar yang beredar tak berhenti di situ. Selain bom di pesawat, ada pula cerita tentang racun di meja makan Bandung. Versi ini muncul dari laporan CIA yang kemudian diungkap sebagian melalui Komite Church di Senat AS tahun 1970-an. Menurut cerita, ada rencana untuk meracuni Zhou lewat makanan yang disajikan dalam jamuan resmi KAA. Racunnya pintar: baru bereaksi dua hari setelah ditelan. Jadi ketika Zhou kembali ke Beijing, ia baru jatuh sakit, dan mungkin mati.

Baca Juga: Sejarah Dongeng Si Kabayan, Orang Kampung Pemalas yang Licin dan Jenaka

Plot itu terdengar seperti adegan film mata-mata. Dan seperti film juga, rencana itu kabarnya dibatalkan di menit-menit akhir. Lucian Truscott Jr., Wakil Direktur CIA bidang koordinasi, disebut-sebut menentangnya. Alasannya? Risikonya terlalu besar. Bayangkan jika Zhou mati mendadak di Bandung, sementara puluhan kepala negara sedang berkumpul. Dunia bisa gempar, dan jari telunjuk akan langsung mengarah ke Washington.

Karenanya racun itu tetap jadi cerita. Tak pernah sampai ke mangkuk nasi Zhou.

Siapa sebenarnya dalang insiden Kashmir Princess? Beijing yakin Kuomintang ada di baliknya. Taiwan memang punya motif: membunuh pemimpin Tiongkok komunis adalah cita-cita utama Chiang Kai-shek dan pasukannya. Mereka punya jaringan di Hong Kong, tempat pesawat disabotase sebelum berangkat.

Dokumen yang dibuka kemudian di Taipei maupun Beijing menguatkan tuduhan itu. Seorang mekanik bandara di Hong Kong, yang belakangan dikaitkan dengan intelijen Taiwan, dituduh sebagai pelaksana lapangan. Ia kabarnya menyelundupkan bom ke bagasi pesawat. CIA? Perannya masih simpang-siur. Ada yang bilang mereka hanya tahu, ada pula yang bilang mereka ikut membantu. CIA sendiri, tentu saja, membantah.

Yang jelas, sejarah mencatat bahwa Zhou tetap melenggang ke Bandung. Ia tiba dengan selamat, meski agak terlambat. Kehadirannya di Gedung Merdeka jadi magnet. Zhou tampil karismatik, berpidato dengan tenang, dan berhasil mematahkan citra buruk yang ditempelkan propaganda Barat padanya. Di Bandung, ia malah berhasil mendekati beberapa negara non-blok yang semula ragu pada Tiongkok.

Dengan kata lain, semua upaya membunuh Zhou justru gagal total.

Konferensi Asia Afrika 1955 di Bandung. (Sumber: Museum Konferensi Asia Afrika)

Cerita tentang CIA, KMT, dan racun di Bandung ini terus jadi bahan perdebatan. Apakah benar CIA ingin membunuh Zhou? Atau ini hanya propaganda Tiongkok untuk mempermalukan musuhnya?

Baca Juga: Sejarah Hari Jadi Kota Bandung, Kenapa 25 September?

Komite Church di Amerika Serikat memang mengakui ada rencana pembunuhan pemimpin asing yang dipertimbangkan oleh CIA. Nama Zhou Enlai disebut secara samar, tanpa detail. Jadi, antara ada dan tiada. Fakta paling konkret hanya satu: pesawat Kashmir Princess jatuh akibat bom, dan Zhou Enlai tidak jadi menumpanginya.

Selebihnya, sejarah dibiarkan penuh rumor.

Namun rumor itu punya daya hidup yang panjang. Setiap kali orang mengingat KAA, kisah pesawat yang jatuh di Natuna itu ikut terbayang. Bagaimana tidak? Bayangkan jika Zhou benar-benar naik ke pesawat itu. Bisa jadi sejarah dunia berubah. Mungkin Tiongkok kehilangan figur diplomat pentingnya. Mungkin KAA kehilangan daya pikat. Dan mungkin hubungan dunia ketiga dengan Tiongkok akan berbeda jalannya.

Tapi karena Zhou selamat, cerita itu justru jadi legenda. Sebuah kisah tentang pemimpin yang lolos dari maut. Tentang bom yang salah target. Tentang racun yang tak jadi ditabur.

Seperti biasa, sejarah memang suka bercampur dengan gosip intelijen. Kadang yang nyata terdengar seperti fiksi, dan yang fiksi bisa dipercaya sebagai nyata. Kisah upaya pembunuhan Zhou Enlai di Bandung adalah contoh terbaiknya.

Hari ini, lebih dari setengah abad berlalu, insiden Kashmir Princess tetap dikenang. Warga Natuna yang menolong para awak selamat masih punya ceritanya. Di Beijing, peristiwa itu masuk dalam narasi besar tentang konspirasi Barat melawan Tiongkok. Di Washington, itu hanyalah catatan samar di arsip CIA.

Zhou sendiri, dalam catatan sejarah, tetap dikenang sebagai perdana menteri yang tenang, lihai berdiplomasi, dan nyaris jadi korban racun serta bom di perjalanan menuju Bandung.

Baca Juga: Sejarah Dongeng Si Kabayan, Orang Kampung Pemalas yang Licin dan Jenaka

Konferensi Asia-Afrika 1955 berjalan terus. Gedung Merdeka jadi saksi lahirnya solidaritas Asia-Afrika. Dan di balik gegap gempita pidato, jamuan makan, dan foto bersama, ada cerita gelap tentang upaya pembunuhan yang gagal.

Bandung tetap harum namanya. Zhou Enlai tetap berdiri tegak. CIA—entah bersalah entah tidak—tetap menorehkan jejak dalam rumor itu.

Tags:
SejarahSejarah BandungKonferensi Asia AfrikaKAACIA

Hengky Sulaksono

Reporter

Hengky Sulaksono

Editor