Suasana aksi solidaritas di Kota Bandung, Jumat, 29 Agustus 2025. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Gilang Fathu Romadhan)

Beranda

Saat Hati Rakyat yang Tersakiti Meledak: Kronik Kemarahan dan Kekecewaan di Jalanan Kota Bandung

Senin 01 Sep 2025, 09:16 WIB

AYOBANDUNG.ID — Gelombang protes terhadap menggelembungnya gaji Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) di tengah ekonomi masyarakat yang terimpit masih berlanjut dan meluas. Dari Jakarta hingga Bandung, massa turun ke jalan menyuarakan kekecewaan.

Apa yang mulanya berupa aksi solidaritas untuk seorang pengemudi ojek online yang meninggal saat unjuk rasa di ibu kota, menjelma ledakan amarah kolektif.

Belakangan ini, masyarakat merasakan berbagai tekanan ekonomi, mulai dari harga kebutuhan pokok yang naik, subsidi yang tidak tepat sasaran, hingga beban pajak yang terasa semakin berat. Tetapi berbanding terbalik dengan pejabat yang hidup glamor.

Pada Senin, 25 Agustus 2025, aksi bertajuk "Revolusi Rakyat Indonesia" digelar. Aksi tersebut berpusat di depan Gedung DPRD RI, Jakarta. Massa menilai wakil rakyat lebih mementingkan kepentingan pribadi daripada kesejahteraan masyarakat.

Ada beberapa tuntutan yang dibawa oleh massa, seperti penghapusan parlemen, kebijakan yang merugikan masyarakat, pengesahan UU perampasan aset hingga kenaikkan tunjangan DPR. Masyarakat dari berbagai elemen bersatu, menjadikan satu gerakan yang masif.

Spanduk bertuliskan "bubarkan DPR" bertebaran di lokasi aksi. Nyanyian lagu Buruh Tani hingga kalimat kekecewaan terhadap kinerjanya DPR lantang digaungkan oleh massa. Aparat keamanan pun telah berjaga.

Bentrokan antara massa aksi dengan kepolisian tak terhindarkan. Massa merangsek masuk ke gedung DPR, tapi polisi menahan mereka. Demo terus berlangsung hingga malam hari. Polisi melempar gas air mata untuk memukul mundur massa.

Keesokkan harinya, Selasa, 26 Agustus 2025, DPR RI angkat bicara. Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco Ahmad menyebut tunjangan rumah anggota DPR Rp50 juta per bulan hanya berlaku hingga Oktober 2025. "Setelah Oktober 2025, anggota DPR itu tidak akan mendapatkan tunjangan kontrak rumah lagi," katanya kepada wartawan di Jakarta.

Ia menyebut uang Rp50 juta per bulan itu akan dipakai untuk kontrak rumah satu tahun selama periode 2024-2029. Dasco melanjutkan, angka Rp50 juta itu tidak akan ada lagi pada November 2025. Ia berdalih penjelasan tentang tunjangan tersebut kurang jelas hingga memicu protes publik.

Pernyataan Dasco tak membuat masyarakat ruruh. Aksi unjuk rasa terus berlanjut hingga Kamis, 28 Agustus 2025. Massa terus meminta DPR bekerja demi kepentingan rakyat. Pagi hingga malam, peserta demo masih bertahan di sekitaran gedung DPR RI. 

Polisi melontarkan gas air mata dan membuat barikade sambil bergerak maju sedikit demi sedikit untuk membubarkan massa aksi. Bahkan kendaraan Brimob Rantis Barracuda dikerahkan hanya demi massa aksi bubar.

Kendaraan itu menerobos ke tengah-tengah massa, membuat masyarakat lari terbirit-birit. Nahasnya sebuah insiden terjadi dalam aksi ini. Seorang pria dengan jaket ojek online (ojol) bernama Affan Kurniawan meregang nyawa. Ia terlindas Rantis Brimob. Itu terjadi ketika Affan mencoba menghindari mobil Rantis Brimob. Dalam video yang beredar, ia ditabrak dan terlindas kendaraan polisi itu.

Kematian Affan mengobarkan amarah masyarakat Indonesia. Masyarakat bukan hanya menuntut DPR, tapi juga kepolisian agar tidak sewenang-wenang dalam mengamankan aksi. Markas Brimob di Jakarta pun jadi sasaran aksi.

Esoknya, Jumat 31 Agustus 2025, demo besar-besaran terjadi di berbagai wilayah. Masyarakat meluapkan amarah dan kekecewaannya yang telah memuncak. Demo terjadi di kota-kota besar, seperti Jakarta, Makassar, Cirebon, Yogyakarta, hingga Bandung.

Di Bandung, ada dua lokasi aksi, yakni di Mapolda Jawa Barat dan DPRD Jawa Barat. Mereka datang dalam rentang 13.00 hingga 14.00 WIB. Untuk sementara, tuntutan berubah, meminta kepolisian tidak arogan dan mengusut kematian Affan hingga tuntas, termasuk menjerat pengemudi Rantis Brimob dengan sanksi dan hukuman yang setimpal.

Massa yang terdiri dari beberapa elemen masyarakat, seperti mahasiswa dan sopir ojol berdatangan. Pantauan di DPRD Jawa Barat, mereka tiba pukul 14.15 WIB dengan long march dari arah Timur dan Barat. Polisi telah berjaga di gerbang dan halaman gedung DPRD.

Sesampainya di depan gerbang, mereka langsung mengejar polisi sembari melempari dengan berbagai benda. Polisi pun kabur dari kejaran massa. Aksi unjuk rasa atau solidaritas berlanjut. Dalam aksi ini, amarah dan kekecewaan rakyat seakan telah berada di puncak. Mereka terus mencoba merangsek masuk ke dalam gedung DPRD Jawa Barat.

Hujan sempat turun, tapi semangat mereka tidak surut. Pagar terus dicoba didobrak agar jebol dan massa bisa masuk ke dalam DPRD. Kayu, batu, hingga botol plastik terus dilemparkan ke arah DPRD dan kepolisian. Tak jarang molotov juga dilempar oleh mereka. Begitu juga dengan petasan yang diarahkan ke dalam.

Perwakilan ojol, Gusti mengatakan, pihaknya mengecam kepolisian atas apa yang terjadi kepada ojol di Jakarta pasca demo. Ia meminta keadilan bisa ditegakkan.

"Saya sebagai masyarakat Indonesia mengutuk keras kepada pihak polisi yang seakan-akan tidak punya hati nurani melindas teman saya, saudara saya. Tolong diusut tuntas semuanya,” katanya.

Dia menilai, aparat telah mengkhianati rakyat yang selama ini berjuang untuk kehidupan sehari-hari. Ia pun mengutuk keras tindakan aparat di Jakarta yang membuat rekan sesama ojolnya tutup usia.

"Rakyat sedang berjuang, tolong lihat ke bawah. Kami pengguna ojol sangat mengutuk keras kejadian ini," tambahnya.

Ia menambahkan, ratusan orang diprediksi akan terlibat dalam aksi solidaritas ini. Tujuan mereka sama, meminta keadilan dan memperjuangkan hak-haknya.

 "Ojol yang hadir di sini sekitar 200–300 orang, bahkan bisa lebih. Semua adalah saudara yang memperjuangkan hak-hak mitra ojol," jelasnya.

Kala itu, gerimis mempercepat kelam. Suasana semakin mencekam. Amarah rakyat terhadap DPR dan aparat sudah tak terbendung lagi. Polisi sempat melontarkan gas air mata ke arah massa. Pengunjuk rasa banyak yang mengeluh sesak dan mata perih. Kendati begitu, aksi masih berlanjutnya. 

Videotron dan ruang pospam jadi sasaran utama massa. Berbagai benda terus lemparkan sebagai bentuk kekecewaan. Di tengah amarah itu, beberapa pria berseragam TNI datang, diikuti dengan puluhan massa yang baru tiba. Salah satunya memiliki dua bintang emas dikerahnya dan membawa tongkat komando.

Sebagian pendemo menyambut, sementara yang lainnya menolak. Mereka menilai tentara sama saja dengan kepolisian: arogan. "Kalian sama saja dengan polisi, tolak militerisme," begitu teriakkan massa yang terdengar.

Meski begitu, para tentara tetap menerobos massa dan berdiri di hadapan mereka. Tentara dengan dua bintang emas coba berbicara di hadapan massa tanpa alat pengeras suara. Kebanyakan massa tak menggubrisnya dan meminta tentara segera meninggalkan lokasi aksi. Di satu sisi, salah satu tentara naik ke pundak anak buahnya. 

Dengan gerakan perlahan, ia mengangkat kedua tangan lalu menurunkannya berulang kali, seakan memberi isyarat agar massa meredakan emosi. Wajahnya tenang, mencoba memecah ketegangan yang sempat memuncak. Tapi itu tak berhasil. Amarah warga tetap pada puncaknya. Pada akhirnya tentara itu pergi.

Kemudian sekitar pukul 16.00 WIB, bangunan aset MPR yang berada di seberang DPRD terbakar. Informasi yang dihimpun, massa menduga tempat tersebut menjadi persembunyian Intel. Akhirnya batu, kayu, botol, hingga molotov turut diarahkan ke sana. Bangunan itu pun pada akhirnya terbakar hebat.

Kepala Biro Administrasi dan Pimpinan (Adpim) Pemprov Jabar Akhmad Taufiqurrahman menyebut, bangunan yang terbakar adalah aset milik MPR RI. Ia bilang, bangunan tersebut pernah dipakai sebagai rumah dinas Wakil Gubenur Jabar era Nuriana.

"Itu aset bangunan MPRI RI," kata Akhmad.

Di sisi lain, sejumlah asisten rumah tangga (ART) di samping gedung aset MPR RI yang dibakar massa sempat terjebak lantaran pintu terkunci. Api yang berkobar sempat merembet ke rumah yang ditinggali oleh tiga ART itu.

Para ART menyadari jika bangunan disampingnya dilahap si jago merah dan mulai merambat ke rumah milik majikannya. Salah satu ART, Maya bilang, beberapa orang sempat menggedor rumah ketika dirinya tengah menunaikan ibadah salat ashar di lantai dua.

"Saya ditolong sama yang masuk. Mereka gedor-gedor pintu rumah bawah pas saya lagi di atas," kata Maya, Jumat, 29 Agustus 2025.

Di satu sisi, ia mengaku jika aksi unjuk rasa di kawasan DPRD Jawa Barat sudah biasa terjadi. Ini membuat mereka tak merasa khawatir. Namun ia tak menyadari bahwa amarah rakyat sudah pada puncaknya.

"Tapi, tadi kedengaran teriak di luar, belum tahu ada kebakaran. Pas sudah dikunci semua (pintu) saya langsung ke atas. Nah enggak lama ada orang gedor-gedor," lanjutnya.

Dia menambahkan, dirinya telah tinggal di rumah tersebut sebagai ART sejak 9 tahun yang lalu. Rumah itu, kata dia, dijadikan kos-kosan dan pemiliknya berada di Jakarta.

"Pemilik sudah dikasih tahu, takut ini ngerembet aja ke sini," ucapnya. 

Sejumlah kendaraan yang ada di rumah tersebut berhasil dipindahkan ke tempat yang lebih aman. Sedangkan barang berharga ditinggalkan lantaran takut terjebak kebakaran.

Matahari telah terbenam sepenuhnya, massa masih bertahan di depan DRPD Jabar. Kalimat-kalimat kritis terus dilontarkan sembari melempari gedung dengan apapun yang ada di dekat mereka. Videotron dan pospam DPRD juga terbakar dan rusak parah.

Semakin malam suasana kian mencekam. Massa masih berusaha masuk ke DPRD Jawa Barat. Gas air mata ditembakkan oleh polisi kala massa berupaya menjebol pagar. Pendemo pun berpencar, tapi tidak membubarkan diri. Mereka kembali berkumpul dengan tujuan yang sama. 

Sekitar pukul 20.30 WIB, Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi mendatangi lokasi aksi. Ia mencoba untuk menenangkan massa. Tapi kehadiran orang nomor satu di Jabar itu tak mampu meredam emosi massa. Ia terus diteriaki rakyat agar tak ikut campur. Bahkan beredar kabar Dedi terkena gas air mata. Dai foto yang beredar, Dedi tampak mengoleskan odol di bagian bawah kantung mata.

Hingga pukul 21.45 WIB, kondisi semakin ricuh. Beberapa fasilitas dan bangunan di rusak oleh massa aksi. Coretan vandalisme menghiasi tembok depan DPRD hingga hotel di sebelahnya. Tak hanya di DPRD, videotron di kawasan Cikapayang pun dibakar massa aksi, begitu juga dengan pos polisi. Rumah makan Sambara terbakar di tengah aksi ini.

Warga melintas didekat videotron dan pos polisi yang dibakar massa unjukrasa pada Jumat 29 Agustus 2025 di Kawasan Cikapayang, Jalan Ir H. Djuanda, Kota Bandung, Sabtu 30 Agustus 2025. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Irfan Al- Faritsi)

Gas air mata kian masif dilontarkan oleh kepolisian. Tetapi setelah gas hilang, massa kembali berkumpul di depan gedung DPRD Jawa Barat. Satu jam berselang, massa aksi berpindah ke depan gedung sate.

Pantauan di lokasi, aparat yang berjaga langsung melontarkan gas air mata, membuat massa mundur sementara. Sesuai asap hilang mereka kembali. Momen ini terus terulang hingga pukul 22.00 WIB.

Massa yang terdiri dari Pengemudi ojek online dan mahasiswa kemudian berangsur meninggalkan gedung DPRD Jawa Barat. Mereka tidak bubar, tapi pindah ke Gedung Sate. Pendemo merangsek masuk dari gerbang timur, depan lapangan Gasibu. Mulanya gerbang terus digoyang-goyangkan. Tak lama gerbang berhasil dijebol massa.

Massa yang sudah berkumpul kemudian berlarian ke dalam halaman gedung sate. Aparat yang berjaga langsung memasang barikade agar massa tak masuk terdalam ke halaman gedung sate.

Petasan sempat diarahkan ke Gedung Sate oleh massa, juga batu yang terus dilemparkan. Upaya menerobos barikade aparat terus dilakukan. Dua puluh menit kemudian, massa terpantau sudah tak berada di halaman depan Gedung Sate. Namun pantauan 22.44 WIB, mereka masih diam di Jalan Diponegoro.

Hingga Sabtu, 30 Agustus, pukul 02.00 WIB, massa aksi masih mencoba memasuki area Gedung Sate, namun jumlahnya tak sebanyak sebelumnya. Aparat keamanan pun membubarkan paksa mereka. Posisi kendaraan barikade polisi terus dimajukan, diikuti dengan mobil water Canon, personel Brimob, dan personel Sabhara.

Aksi Unras Sebabkan Korban

Aksi solidaritas menuntut keadilan bagi pengemudi ojek online yang meninggal di Jakarta berujung ricuh di Bandung. Kericuhan terjadi di depan Markas Polda Jawa Barat, Jumat (29/8/2025). Tiga polisi wanita terluka akibat lemparan batu massa, sementara ratusan peserta aksi mengalami luka dan sesak napas.

Kabid Humas Polda Jabar Kombes Pol Hendra Rochmawan menyampaikan, dua polisi di antaranya harus mendapat perawatan di RS Sartika Asih. Kedua korban mengalami luka di bagian kepala belakang. Untuk pertolongan pertama, rambut mereka digunting agar bisa ditangani tim medis.

"Tiga orang (luka) dan dua orang dilarikan ke RS Sartika Asih karena harus ada jahitan karena lemparan batu," kata Hendra, Sabtu (30/8/2025).

Hendra pun menyampaikan terdapat puluhan anggota kepolisian yang turut menjadi korban dalam aksi demo dua hari kemarin. Kebanyakan anggota yang terluka akibat terkena lemparan benda-benda keras dari massa aksi.

“Anggota polisi yang luka di mana kemarin tercatat ada 47 anggota polisi yang luka baik itu luka karena lemparan ada juga yang sampai dijahit dan ada yang sampai ke rumah sakit. Dan hari ini juga ada 7 Jadi totalnya 54 dan kami sampai sekarang masih melakukan pendataan,” ucapnya.

Sementara itu, berdasarkan catatan tenaga medis Universitas Islam Bandung (Unisba), hingga Sabtu dini hari terdapat 208 massa aksi yang menjadi korban. Sebagian besar mengalami sesak napas diduga akibat gas air mata. Wakil Dekan III Fakultas Kedokteran Unisba, Fajar Awalia Yulianto, menyebut jumlah korban terus bertambah sejak Jumat sore.

"Kami membuat triase darurat untuk memilah korban berdasarkan tingkat kegawatannya, mana yang urgent, bisa ditunda, atau yang tergolong ringan," katanya dalam keterangan resmi.

Menurut Fajar, fasilitas darurat mencakup peralatan medis dasar hingga stetoskop. Ia menegaskan bantuan diberikan atas dasar kemanusiaan dan universitas bersikap netral.

"Kami tidak bekerja sendiri. Unisba menjadi pusat koordinasi dengan dukungan dari STAI Sabili dan Unpas, serta adanya pos tambahan di Unpas. Dengan begitu, korban bisa dikendalikan dan diarahkan sebagian ke Unpas," ucapnya.

Bangunan dan Fasilitas Umum Rusak

Aksi unjuk rasa berujung pada kerusakan fasilitas umum dan bangunan di beberapa titik Kota Bandung. Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, mengatakan lima bangunan rusak berat akibat dibakar dan dilempari batu.

"Yang baru saya lihat ada bangunan di Jalan Diponegoro itu total musnah, rumah makan Sambara, dua rumah warga di Jalan Gempol, dan ada satu bank di Jalan IR H Djuanda," kata Farhan, Sabtu (30/8/2025).

Selain itu, sejumlah ruas jalan juga mengalami kerusakan karena dibakar hingga aspal hancur. Beberapa lampu lalu lintas tidak lagi berfungsi. Farhan menugaskan Dinas Perhubungan untuk berkoordinasi dengan Satlantas Polrestabes Bandung dalam pengaturan lalu lintas sebelum perbaikan dilakukan.

"Seperti di Jalan Dago Cikapayang kan rusak traffic light-nya jadi harus ada pengaturan," ujarnya.

Kericuhan tersebut menimbulkan kekhawatiran di kalangan masyarakat, termasuk pelaku usaha. Farhan memastikan kondisi kota akan segera pulih agar aktivitas ekonomi tetap berjalan.

Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan,

"Jangan khawatir, kami bersama aparat kewilayahan akan menjaga kondusivitas Bandung agar kembali normal. Harga beras pun aman bisa normal," katanya.

Ia menegaskan, tidak ada hotel atau tempat wisata yang dirusak. Karena itu, wisatawan diimbau tidak panik dan tetap berkunjung ke Kota Bandung.

"Kami dari Pemkot Bandung akan terus menjaga keamanan dan kenyamanan," ujar Farhan.

Farhan juga menyampaikan belasungkawa atas meninggalnya Affan. Menurutnya, peristiwa itu menjadi pelajaran penting bagi pemerintah untuk lebih memperhatikan aspirasi masyarakat.

"Itu sangat-sangat membuat kita berduka. Kami sangat mengerti kemarahan dan kefrustasian para pengunjuk rasa. Ini menjadi introspeksi untuk kita semua para pengelola daerah dan negara agar betul-betul memperhatikan suara rakyat," ucapnya.

Meski sedih dengan kerusakan yang ditimbulkan, Farhan optimistis warga Bandung mampu bangkit. Ia berharap kejadian serupa tidak terulang.

"Jadi insya Allah, mudah-mudahan ini jadi pelajaran untuk kami semua yang mengelola pemerintahan agar betul-betul memperhatikan dan mendengarkan suara dari masyarakat di bawah."

"Mudah-mudahan tidak terulang lagi. Karena seperti yang Anda lihat sendiri, begitu selesai masalah, kita tidak menunggu lama langsung kita bereskan semuanya," tukasnya.

Pagi setelah aksi, petugas pemadam kebakaran mulai membersihkan area depan Gedung DPRD Jawa Barat dan Gedung sate, serta di beberapa titik lainnya. Air pun disemprotkan untuk menghilangkan bekas gas air mata.

Sementara itu, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi mengatakan pemerintah akan segera memperbaiki bangunan cagar budaya dan lainnya yang mengalami kerusakan pascaunjuk rasa. Ia tak mempermasalahkan bangun-bangun yang dirusak massa.

"Kalau kerusakan itu mudah untuk kami perbaiki, nggak ada problem, yang harus segera kami respons hari ini adalah apa yang menjadi kehendak publik itu kemudian nanti kami lahirkan melalui kebijakan-kebijakan yang lebih nyata, itu penting," kata Dedi di Gedung Sate, Minggu, 31 Agustus 2025. 

Menurutnya, dalam situasi seperti ini, pemerintah harus menunjukkan kerja nyata yang bermanfaat untuk masyarakat dan mengembalikan kepercayaan publik.

"Kalau kerusakan-kerusakan kami benahi, tetapi yang paling utama dari itu adalah sikap mental kami untuk melayani publik secara nyata dan harus lebih baik di banding kemarin," bebernya.

Aksi di DPRD Jabar Berlanjut, Puluhan Orang Diamankan

Ketika petugas sedang memperbaiki gerbang DPRD Jawa Barat, sekelompok massa tiba-tiba muncul, Sabtu, 30 Agustus 2025, sore. Mereka mencoba masuk ke dalam tempat kerja wakil rakyat itu. Beberapa dari mereka berhasil masuk ke dalam dan menyeret sepeda motor keluar.

Lalu motor tersebut dihancurkan dan dibakar oleh massa aksi. Gelombang kedua aksi unjuk rasa dimulai dari sini. Sopir ojol dan masyarakat berpakaian serba hitam kembali melayangkan protes.

Merespons hal ini, polisi langsung membuat barikade dan melontarkan gas air mata untuk membubarkan massa. Sama seperti sebelumnya, selepas gas hilang, mereka kembali. Namun pada aksi ini, polisi lebih tegas. 

Massa terus dipaksa menjauh dari area gedung DPRD. Mereka berlari ke arah Jalan Sulanjana untuk menghindari kejaran aparat. Sementara di depan Gedung Sate, seratusan ojol tampak berkumpul.

Pukul 18.58 WIB, situasi di depan DPRD Jawa Barat kembali memanas. Massa kembali berkumpul dan melemparkan petasan ke arah aparat yang berjaga. Insiden ini menimbulkan ketegangan.

Kendaraan water Canon diturunkan untuk memukul mundur massa. Kendati begitu, massa tetap bertahan dan tidak bergerak mundur. Polisi kemudian mengambil langkah tegas dengan menembakkan gas air mata. 

“Ade-ade silahkan pulang, ayah dan ibu serta keluarga menunggu di rumah,” kata Kapolrestabes Bandung Kombes Pol Budi Sartono, dengan pengeras suara.

Hingga malam hari, massa berpindah ke beberapa titik di sekitaran gedung DPRD Jawa Barat. Dalam video yang beredar di media sosial, beberapa massa tampak bentrok dengan aparat.

Terpisah, Kabid Humas Polda Jawa Barat, Kombes Pol Hendra Rochmawan mengatakan, selama dua hari pengaman, ada puluhan orang yang diamankan.

“Dari kegiatan pengamanan, kami mengamankan kurang lebih ada 65 yang kita amankan. Mereka ada yang berusia di bawah umur antara 13 tahun 15 tahun dan 17 tahun dan selanjutnya ada yang dewasa banyak sekali dari mereka tercatat ada yang SMA pelajar, pengangguran dan juga mahasiswa,” katanya, dalam keterangannya, Minggu, 31 Agustus 2025.

Kombes Pol Hendra Rochmawan. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Gilang Fathu Romadhan)

Ia menyebut, massa yang diamankan lantaran diduga melakukan tindakan anarkis. Dalam aksi di Kota Bandung, satu mobil dan 10 motor yang berada di lokasi unjuk rasa terbakar dan hangus. Selain itu, massa aksi pun membakar satu rumah, pos polisi dan pengrusakan fasilitas umum.

“Karena mereka tidak menyampaikan orasi, tetapi langsung melakukan pelemparan dan juga perusakan. Seperti ketahui kita ketahui bersama banyak sekali di media adanya fasum yang dirusak oleh mereka dan juga adanya perkantoran baik itu perkantoran pos polisi kemudian juga adanya kantor DPRD dan juga mess,” ucapnya.

Dia pun menghimbau agar masyarakat untuk bisa meredam aksi unjuk rasa serta agar lebih tenang guna menciptakan Kamtibmas yang kondusif.

“Kami menghimbau kepada masyarakat khususnya kepada elemen mahasiswa dan juga belajar SMA yang juga sederajat untuk bisa meredam aksinya tanpa adanya kekerasan kita ketahui bersama bahwa akan timbul kejadian yang lebih besar lagi,” imbaunya.

Pada akhirnya, seperti kata Efek Rumah Kaca dalam lagu bertajuk Mosi Tidak Percaya, suara publik tidak boleh diremehkan. Ketidakpercayaan yang disuarakan menjadi pengingat bahwa demokrasi hanya akan bernapas sehat bila pengelola negara benar-benar mendengar aspirasi rakyatnya.

Tags:
Kota BandungUnjuk rasa

Gilang Fathu Romadhan

Reporter

Andres Fatubun

Editor