Demo Solidaritas Bandung, 13 Jam Jahanam di Gedung DPRD Jawa Barat

Gilang Fathu Romadhan Redaksi
Ditulis oleh Gilang Fathu Romadhan , Redaksi diterbitkan Minggu 31 Agu 2025, 15:58 WIB
Suasana di depan Gedung DPRD Jawa Barat, Kota Bandung, pada Jumat 29 Agustus 2025 dikerumuni demonstran yang melakukan aksi protes. (Sumber: Ayobandung | Foto: Gilang Fathu Romadhan)

Suasana di depan Gedung DPRD Jawa Barat, Kota Bandung, pada Jumat 29 Agustus 2025 dikerumuni demonstran yang melakukan aksi protes. (Sumber: Ayobandung | Foto: Gilang Fathu Romadhan)

AYOBANDUNG.ID - Kota Bandung berubah mencekam pada Jumat, 29 Agustus 2025. Hujan sore itu gagal menurunkan suhu amarah yang menggelegak di Jalan Diponegoro. Ribuan orang, sebagian mengenakan jaket hijau ojek online dan sebagian lainnya berbalut almamater kampus, berkumpul di depan Gedung DPRD Jawa Barat. Mereka membawa satu tuntutan yang sama: keadilan untuk Affan Kurniawan, pengemudi ojek online di Jakarta yang tewas setelah dilindas kendaraan taktis Brimob.

Demostrasi yang dimulai sejak sekitar pukul 14.00 WIB itu menjelma menjadi 13 jam penuh ketegangan. Kota seolah lumpuh di satu titik. Sirene meraung, gas air mata meletup, batu berhamburan, hingga api menjilat bangunan. Dari sore hingga dini hari keesokan harinya, Bandung menyaksikan salah satu demonstrasi paling dramatis dalam satu dekade terakhir.

“Tuntutan kami hanya satu, keadilan,” kata Sandi, 32 tahun, seorang pengemudi ojek online.

Gelombang massa mulai berdatangan sejak pukul 13.30 WIB. Ada yang datang dari arah Gedung Sate, ada pula dari Jalan Trunojoyo. Mereka berjalan sambil menyanyikan lagu Buruh Tani berulang-ulang, lagu yang sering menjadi mars gerakan perlawanan. Begitu tiba di depan gerbang DPRD, suasana sudah tegang. Barisan polisi yang berjaga mundur beberapa langkah, dikejar puluhan orang. Botol air mineral, kayu, dan batu beterbangan ke arah aparat.

Di sela kepulan asap flare merah yang dinyalakan, pekikan sumpah mahasiswa menggema. Massa menutup total Jalan Diponegoro. Dari arah Gasibu, kendaraan dialihkan ke Jalan Banda, sementara dari arah Sulanjana diarahkan ke Trunojoyo. Lalu lintas Bandung seketika macet, menyisakan hanya suara orasi, sirene, dan dentuman keras yang entah berasal dari petasan atau ledakan gas air mata.

“Saya sebagai masyarakat Indonesia mengutuk keras polisi yang seakan tidak punya hati nurani. Melindas teman saya, saudara saya, hingga meninggal. Tolong diusut tuntas semuanya,” kata Gusti, pengemudi ojol lain.

Baca Juga: Mengapa Mereka Menjadi Sangat Marah?

Hujan sempat turun sekitar pukul 14.30, membasahi kawat berduri dan wajah massa yang basah keringat. Namun bukannya bubar, kerumunan justru semakin menebal. Dari berbagai kampus di Bandung, mahasiswa berdatangan. Videotron di depan DPRD berulang kali jadi sasaran lemparan. Beberapa orang mencoba memanjat tembok sisi kanan gedung, sementara gerbang utama yang dipasangi kawat berduri terus didorong.

Sekitar pukul 15.30, aksi serupa juga berlangsung di Mapolda Jabar. Ratusan mahasiswa menggelar orasi mengecam kematian Affan. Sempat terjadi dorong-dorongan di depan gerbang Mapolda, tapi mereda setelah polisi menahan diri. Massa kemudian bergerak menuju Gedung Sate, lalu bergabung kembali dengan kerumunan di DPRD menjelang sore.

Kondisi Gedung DPRD Jabar pasca demonstrasi. (Sumber: Ayobandung | Foto: Irfan Al Faritsi)
Kondisi Gedung DPRD Jabar pasca demonstrasi. (Sumber: Ayobandung | Foto: Irfan Al Faritsi)

Jelang malam, situasi di DPRD kian panas. Letupan gas air mata dari halaman gedung membuat ratusan orang merasakan perih di mata dan sesak napas, sesak napas dan mata perih. Tim medis dari Universitas Islam Bandung (Unisba) mendirikan posko darurat di sekitar lokasi.

“Kami membuat triase darurat untuk memilah korban berdasarkan tingkat kegawatannya, mana yang urgent, bisa ditunda, atau yang tergolong ringan,” kata Fajar Awalia Yulianto, Wakil Dekan III Fakultas Kedokteran Unisba. Catatan medis menunjukkan, hingga pukul 18.30 jumlah korban mencapai 208 orang, mayoritas karena sesak akibat gas air mata.

Di tengah kekacauan itu, api tiba-tiba muncul dari arah Wisma MPR RI yang berdiri di samping Gedung DPRD. Diduga bangunan itu dianggap sebagai tempat persembunyian aparat. Sejumlah orang berusaha membobol pintu, sementara lainnya berteriak menyelamatkan seseorang yang terjebak di dalam. Api menjalar cepat, menambah kepanikan malam itu.

Baca Juga: Kisah Siti Fatimah: Intel Cilik yang Menjadi Saksi Agresi Militer Belanda

Di jalanan, lemparan batu tak henti menghujani. Seorang mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia, Ilham Renal mengalami luka tusuk di punggung. Tusukan itu membuat paru-paru kirinya kolaps. Ia dilarikan ke Rumah Sakit Hasan Sadikin. “Paru-paru kirinya tidak berfungsi, jadi harus operasi segera,” kata seorang relawan medis.

Suasana di depan Gedung DPRD Jawa Barat pada Jumat, 29 Juli 2025. Tampak kobaran api dari wisma MPR. (Sumber: Ayobandung | Foto: Gilang Fathu Romadhan)
Suasana di depan Gedung DPRD Jawa Barat pada Jumat, 29 Juli 2025. Tampak kobaran api dari wisma MPR. (Sumber: Ayobandung | Foto: Gilang Fathu Romadhan)

Di sisi lain, polisi juga tak luput jadi korban. “Tiga orang (luka) dan dua orang dilarikan ke RS Sartika Asih karena harus ada jahitan karena lemparan batu,” kata Kabid Humas Polda Jabar, Kombes Pol Hendra Rochmawan, Sabtu 30 Agustus 2025.

Hingga pukul 23.00, suasana masih belum sepenuhnya reda. Tidak hanya Wisma MPR RI yang terbakar, tapi juga rumah makan Sambara, satu rumah warga di Jalan Gempol, serta dua kantor bank di kawasan Dago. Wali Kota Bandung Muhammad Farhan mengatakan, ada lima bangunan rusak berat. Sejumlah fasilitas umum, termasuk lampu lalu lintas, ikut hancur. Bahkan, beberapa ruas jalan aspal hangus terbakar.

Hingga larut malam aksi tak kunjung reda. Massa masih menyalakan berkerumun. Baru sekitar pukul 03.00 WIB, Sabtu dini hari, situasi mulai mereda. Namun sisa-sisa kerusakan terlihat jelas: kaca pecah berserakan, kawat berduri rebah, jalan penuh batu dan arang.

Keesokan harinya, polisi bergerak cepat. Polda Jabar menangkap sedikitnya 65 orang yang disebut biang ribut dalam aksi solidaritas itu. Status Siaga 1 diberlakukan di seluruh jajaran kepolisian Jawa Barat.

“Berarti seluruh personel Polres, personel Polda itu berada di mako, semuanya untuk siaga memantau situasi perkembangan,” kata Kombes Hendra.

Gelombang Protes Lawan Despotisme

Gelombang aksi protes massa ini sendiri dipantik oleh kekecewaan rakyat yang sedang bertungkus-lumus mempertahankan hidup di tengah gejolak ekonomi yang justru dihadapkan dengan tindak tanduk congkak kelompok elit. Kabar kenaikan gaji dan tunjangan anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menjadi pemicu awal. Belum reda perbincangan publik soal itu, beredar pula video sejumlah anggota dewan bernyanyi dan berjoget. Di layar gawai, gambar mereka tampil riang. Di lapangan, rakyat masih berkutat dengan harga pangan, upah murah, dan pekerjaan tak pasti.

Ketegangan itu mulanya pecah pada 25 Agustus 2025. Ribuan mahasiswa memimpin aksi di depan Gedung DPR Senayan. Dari spanduk dan pengeras suara, suara-suara tuntutan bersahut-sahutan. Mereka tak hanya menolak kenaikan gaji dewan, melainkan juga mendesak mundurnya Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.

Daftar tuntutan meluas: pembubaran DPR, pembatalan proyek penulisan ulang sejarah, penolakan Rancangan Undang-Undang Anti Pemerasan, hingga desakan agar Fadli Zon diadili atas pernyataannya yang menolak mengakui tragedi perkosaan massal 1998. Transparansi gaji DPR dan pembatalan tunjangan perumahan pun masuk dalam agenda.

Beberapa hari kemudian, giliran buruh turun ke jalan. Pada 28 Agustus, massa pekerja dari berbagai serikat menggelar demonstrasi besar-besaran. Mereka menolak upah murah, menuntut penghapusan outsourcing, kenaikan upah minimum, dan penghapusan pajak atas tunjangan hari raya serta pesangon. “Omnibus Law harus dicabut,” teriak orator dari atas mobil komando.

Baca Juga: Meme Mahasiswa ITB Tak Lulus Sensor Kekuasaan

Protes itu berlangsung damai hingga sore. Namun, ketika tuntutan tak kunjung dijawab anggota DPRD, ketegangan pecah. Aparat menembakkan gas air mata dan menyemprotkan water cannon. Massa terpaksa mundur ke ruas-ruas jalan sekitarnya.

Imbauan kondusifitas terpasang di papan reklame Dago Cikapayang. (Sumber: Ayobandung | Foto: Kavin Faza)
Imbauan kondusifitas terpasang di papan reklame Dago Cikapayang. (Sumber: Ayobandung | Foto: Kavin Faza)

Situasi memburuk malam harinya. Sebuah kendaraan taktis Brimob melaju kencang di kawasan Pejompongan. Alih-alih membubarkan kerumunan, mobil itu menabrak pengemudi ojek online. Rekamannya tersebar di media sosial, memantik kemarahan baru. Ribuan orang bergerak ke markas Brimob, menuntut pelaku ditindak.

Di tengah panasnya situasi, komentar Ahmad Sahroni, anggota Komisi III DPR, menyulut api. Ia menyebut rakyat “bodoh” karena menyerukan pembubaran DPR. Tak lama kemudian, rumah Sahroni di Jakarta Utara diserbu demonstran. Perabotan dan kendaraan di dalamnya hancur. Aksi serupa menyasar kediaman politikus cum seleb Eko Patrio dan Uya Kuya. Rumah Menteri Keuangan Sri Mulyani juga jadi sasaran.

Kerusuhan menyebar ke berbagai kota. Di Jakarta, Tangerang, Surabaya, hingga Bandung, massa terus turun ke jalan. Di antara kerumunan, muncul kelompok-kelompok tak dikenal yang bertindak brutal. Mereka membakar halte busway, merusak fasilitas umum, bahkan melumpuhkan jalur tol.

Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

News Update

Ayo Biz 01 Sep 2025, 20:26 WIB

Screamous: Ketika Streetwear Menjadi Kanvas Kolaborasi Dunia

Didirikan awal tahun 2000-an, Screamous lahir dari semangat anak muda Bandung yang ingin menyuarakan identitas melalui fashion.
Koleksi kolaborasi Screamous x Usugrow. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 01 Sep 2025, 20:14 WIB

Kota Bandung, Tren, dan Ironi Kolonialisme

Kota penuh perhatian. Ada budaya pop juga sejarah melawan penjajahan. Indah tapi juga penuh masalah.
Tukang becak di Kota Bandung. (Sumber: Pexels/Try Sukma Wijaya)
Ayo Biz 01 Sep 2025, 19:35 WIB

Dari Kandang ke Kedai, Spill&Bites dan Rasa yang Meresap

Spill&Bites dan ide bisnis mereka mengolah peluang dari hulu ke hilir, dari peternakan hingga meja makan.
Spill&Bites, hasil evolusi dari industri peternakan ayam yang melihat peluang lebih besar di dunia makanan cepat saji. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Biz 01 Sep 2025, 18:01 WIB

Dari Bank ke Dapur: Andri dan Daimata yang Meracik Peluang dari Pedasnya Sambal Lokal

Daimata adalah misi Andri untuk mengangkat kuliner lokal, sambal khas Indonesia agar bisa dinikmati siapa saja, kapan saja, tanpa kehilangan cita rasa aslinya.
Andri Ganamurti selaku Owner dari brand Daimata, produk UMKM sambal dalam kemasan. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 01 Sep 2025, 17:41 WIB

Bursa Digital, Pajak Karbon, dan Agenda Keberlanjutan dalam APBN

Pajak karbon dan bursa digital dapat menjadi alat penting dalam agenda keberlanjutan dalam APBN.
Ilustrasi Lingkungan (Sumber: Pixabay.com | Foto: Pixabay)
Ayo Jelajah 01 Sep 2025, 15:52 WIB

Sejarah Hari Jadi Kota Bandung, Kenapa 25 September?

Bandung pernah rayakan ulang tahun 1 April, tapi kini 25 September jadi tanggal resmi berdirinya kota. Penetapan 25 September 1810 lahir dari riset sejarah panjang.
Alun-alun Bandung tahun 1920-an. (Sumber: KITLV)
Ayo Netizen 01 Sep 2025, 15:19 WIB

Apakah Damkar Representasi Pahlawan Sesungguhnya Negeri Ini?

Fenomena "minta tolong ke damkar" sedang ramai di masyarakat.
Nyatanya Damkar Lebih Dipercaya Masyarakat (Sumber: Pexels/Muallim Nur).
Ayo Biz 01 Sep 2025, 14:05 WIB

Sajikan Biji Kopi Kabupaten Bandung, BJR Coffee Tawarkan Kualitas Citarasa yang Konsisten

Berawal dari hobi, Dinda Gemilang sukses membangun bisnis kopi dengan brand Kopi BJR. Bahkan konsumen Dinda berasal dari berbagai daerah di luar Bandung.
Kopi BJR (Foto: Rizma Riyandi)
Ayo Jelajah 01 Sep 2025, 13:16 WIB

Jejak Sejarah Gempa Besar di Sesar Lembang, dari Zaman Es hingga Kerajaan Pajajaran

Sejarah gempa besar di Sesar Lembang ungkap potensi magnitudo 7. Gempa raksasa purba ini sudah terlacak sezak Zaman Es akhir hingga Kerajaan Pajajaran di abad ke-15.
Ilustrasi gempa besar akibat Sesar Lembang di Bandung di abad ke-15.
Ayo Biz 01 Sep 2025, 13:00 WIB

Helm, Bukan Hanya Pelindung Kepala Tapi Juga Sarana Investasi

Helm adalah alat pelindung kepala yang dirancang untuk menjaga keselamatan penggunanya. Biasanya terbuat dari bahan keras di bagian luar seperti plastik berkualitas tinggi atau fiberglass, serta dilap
Ilustrasi Foto Helm (Foto: Unsplash)
Ayo Netizen 01 Sep 2025, 11:58 WIB

Samping Kebat Membalut Alegori Makna Agama

Agama diibaratkan selembar kain yang menemani manusia sejak lahir sampai mati. Ia hadir dalam hidup sehari-hari, memberi makna dan arah.
Ilustrasi pembuatan samping kebat. (Sumber: Pexels/Noel Snpr)
Ayo Biz 01 Sep 2025, 11:42 WIB

Surabi Cihapit, Cita Rasa Legendaris yang Bertahan di Tengah Pasar

Kota Kembang dikenal sebagai surganya kuliner radisional. Salah satu yang selalu dicari wisatawan maupun warga lokal adalah surabi, makanan berbahan dasar tepung beras yang dimasak di atas tungku.
Surabi Cihapit (Foto: GMAPS)
Beranda 01 Sep 2025, 09:16 WIB

Saat Hati Rakyat yang Tersakiti Meledak: Kronik Kemarahan dan Kekecewaan di Jalanan Kota Bandung

Ketidakpercayaan yang disuarakan menjadi pengingat bahwa demokrasi hanya akan bernapas sehat bila pengelola negara benar-benar mendengar aspirasi rakyatnya.
Suasana aksi solidaritas di Kota Bandung, Jumat, 29 Agustus 2025. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Gilang Fathu Romadhan)
Ayo Netizen 01 Sep 2025, 07:46 WIB

Panji Tengrorak, Animasi 2D Modern yang Mengangkat Budaya Lokal Indonesia

Panji Tengkorak hadir meramaikan perfilman Indonesia lewat Animasi 2D modern yang tentunya bisa menghadirkan pengalaman baru dalam menonton.
Animasi Panji Tengkorak (Sumber: Instagram | Falconpicture)
Ayo Netizen 31 Agu 2025, 20:55 WIB

Praktik Ekologis Rakyat: Menolak Gengsi, Melawan Siasat Pemasaran

Hidup ramah lingkungan sejati lahir dari praktik sehari-hari rakyat.
Ilustrasi ramah lingkungan. (Sumber: Pexels/Cats Coming)
Ayo Netizen 31 Agu 2025, 20:14 WIB

Belajar Ceramah, Menebar Risalah

Majlis ilmu tidak hanya menambah pengetahuan, justru memperhalus jiwa, menguatkan iman, dan menumbuhkan cinta yang benar kepada Allah, alam, lingkungan dan sesama umat manusia.
Kajian Talkshow di Masjid Raya Al-Jabbar, Gedebage (Sumber: AyoBandung | Foto: Mildan Abdalloh)
Beranda 31 Agu 2025, 19:16 WIB

Ahmad Sahroni, Nafa Urbach, Eko Patrio dan Uya Kuya Tumbang di Tangan Rakyat

Sikap dan pernyataan mereka dianggap nirempati dan melukai hati rakyat yang tengah berjibaku menghadapi kesulitan hidup.
Anggota DPR RI dari Komisi IX, Nafa Urbach, saat mengunjungi konstituennya di Wonosobo, Jawa Tengah. (Sumber: IG/nafaurbach)
Ayo Biz 31 Agu 2025, 19:05 WIB

Dari Filosofi Ninja ke Meja Makan, Urban Ninja dan Evolusi Rasa Jepang di Bandung

Fenomena kuliner Jepang di Bandung bukanlah hal baru, namun dalam lima tahun terakhir, pertumbuhannya meningkat pesat.
Urban Ninja, salah satu resto yang menggabungkan kecepatan layanan fast food dengan cita rasa autentik Jepang yang telah diadaptasi secara lokal. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Biz 31 Agu 2025, 16:30 WIB

Dari Ibu ke Anak, Kisah Goldmart Menjaga Kilau Warisan Keluarga Sejak 1991

Di balik kilau emas dan berlian yang menghiasi etalase Goldmart Jewelry, tersimpan kisah keluarga yang telah bertahan lebih dari tiga dekade.
Yolana Limman, generasi kedua dari keluarga pendiri Goldmart Jewelry. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 31 Agu 2025, 16:05 WIB

Whistle Blower di Mata Negara

Di Jabar, whistle blower di BAZNAS Jabar malah jadi tersangka setelah paparkan modus kurang sedap. Bagaimana ilmu pengetahuan menilainya?
Buku Hukum Perlindungan Saksi (Sumber: Ref | Foto: Refika Aditama)