Sejarah Pertempuran Gedung Sate, 4 Jam Jahanam di Jantung Bandung

Hengky Sulaksono
Ditulis oleh Hengky Sulaksono diterbitkan Kamis 14 Agu 2025, 15:10 WIB
Gedung Sate pernah jadi lokasi pertempuran antara kombatan Bandung dengan tentara Gurkha saat Sekutu menduduki Bandung pada 1945.

Gedung Sate pernah jadi lokasi pertempuran antara kombatan Bandung dengan tentara Gurkha saat Sekutu menduduki Bandung pada 1945.

AYOBANDUNG.ID - Suasana Bandung di akhir 1945 sudah seperti kota yang duduk di tepi kawah. Bau mesiu, asap pembakaran, dan ketegangan menghantui tiap sudut. Di jalan-jalan, anak-anak muda berseragam seadanya—seringkali hanya kemeja lusuh dan celana panjang—menenteng senjata rampasan dari Jepang. Di antara deretan bangunan kolonial yang megah, berdiri Gedung Sate, ikon arsitektur Hindia Belanda yang pada masa itu menjadi Kantor Departemen Pekerjaan Umum (Verkeer en Waterstaat).

Bagi Republik yang baru berdiri, gedung ini bukan sekadar kantor. Ia simbol bahwa pemerintahan Indonesia hadir di Bandung. Bagi Belanda yang datang membonceng pasukan Sekutu, Gedung Sate adalah target strategis. Letaknya di Bandung Utara—wilayah yang secara militer sudah mulai mereka kuasai—membuatnya seperti bendera merah yang berkibar di mata banteng.

Ledakan aktivitas revolusioner mulai terasa sejak 25 September 1945. Seperti dicatat dalam Peristiwa Perebutan Gedung Sate di Bandung Tahun 1945, para pemuda baik yang terorganisir maupun tidak, mulai berusaha untuk mengambil kendali dari Jepang. Setelah Jepang menyerah kepada Sekutu, kekosongan kekuasaan membuka ruang bagi republik muda untuk merebut pos-pos penting.

Tapi, perayaan itu tak berlangsung lama. Pada 4 Oktober 1945, tentara Inggris, serdadu Belanda, dan NICA masuk ke Bandung. Resminya, Inggris datang untuk melucuti Jepang dan membebaskan tawanan perang. Kenyataannya, mereka mengawal kembalinya administrasi kolonial Belanda.

Sejak saat itu, Bandung berubah menjadi kota terbelah. Utara dikuasai Sekutu dan Belanda, lengkap dengan markas, gudang logistik, dan pos pemeriksaan. Selatan tetap di tangan pejuang Indonesia, termasuk Tentara Rakyat Indonesia (TRI) dan laskar-laskar pemuda. Garis pemisahnya tidak selalu jelas, tapi semua orang tahu wilayah siapa yang aman untuk dilintasi.

Lokasi markas besar Sekutu berdiri tak jauh dari Gedung Sate. Gangguan terhadap Kantor Departemen PU mulai sering terjadi. “Tentara Sekutu hampir setiap hari mengacaukan Kantor Departemen,” tulis risalah yang diterbitkan akademisi Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung tersebut. Akhirnya, sejak awal November, hanya pegawai muda yang diizinkan masuk gedung. Mereka diberi perintah khusus: pertahankan kantor dan barang-barang negara di dalamnya, bahkan jika itu berarti mempertaruhkan nyawa.

Baca Juga: Sejarah Pertempuran Rawayan 1946, Gugurnya 43 Pemuda saat Bandung Terbelah Dua

Tanda-Tanda Badai

Saat memasuki pertengahan November, kota seperti memanas dari dalam. Baku tembak sporadis mulai terdengar hampir tiap malam. Jalan Braga, alun-alun, dan rel kereta jadi titik-titik ketegangan. Zona netral hampir tidak ada. Di malam hari, pemuda bersenjata sering berkumpul untuk menembaki pasukan Gurkha yang ditempatkan di Hotel Savoy Homann.

Puncaknya, pada akhir November, dua batalion Gurkha—sekitar 2.000 prajurit dari Nepal yang jadi pasukan tempur Inggris dan Belanda—berkonsentrasi di Bandung Utara. Gurkha bukan prajurit sembarangan. Mereka terkenal berani, kejam di medan perang, dan dilengkapi senjata modern.

Bagi para pentolan Angkatan Muda Pekerjaan Umum, situasinya jelas: pengepungan sudah di depan mata. Pada 29 November 1945, Didi Hardianto Kamarga, Ketua Angkatan Muda Verkeer en Waterstaat, datang ke markas Majelis Persatuan Priangan (MP3) bersama dua rekannya. Di hadapan Ketua Biro Pertahanan MP3, Soetoko, ia mengungkap kesediaannya menjadi martir untuk mempertahankan Gedung Sate.

“Saya dan kawan-kawan sanggup untuk mempertahankan kantor kami. Kami datang hendak meminta izin dan minta senjata,” kata Didi dipetik dari Gedung Sate Bandung (2009) karya Sudarsono Katam.

Soetoko menghargai semangat itu, tapi menyarankan mereka mengurungkan niat. Ia tahu lawan yang akan mereka hadapi. Namun tekad Didi dan kawan-kawan tak goyah. Akhirnya, Soetoko memberikan revolver pribadinya—senjata tunggal dari markas pertahanan untuk misi itu.

Tentara pribumi dengan senjata senapan mesin karabin Madsen dari KNIL. (Sumber: Wikimedia)
Tentara pribumi dengan senjata senapan mesin karabin Madsen dari KNIL. (Sumber: Wikimedia)

Baca Juga: Pemberontakan APRA Westerling di Bandung, Kudeta yang Percepat Keruntuhan RIS

3 Desember, Serbuan Badai Peluru Jahanam di Gedung Sate

Pagi 3 Desember 1945, suasana Bandung sudah panas sejak subuh. Sekitar pukul 11 siang, derap langkah berat mulai terdengar di sekitar Gedung Sate. Pasukan Gurkha datang dari berbagai arah. Di dalam, hanya ada 21 pemuda pegawai, sebagian masih belasan tahun.

Serangan dimulai dengan tembakan beruntun. Peluru menghantam dinding, kaca pecah, dan udara dipenuhi debu. Para pemuda membalas tembakan dengan senjata seadanya. Pertempuran itu berlangsung sengit. Mereka dikepung dan diserang dari segala penjuru. Jumlah pasukan Gurkha yang menyerbu para pemuda jauh lebih banyak.

Selama empat jam, Gedung Sate berubah menjadi benteng terakhir. Para pemuda memanfaatkan setiap sudut ruangan, jendela, dan pintu untuk menahan serbuan. Namun ketidakseimbangan jumlah dan persenjataan akhirnya mematahkan pertahanan. Pada pukul 14.00, sisa tembakan terhenti. Gedung Sate jatuh ke tangan Sekutu.

Tujuh pemuda dinyatakan hilang: Didi Hardianto Kamarga, Muchtaruddin, Soehodo, Rio Soesilo, Soebenget, Ranu, dan Soeharjono. Sisanya luka berat atau ringan. Bagi mereka yang selamat, pertempuran itu meninggalkan kenangan yang membekas seumur hidup.

Bagi Inggris, ini kemenangan taktis. Bagi Republik, ini kehilangan yang berat. John R.W. Smail dalam Bandung in the Early Revolution, 1945-1946 menulis bahwa Inggris memanfaatkan kekuatan yang superior untuk memaksa mundur lawan. Perebutan Gedung Sate hanyalah satu dari rangkaian operasi yang membuat banyak bangunan penting di Bandung Utara jatuh.

Keberadaan misterius tujuh pemuda itu baru terpecahkan sebagian pada Agustus 1952. Dari pencarian di sekitar lokasi pertempuran, hanya empat kerangka yang ditemukan. Mereka dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Cikutra. Tiga lainnya tak pernah ditemukan. Dua tanda peringatan dibuat di dalam Gedung Sate untuk mengenang mereka.

Pada 3 Desember 1951, Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga, Ir. Ukar Brata Kusumah, menyatakan mereka sebagai “Pemuda yang berjasa”. Tugu Prasasti Sapta Taruna didirikan di halaman belakang Gedung Sate, memuat nama tujuh pejuang itu. Sejak itu, setiap 3 Desember diperingati sebagai Hari Kebaktian Pekerjaan Umum.

Baca Juga: Riwayat Gedung Sate dan Jejak Para Insinyur Kolonial

Tak lama kemudian, sebuah batu besar di bekas lokasi pertempuran diresmikan menjadi Monumen Gedung Sate, penanda abadi bahwa di titik itu, sekelompok pemuda pernah berdiri melawan badai peluru demi republik yang baru lahir.

Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

News Update

Ayo Netizen 14 Agu 2025, 19:02 WIB

KDM yang Katanya Bahagia Digugat Soal Kebijakan Rombel 50 Siswa

KDM mengaku bahagia digugat untuk kebijakan rombel 50 anak. Akan tetapi, penggugat kemudian diintimidasi. Apa yang bisa ditarik pelajaran?
Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi mengatakan dirinya bahagia digugat Forum Kepala Sekolah SMA Swasta (FKSS) Jawa Barat. (Sumber: Diskominfo Depok)
Ayo Biz 14 Agu 2025, 18:04 WIB

Perjalanan Bisnis Over Easy Glamping, dari Keresahan Pribadi ke Gerakan Hijau

Over Easy bukan sekadar soal tenda dan fasilitas, Nico dan Steffi menciptakan pengalaman sekaligus ruang untuk menyampaikan nilai dan memberi dampak nyata.
Pemilik Over Easy Glamping Site, Nico Lauw. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Biz 14 Agu 2025, 16:49 WIB

Ketika Lukisan Menyatu dengan Kain, dan Sejarah Menyapa Masa Kini

El-Maestro lahir dari sebuah pertanyaan sederhana namun mendalam, bagaimana cara membuat anak muda mengenal dan mencintai seni lukis Indonesia.
El-Maestro lahir dari sebuah pertanyaan sederhana namun mendalam, bagaimana cara membuat anak muda mengenal dan mencintai seni lukis Indonesia. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 14 Agu 2025, 16:10 WIB

Ci Pasarangan Sungai Suci di Linggamanik

Di Jawa Barat, toponim Sarangan hanya satu, yaitu Ci Pasarangan.
Sawah bertingkat di Desa Linggamanik, dengan Ci Pasarangan yang tampak kering. (Sumber: Citra satelit: Google maps)
Ayo Biz 14 Agu 2025, 15:20 WIB

Cerita di Balik Makio Suki & Grill: Hangatnya Ide di Tengah Dinginnya Bandung

Berawal dari obrolan santai antara dua sahabat, ide mendirikan kedai suki dan grill muncul bukan dari ambisi besar, melainkan dari pengalaman pribadi.
Berawal dari obrolan santai antara dua sahabat, ide mendirikan kedai suki dan grill muncul bukan dari ambisi besar, melainkan dari pengalaman pribadi. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Jelajah 14 Agu 2025, 15:10 WIB

Sejarah Pertempuran Gedung Sate, 4 Jam Jahanam di Jantung Bandung

Sejarah 4 jam kisah 21 pemuda mempertahankan Gedung Sate dari serangan pasukan Gurkha di Bandung pada 3 Desember 1945.
Gedung Sate pernah jadi lokasi pertempuran antara kombatan Bandung dengan tentara Gurkha saat Sekutu menduduki Bandung pada 1945.
Ayo Netizen 14 Agu 2025, 15:02 WIB

Kita Belum Merdeka

Selama 80 tahun, secara formal Indonesia merdeka, tapi secara kenyataan masih sengsara.
Warga membeli bendera merah putih di Jalan Ahmad Yani, Kota Bandung, Rabu 2 Agustus 2023. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Irfan Al-Faritsi)
Ayo Biz 14 Agu 2025, 14:12 WIB

Seberapa Penting Memakai Sepatu Haji Umroh Saat Ibadah di Tanah Suci?

Sepatu haji umroh adalah alas kaki yang dirancang khusus untuk mendukung kenyamanan dan keselamatan jamaah selama menjalani rangkaian ibadah di Tanah Suci. Bentuknya berupa sandal atau sepatu sandal
Ilustrasi Ibadah Haji dan Umroh saat sai. (Foto: Dok. Ayobandung.com)
Ayo Biz 14 Agu 2025, 12:31 WIB

Budidaya Kopi Leberika, Petani Bandung Barat Berhasil Lestarikan Warisan Flora Belanda

Di tengah dominasi kopi arabika dan robusta, seorang petani asal Kampung Lembang, Desa Mukapayung, Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat, justru menapaki jalur berbeda. Ia menanam kopi yang tak b
Petani Kopi Liberika di Bandung Barat. (Foto: Dok. Ayobandung.com)
Ayo Biz 14 Agu 2025, 11:50 WIB

Dari Rugi sampai Ditipu, Yanti Tak Kapok Ikuti Bazar Demi Pasarkan Baso Tahu Yoga

Sudah tiga tahun, Yanti Suryanti mengikuti bazar demi memasarkan Baso Tahu Yoga, usaha kuliner yang ia jalankan bersama sang suami, Sunarjo. Bagi Yanti, bazar bukan sekadar tempat berjualan, tapi juga
Yanti Suryanti, Owner Baso Tahu Yoga saat mengikuti bazar. (Foto: Dok. Baso Tahu Yoga)
Beranda 14 Agu 2025, 10:42 WIB

Inovasi Lingkungan dari Warga Antapani Tengah: Satu Ton Sampah Raib Setiap Minggu

Di atas lahan seluas 1.000 meter persegi, Dody bersama 11 orang lainnya berhasil mengurangi beban pengiriman sampah Kota Bandung ke TPA sebanyak 1 ton per minggu.
Dody Iriana Memed menjadi sosok yang menggulirkan program pengolahan sampah dan urban farming di Jasmine Integrated Farming di Kelurahan Antapani Tengah, Kecamatan Antapani, Kota Bandung. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Muslim Yanuar Putra)
Ayo Netizen 14 Agu 2025, 09:40 WIB

Jawa Barat ‘Beunghar ku Opak’: Siapa Paling Enak dan Juara?

Opak itu bukan produksi Banjaran, melainkan diproduksi oleh sebuah kampung yang bernama Bojong Kunci.
Toko Opak Ranca Tungku--tetangga Kampung Bojong Kunci. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dudung Ridwan)
Ayo Jelajah 14 Agu 2025, 06:10 WIB

Sejarah Pramuka Indonesia Berawal dari Padvinders Hindia Belanda era Kolonial

Perjalanan kepanduan Indonesia sejak 1912, dari Padvinders, Pandu Rakyat, hingga lahirnya Gerakan Pramuka.
Sri Sultan Hamengkubuwono IX menerima penghargaan tertinggi Pramuka Dunia Bronze Wolf (Serigala Perunggu) dari Presiden World Scout Conference dalam sebuah upacara di Silang Monas, Jakarta, 1 Juni 1974. (Sumber: Pramuka DIY)
Ayo Netizen 13 Agu 2025, 21:05 WIB

Representasi Kemiskinan di Indonesia, Bukan Soal Angka tapi Realitas yang Ada

Kemiskinan bukan sekedar data statistik yang berpotensi bisa di utak-atik.
Bank Dunia lewat sebuah laporan menyebutkan bahwa jumlah masyarakat miskin di indonesia pada 2024 berjumlah 164 juta penduduk atau 68.2% penduduk Indonesia. (Sumber: Pexels/Raiza Azkaril)
Ayo Netizen 13 Agu 2025, 18:43 WIB

Kapan Terakhir Kali Seorang Anak Bilang: Aku Senang ke Sekolah?

Opini ini menggambarkan bagaimana keadaan pendidikan kita yang masih belum mampu membangun nalar kritis anak didiknya.
Opini ini menggambarkan bagaimana keadaan pendidikan kita yang masih belum mampu membangun nalar kritis anak didiknya. (Sumber: Pexels/Haidar Azmi)
Ayo Biz 13 Agu 2025, 17:37 WIB

Cerita di Balik Holycow!, Wynda Mardio dan Pesta Steak Tanpa Batas

Tren makan sepuasnya bukan lagi sekadar gaya hidup hotel berbintang, konsep ‘all you can eat’ kini menjelma jadi fenomena kuliner yang digandrungi.
Wynda Mardio, sosok pendiri sekaligus penggagas konsep makan sepuasnya di Holycow!. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 13 Agu 2025, 17:09 WIB

Peran Akuntan dalam Mencegah Praktik Greenwashing pada Laporan Keberlanjutan Perusahaan

Esai akademis ini membahas peran akuntan dalam menjaga transparansi informasi serta mencegah fenomena greenwashing.
Greenwashing adalah praktik menyesatkan yang dilakukan oleh perusahaan atau organisasi untuk memberikan kesan bahwa produk, layanan, atau operasi mereka lebih ramah lingkungan. (Sumber: Pexels/Alena Koval)
Ayo Biz 13 Agu 2025, 16:05 WIB

Terobosan dari Tanaman Liar untuk Odapus, Dari Keresahan Menjadi Harapan

Diagnosis Lupus sering datang terlambat karena menyamar dalam berbagai bentuk, membuat penderita tak menyadari tubuh mereka sedang melawan diri sendiri.
Prof. Afifah Sutjiatmo dan Prof. Elin Yulinah berhasil mengembangkan obat herbal dari tanaman cecendet atau ciplukan. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 13 Agu 2025, 15:12 WIB

Fenomena People Nearby: Sekadar Cari Teman atau Tren Selingkuh Digital Gaya Baru Anak Muda Bandung?

Cari teman baru lewat People Nearby? Hati-hati, interaksi yang awalnya cuma iseng ngobrol bisa berkembang menjadi selingkuh digital.
Seorang perempuan menggunakan fitur people nearby di ponselnya. (Sumber: pexels.com | Foto: cottonbro studio)
Ayo Biz 13 Agu 2025, 14:48 WIB

Kulit Sehat di Tengah Kota: Tren Perawatan Wajah yang Berkembang di Bandung

Di tengah ritme kehidupan kota Bandung yang semakin cepat, perawatan kulit wajah telah bertransformasi dari sekadar rutinitas menjadi kebutuhan utama.
Perawatan kulit di MS Glow Aesthetic Clinic Kota Bandung. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)