Mengapa Mereka Menjadi Sangat Marah?

Andres Fatubun
Ditulis oleh Andres Fatubun diterbitkan Minggu 31 Agu 2025, 15:38 WIB
Pengunjuk rasa melempari Gedung DPRD Jawa Barat, Jalan Diponegoro, Kota Bandung pada Jumat, 29 Agustus. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Irfan Al-Faritsi)

Pengunjuk rasa melempari Gedung DPRD Jawa Barat, Jalan Diponegoro, Kota Bandung pada Jumat, 29 Agustus. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Irfan Al-Faritsi)

AYOBANDUNG.ID – Selama akhir pekan ini sejumlah aksi unjuk rasa yang akhirnya berujung pada pembakaran terjadi di sejumlah daerah di Indonesia.

Kemarahan publik ini sebenarnya bukan datang dari satu insiden saja, melainkan akumulasi dari berbagai isu yang selama ini terpendam. Ucap-ucapan arogan anggota DPR, ditambah dengan aksi joget anggota dewan di tengah penderitaan ekonomi rakyat, bak bensin yang disiramkan ke kobaran api.

Kesenjangan yang begitu nyata antara gaya hidup mewah para pejabat dan realitas perjuangan hidup masyarakat membuat demonstrasi yang awalnya menuntut perbaikan upah kini berubah menjadi seruan reformasi yang lebih besar. Insiden tragis yang merenggut nyawa pengemudi ojek online menjadi pemicu yang membuat seluruh amarah itu meledak.

Pada Kamis, 28 Agustus 2025, aksi demonstrasi besar yang awalnya berlangsung damai di depan Gedung DPR/MPR Jakarta, berubah menjadi kerusuhan hingga menelan korban jiwa.

Demo dimulai sejak pagi dengan ribuan buruh yang menuntut penghapusan sistem outsourcing dan penolakan upah murah, namun situasi berbalik setelah giliran mahasiswa mengambil alih aksi pada siang hari.

Sejak pukul 09.00 WIB, ribuan buruh dari Jabodetabek dan Karawang memadati kawasan DPR. Mereka tergabung dalam gerakan Hostum dan menyuarakan enam tuntutan utama, mulai dari perbaikan upah hingga kesejahteraan pekerja. Aksi yang juga digelar serentak di sejumlah kota besar itu berjalan tertib, bahkan semula direncanakan menuju Istana Presiden, namun akhirnya dipusatkan di DPR.

Dalam orasi yang lantang, para pimpinan buruh menyoroti kesenjangan gaji antara pekerja dengan wakil rakyat. Mereka menegaskan perjuangan buruh untuk sekadar menaikkan upah beberapa ratus ribu sangat sulit, sementara anggota dewan bisa menaikkan tunjangan dengan mudah. Sorakan massa menguatkan ancaman mogok nasional bila tuntutan diabaikan. Hingga siang, aksi berjalan damai tanpa insiden berarti.

Sementara itu, aparat kepolisian sejak pagi telah melakukan langkah pencegahan agar pelajar tidak ikut turun ke jalan. Surat edaran juga dikeluarkan Sekretariat Jenderal DPR agar ASN dan tenaga ahli bekerja dari rumah demi mengantisipasi potensi gangguan. Namun selepas pukul 13.00 WIB, aksi menyampaikan aspirasi dengan damai berubah tegang.

Polisi menurunkan water cannon, sementara pengunjuk rasa merespons dengan lemparan batu, petasan, hingga bom molotov. Bentrokan pun pecah dan menyebabkan penutupan Jalan Gatot Subroto serta tol dalam kota.

Kericuhan semakin meluas hingga sore menjelang malam. Aparat menembakkan gas air mata untuk membubarkan massa yang bertahan di sejumlah kawasan penting di Jakarta.

Puncak tragedi terjadi sekitar pukul 7 malam, ketika sebuah kendaraan taktis Brimob melindas seorang pengemudi ojek online, Affan Kurniawan, di kawasan Bendungan Hilir. Meski sempat dibawa ke rumah sakit, nyawanya tak tertolong. Peristiwa ini memicu kemarahan massa yang menuntut pertanggungjawaban aparat.

Massa yang sebagian besar adalah pengemudi ojek online mendatangi markas Brimob Kwitang dan bentrokan kembali terjadi. Belasan kendaraan hangus dibakar.

Sementara Kapolri kemudian menyampaikan permintaan maaf terbuka dan berjanji menindak tegas oknum yang terlibat. Aksi 28 Agustus 2025 pun tercatat sebagai salah satu demo terbesar sekaligus paling tragis tahun ini.

Di waktu bersamaan terjadi juga unjuk rasa di beberapa kota lainnya, termasuk di Kota Bandung.

Ucapan Tolol Sahroni

Kemarahan warga ini dipicu oleh kekecewaan yang sudah menumpuk. Salah satunya adalah akibat dari ucapan Anggota DPR RI dari Fraksi Partai NasDem, Ahmad Sahroni, menjadi yang dinilai merendahkan rakyat. Paling menyulut amarah adalah pernyataannya yang menyebut masyarakat yang menyerukan pembubaran DPR sebagai “orang tolol sedunia”. Ucapan tersebut disampaikan ketika ia menanggapi gelombang kritik terhadap institusinya.

Kemarahan publik semakin meluas setelah potongan video ucapannya viral di media sosial. Banyak yang menilai Sahroni bukan hanya gagal menjaga etika, tetapi juga memperlihatkan sikap arogan terhadap suara rakyat. Kritik keras pun muncul, baik dari masyarakat sipil maupun kelompok mahasiswa yang merasa tersinggung dan semakin kehilangan kepercayaan pada DPR. Situasi ini ikut memperburuk tensi politik di tengah gelombang demonstrasi yang sudah merebak di berbagai kota.

Aksi Joget-joget

Kemarahan publik terhadap DPR tidak hanya dipicu oleh ucapan Ahmad Sahroni yang menyebut rakyat sebagai orang tolol, tetapi juga oleh aksi joget sejumlah anggota dewan dalam sidang tahunan MPR. Dalam acara resmi negara yang digelar pada 15 Agustus 2025, beberapa legislator, termasuk figur publik yang kini menjadi anggota DPR, tampil berjoget mengikuti alunan lagu daerah. Momen itu sontak viral dan menuai kecaman keras dari masyarakat luas.

Banyak pihak menilai aksi tersebut sangat tidak peka terhadap situasi. Di tengah kondisi ekonomi yang masih sulit, rakyat harus berjuang memenuhi kebutuhan pokok, sementara para wakilnya justru menunjukkan euforia yang dianggap berlebihan.

Kritik makin deras setelah informasi mengenai pendapatan anggota DPR periode 2024–2029 tersebar luas. Dengan gaji pokok dan berbagai tunjangan, termasuk tunjangan perumahan hingga Rp50 juta, anggota DPR disebut bisa membawa pulang pendapatan bersih sekitar Rp100 juta per bulan

Akumulasi antara ucapan merendahkan rakyat, aksi joget yang dianggap tidak pantas, serta kenyataan mengenai besarnya pendapatan anggota DPR semakin mempertebal jarak antara wakil rakyat dengan konstituennya. Kritik publik pun membanjir di media sosial hinga terwujud menjadi aksi di jalanan.

Suasana di depan Gedung DPRD Jawa Barat pada Jumat, 29 Juli 2025. Tampak kobaran api dari mess MPR. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Gilang Fathu Romadhan)
Suasana di depan Gedung DPRD Jawa Barat pada Jumat, 29 Juli 2025. Tampak kobaran api dari mess MPR. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Gilang Fathu Romadhan)

Aksi Pembakaran

Gelombang demonstrasi yang dipicu kematian seorang pengemudi ojek online, Affan Kurniawan, akibat tertabrak kendaraan taktis polisi di Jakarta, berubah menjadi amarah yang tak terbendung di berbagai daerah. Publik yang sudah gerah oleh besarnya tunjangan anggota legislatif turut menuai gejolak yang lebih luas: mulai dari kemarahan terhadap ketidakadilan ekonomi hingga kritik keras terhadap penegakan hukum. Demonstrasi ini menjadi titik ledak pengungkapan ketidakpuasan yang telah lama membuncah.

Aksi yang diikuti oleh mahasiswa, pengemudi ojol, dan warga sipil ini menyasar sejumlah titik seperti Markas Komando Brimob Kwitang, Mapolda Metro Jaya, DPR/MPR, serta halte-halte transportasi umum.

Massa melempari petugas dan melanjutkan dengan pembakaran fasilitas umum, termasuk halte Transjakarta dan pos polisi. Bahkan, mobil yang berada di sekitar lokasi juga dirusak dan dibakar massal.

Tidak sedikit fasilitas transportasi yang menjadi sasaran kerusuhan. Halte Transjakarta, termasuk yang berada di kawasan Senen, dan beberapa halte MRT rusak parah akibat dibakar massa. Selain itu, halte bus dan sejumlah bangunan publik di sekitar Senen dan Istora Mandiri juga hancur. Transportasi publik seperti Transjakarta dan MRT bahkan sempat terhenti operasionalnya.

Di tengah eskalasi aksi, massa juga membakar pos polisi dan pagar pembatas di Polda Metro Jaya serta Mako Brimob Kwitang. Tentara Marinir dan pasukan Kostrad pun dikerahkan sebagai upaya penahan yang strategis.

Sisa rangka mobil dan motor serta bangunan mess MPR di Kota Bandung habis dibakar massa unjukrasa pada Jumat 29 Agustus 2025. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Irfan Al-Faritsi)
Sisa rangka mobil dan motor serta bangunan mess MPR di Kota Bandung habis dibakar massa unjukrasa pada Jumat 29 Agustus 2025. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Irfan Al-Faritsi)

Sementara di Makassar, Sulawesi Selatan, massa demonstran menyerbu dan membakar kantor DPRD. Kebakaran ini merenggut tiga nyawa—termasuk staf dewan dan pegawai sipil—sementara beberapa lainnya terluka akibat terjun menyelamatkan diri. Beberapa korban dilaporkan tergulung oleh kobaran dan jebakan kebakaran tersebut.

Pembakaran tidak hanya terjadi di Makassar, tetapi juga terjadi di gedung DPRD di Cirebon, di mana massa merusak dan menjarah fasilitas: meja, komputer, televisi, hingga pagar besi diambil dan dibawa. Sementara di Bandung, aksi demonstrasi pecah menjadi kerusuhan dengan membakar bangunan milik MPR dan bahkan rumah milik instansi negara.

Rumah Anggota DPR Dijarah

Tak puas dengan simbol institusi, massa bergerak menuju rumah para anggota DPR yang namanya beredar luas di media sosial. Dalam dua hari berturut-turut, kediaman Ahmad Sahroni di Tanjung Priok, Eko Patrio di Jakarta Selatan, Uya Kuya, hingga Nafa Urbach di Tangerang Selatan menjadi sasaran amuk massa.

Sabtu (30/8/2025) siang, rumah Ahmad Sahroni di Jalan Swasembada Timur XXII, Kebon Bawang, Tanjung Priok, Jakarta Utara, didatangi ratusan orang. Awalnya mereka berorasi meminta Sahroni keluar rumah. Namun setelah tahu politisi NasDem itu tidak ada di tempat, kerumunan merangsek masuk. Koleksi mobil mewahnya tidak terselamatkan. Massa juga membawa keluar berbagai barang dari dalam rumah.

Video yang beredar di media sosial memperlihatkan warga tampak puas. Beberapa bahkan berseloroh bahwa jumlah mobil Sahroni terlalu sedikit untuk dihancurkan. Tidak terlihat aparat kepolisian di lokasi saat kejadian. Tetangga yang sempat berusaha menutup portal jalan akhirnya pasrah ketika massa semakin banyak berdatangan.

Namun amarah massa tidak berhenti di Tanjung Priok. Malam harinya, rumah Eko Hendro Purnomo alias Eko Patrio di kawasan Setiabudi, Jakarta Selatan, disatroni ratusan orang. Rekaman video menunjukkan perabotan, pakaian, barang elektronik, hingga tas bermerek keluar dari rumah mewah Wakil Ketua Komisi VI DPR itu.

Kondisi rumah Eko porak-poranda, penuh serpihan kaca dari jendela dan pintu yang dipecahkan. Warga dari berbagai kalangan terlihat hilir-mudik membawa barang.

Tak lama kemudian, giliran rumah selebritas sekaligus anggota DPR RI Uya Kuya yang digeruduk. Massa mendobrak pagar, merusak isi rumah, hingga mengacak-acak ruang keluarga.

Kemudian pada Minggu, 31 Agustus 2025, giliran rumah artis dan politikus Nafa Urbach di Kebayoran Residence, Pondok Aren, Tangerang Selatan, ikut dijarah.

Rangkaian penjarahan ini memperlihatkan bagaimana amarah publik yang awalnya dipicu pernyataan kontroversial seorang politisi melebar menjadi aksi liar.

Sikap Prabowo Subianto

Demonstrasi ini membawa dampak nasional yang berat. Presiden Prabowo Subianto bahlkan harus menunda kunjungannya ke China demi memantau situasi dalam negeri. Ia menegaskan akan menindak tegas pelaku kekerasan, sementara polisi melakukan ratusan penangkapan.

Selain jalur keamanan, Prabowo juga memilih pendekatan dialog dengan kekuatan masyarakat sipil. Pada Sabtu, 30 Agustus 2025, ia mengundang 16 organisasi masyarakat Islam ke kediamannya di Hambalang, Jawa Barat.

Tidak berhenti di situ, Presiden Prabowo juga menjadwalkan agenda politik penting di Istana Kepresidenan pada Minggu, 31 Agustus 2025. Ia memanggil sejumlah ketua umum partai politik dan menteri kabinet.

Perkembangan terakhir untuk meredam situasi agar terkendali, aktivitas masyarakat akan dibatasi hingga waktu yang belum ditentukan. Salah satunya kegiatan perkuliahan dan sekolah untuk sementara dilakukan secara jarak jauh.

Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

News Update

Beranda 15 Des 2025, 21:18 WIB

Tanda Kerusakan Alam di Kabupaten Bandung Semakin Kritis, Bencana Alam Meluas

Seperti halnya banjir bandang di Sumatera, kondisi alam di wilayah Kabupaten Bandung menunjukkan tanda-tanda kerusakan serius.
Warga di lokasi bencana sedang membantu mencari korban tertimbun longsor di Arjasari, Kabupaten Bandung. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Gilang Fathu Romadhan)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 20:05 WIB

Tahun 2000-an, Palasari Destinasi 'Kencan Intelektual' Mahasiswa Bandung

Tahun 2002, Palasari bukan sekadar pasar buku. Ia adalah universitas paralel bagi mahasiswa UIN Bandung.
 Tahun 2002, Palasari bukan sekadar pasar buku. Ia adalah universitas paralel bagi mahasiswa UIN Bandung (Sumber: ayobandung.com | Foto: Irfan Al-Farisi)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 19:25 WIB

Benang Kusut Kota Bandung: Penataan Kabel Tak Bisa Lagi Ditunda

Kabel semrawut di berbagai sudut Kota Bandung merusak estetika kota dan membahayakan warga.
Kabel-kabel yang menggantung tak beraturan di Jl. Katapang, Lengkong, Kota Bandung, pada Rabu (03/12/2025). (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Masayu K.)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 18:08 WIB

Menghangat di Hujan Bandung dengan Semangkuk Mie Telur Mandi dari Telur Dadar JUARA

“Mie Telur Mandi” dari sebuah kedai di Kota Bandung yang sedang ramai diperbincangkan di media sosial.
 “Mie Telur Mandi” dari sebuah kedai di Kota Bandung yang sedang ramai diperbincangkan di media sosial. (Sumber: Dokumentasi Penulis)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 17:14 WIB

Mengukus Harapan Senja di Jatinangor

Ketika roti kukus di sore hari menjadi kawan sepulang kuliah.
Roti-roti yang dikukus kembali sebelum diberi topping. (Foto: Abigail Ghaissani Prafesa)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 17:04 WIB

Selamat Datang di Kota Bandung! Jalan Kaki Bisa Lebih Cepat daripada Naik Kendaraan Pribadi

Bandung, yang pernah menjadi primadona wisata, kini menduduki peringkat sebagai kota termacet di Indonesia.
Deretan kendaraan terjebak dalam kemacetan pasca-hujan di Kota Bandung, (03/12/2025). (Foto: Zaidan Muafa)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 16:52 WIB

Cerita Kuliner Nasi Tempong dan Jalanan Lengkong yang tak Pernah Sepi

Salah satu kisahnya datang dari Nasi Tempong Rama Shinta, yang dahulu merasakan jualan di gerobak hingga kini punya kedai yang selalu ramai pembeli.
Jalan Lengkong kecil selalu punya cara menyajikan malam dengan rasa di Kota Bandung, (05/11/2025). (Foto: Zaki Al Ghifari)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 16:09 WIB

Lampu Lalu Lintas Bermasalah, Ancaman Kecelakaan yang Perlu Ditangani Cepat

Lampu lalu lintas di perempatan Batununggal dilaporkan menampilkan hijau dari dua arah sekaligus yang memicu kebingungan dan potensi kecelakaan.
Kondisi lalu lintas yang berantakan di perempatan Batununggal, Kota Bandung (4/12/25) (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Amelia Ulya)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 15:56 WIB

Terjangkau namun Belum Efisien, Trans Metro Pasundan di Mata Mahasiswa

Mahasiswa di Bandung memilih bus kota sebagai transportasi utama, namun masih menghadapi kendala pada rute, jadwal, dan aplikasi.
Suasana di dalam bus Trans Metro Pasundan di sore hari pada hari Selasa (2/12/2025). (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dheana Husnaini)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 15:16 WIB

Bandung di Tengah Ledakan Turisme: Makin Cantik atau Cuma Viral?

Artikel ini menyoroti fenomena turisme Bandung yang makin viral namun sekaligus makin membebani kota dan lingkungannya.
Sekarang Bandung seperti berubah jadi studio konten raksasa. Hampir setiap minggu muncul cafe baru dan semuanya berlomba-lomba tampil seestetik mungkin agar viral di TikTok. (Sumber: Dokumentasi Penulis)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 14:36 WIB

Jalan Baru Literasi dan Numerasi di Indonesia: Berkaca pada Pendidikan Finlandia

Rendahnya kemampuan literasi dan numerasi siswa Indonesia berdasarkan data PISA dan faktor penyebabnya.
Butuh kerjasama dan partisipasi dari berbagai pihak dalam rangka mewujudkan pendidikan terbaik bagi anak-anak negeri ini. (Sumber: Pexels/Agung Pandit Wiguna)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 14:28 WIB

Tahu Bakso di Pasar Sinpasa Summarecon Bandung: Lezatnya Paduan Tradisi dan Urban Vibes

Di sekitar Pasar Modern Sinpasa Summarecon Bandung, salah satu tenant mampu menarik perhatian siapa saja yang lewat: tahu bakso enak.
Tahu Bakso Enak. (Sumber: dokumentasi penulis)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 12:06 WIB

Polemik Penerapan Restorative Justice di Indonesia sebagai Upaya Penyelesaian Perkara

Polemik restorative justice dibahas dengan menggunakan metode analisis normatif, namun pada bagian penjelasan contoh digunakan juga analisis sosiologis.
Ilustrasi hukum. (Sumber: Pexels/KATRIN BOLOVTSOVA)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 10:19 WIB

Babakan Siliwangi Perlu Cahaya: Jalur Populer, Penerangan Minim

Hampir setiap malam di wilayah Babakan Siliwangi penerangan yang minim masih menjadi persoalan rutin.
Suasana Babakan Siliwangi saat malam hari (4/12/2025) dengan jalanan gelap, mural warna-warni, dan arus kendaraan yang tak pernah sepi. (Sumber: Bunga Citra Kemalasari)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 10:00 WIB

Kunci 'Strong Governance' Bandung

Strong governance adalah salah satu kebutuhan nyata Bandung kiwari.
Suasana permukiman padat penduduk di pinggir Sungai Cikapundung, Tamansari, Kota Bandung. (Sumber: Ayobandung | Foto: Irfan Al Faritsi)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 08:31 WIB

Benarkah Budidaya Maggot dalam Program 'Buruan Sae' Jadi Solusi Efektif Sampah Kota Bandung?

Integrasi budidaya maggot dalam Program Buruan Sae menjadi penegasan bahwa pengelolaan sampah dapat berjalan seiring dengan pemberdayaan masyarakat.
Budidaya maggot di RW 9 Lebakgede menjadi upaya warga mengolah sampah organik agar bermanfaat bagi lingkungan sekitar. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Ikbal Tawakal)
Beranda 15 Des 2025, 07:48 WIB

Pembangunan untuk Siapa? Kisah Perempuan di Tengah Perebutan Ruang Hidup

Buku ini merekam cerita perjuangan perempuan di enam wilayah Indonesia, yakni Sumatera, Sulawesi, NTT, NTB, serta dua titik di Kalimantan, yang menghadapi konflik lahan dengan negara dan korporasi.
Diskusi Buku “Pembangunan Untuk Siapa: Kisah Perempuan di Kampung Kami” yang digelar di Perpustakaan Bunga di Tembok, Bandung, Minggu (14/12/2025).
Beranda 15 Des 2025, 07:32 WIB

Diskusi Publik di Dago Elos Angkat Isu Sengketa Lahan dan Hak Warga

Dari kegelisahan itu, ruang diskusi dibuka sebagai upaya merawat solidaritas dan memperjuangkan hak atas tanah.
Aliansi Bandung Melawan menggelar Diskusi Publik bertema “Jaga Lahan Lawan Tiran” pada 12 Desember 2025 di Balai RW Dago Elos, Kota Bandung. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Halwa Raudhatul)
Ayo Biz 15 Des 2025, 07:16 WIB

Berawal dari Kegelisahan, Kini Menjadi Bisnis Keberlanjutan: Perjalanan Siska Nirmala Pemilik Toko Nol Sampah Zero Waste

Toko Nol Sampah menjual kebutuhan harian rumah tangga secara curah. Produk yang ia jual sudah lebih dari 100 jenis.
Owner Toko Nol Sampah, Siska Nirmala. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Toni Hermawan)
Ayo Netizen 14 Des 2025, 20:09 WIB

Good Government dan Clean Government Bukan Sekadar Narasi bagi Pemkot Bandung

Pentingnya mengembalikan citra pemerintah daerah dengan sistem yang terencana melalui Good Government dan Clean Government.
Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan,