Meme Mahasiswa ITB Tak Lulus Sensor Kekuasaan

Hengky Sulaksono Gilang Fathu Romadhan
Ditulis oleh Hengky Sulaksono , Gilang Fathu Romadhan diterbitkan Senin 12 Mei 2025, 11:23 WIB
Ilustrasi sensor kebebasan berekspresi (Sumber: iStock)

Ilustrasi sensor kebebasan berekspresi (Sumber: iStock)

AYOBANDUNG.ID - Sosok mahasiswi Seni Rupa ITB itu mungkin tidak menyangka bahwa karya terbesarnya sejauh ini bukan lukisan cat minyak, bukan pula instalasi eksperimental di galeri kampus. Tapi sebuah meme. Bukan karya monumental, apalagi komisional. Cuma sebuah gambar digital yang menyatukan dua tokoh nasional: Prabowo Subianto dan Joko Widodo, dalam pose yang tidak biasa.

Sesuatu yang, secara teknis, bisa dihasilkan oleh mahasiswa semester awal yang baru belajar Photoshop. Tapi kali ini, meme itu dianggap terlalu kreatif. Terlalu melampaui batas. Sampai-sampai negara merasa perlu turun tangan.

Perempuan berinisial SSS itu dibawa paksa dari indekosnya di Jatinangor, 6 Mei lalu. Informasi awal muncul di media sosial, melalui akun @MurtadhaOne1 yang mengabarkan breaking news.

"Dapat info Mahasiswi SRD ITB barusan diangkut bareskrim karena meme WOWO yang dia buat.”

Sementara masyarakat sibuk bertanya siapa gerangan sosok tersebut, polisi tidak sibuk bertanya. Mereka langsung bergerak. Meme itu dianggap cukup untuk menjerat SSS dengan Undang-Undang ITE.

“Benar, seorang perempuan berinisial SSS telah ditangkap dan diproses,” kata Brigadir Jenderal Polisi Trunoyudo Wisnu Andiko kepada wartawan di Jakarta.

Bahwa meme tersebut menyerempet figur publik yang memiliki pengaruh besar tampaknya tidak dianggap kebetulan.

Salah satu yang segera bereaksi adalah Keluarga Mahasiswa ITB. Mereka tidak menyebut meme itu karya agung, tidak juga membelanya mati-matian. Tapi mereka tahu: yang dipertaruhkan bukan sekadar akun X dan gambar PNG. Yang dipertaruhkan adalah kebebasan berbicara, sesuatu yang belakangan ini terasa makin langka, seperti udara bersih di Dago pada jam sibuk.

“Bahwa, membungkam satu suara kritis adalah ancaman bagi kebebasan bagi seluruh rakyat Indonesia,” ujar Ketua KM ITB, Farrel Faiz, 9 Mei 2025.

Bagi Farrel, penahanan ini bukan hanya soal hukum, tapi juga tentang ruang demokrasi yang makin menyempit. “Hari ini, satu dari kami ditindas. Maka seluruh keluarga KM ITB bersuara. Patah tumbuh, hilang berganti. Gugur satu, tumbuh seribu.”

Di sisi lain, pihak kampus ITB menempuh jalan kehati-hatian. Status SSS, kata mereka, masih mahasiswa aktif. Belum ada keputusan hukum, belum ada sanksi akademik. Masih terdaftar.

Orang tua SSS sudah datang ke kampus. Sudah minta maaf, kata Humas ITB. Permintaan maaf atas apa, tidak dijelaskan.

Yang jelas, aparat tidak merasa lucu. Meme itu ditafsir sebagai pelanggaran Pasal 45 ayat 1 juncto Pasal 27 ayat 1 dan/atau Pasal 51 ayat 1 juncto Pasal 35 dari UU ITE. Ada kata “kesusilaan” di sana. Kata yang tidak punya definisi tetap tapi bisa digunakan secara fleksibel. Ia seperti jaring ikan: bisa selektif, bisa massal. Tergantung siapa yang melempar.

Farrel Faiz mengatakan bahwa SSS tidak pernah dipanggil sebelumnya. Penjemputan itu, menurutnya, dilakukan “secara paksa”. Teman-temannya sudah mencoba mendampingi, tapi tidak banyak yang bisa mereka lakukan ketika sebuah institusi bersenjata memutuskan bahwa seni rupa digital adalah tindak pidana.

Sejak meme itu viral, SSS juga disebut mendapat teror digital dan intimidasi. Bentuknya tidak disebutkan. Tapi tekanan seperti ini punya dampak panjang, bahkan setelah perkara hukum selesai. Pikiran seseorang bisa lebih luka daripada tubuhnya.

Dan ini boleh jadi bukan hanya soal satu meme. Dalam pernyataan terbuka, mahasiswa ITB menyebut bahwa ada mahasiswa di kampus lain yang mengalami kriminalisasi dengan motif serupa.

"Di kampus-kampus lain itu mengalami hal yang serupa juga. Ada temannya atau ada mahasiswa di kampus lain yang dikriminalisasi dengan motif yang serupa," katanya.

Solidaritas pun sedang dirajut. Perlahan, tapi ada. Karena mereka tahu, hari ini satu dibawa, besok bisa dua, lalu sepuluh. Seperti virus, ketakutan bisa menular lebih cepat dari meme itu sendiri.

Penguasa negara punya aparat, pasal, dan instrumen kekuasaan. Mahasiswa hanya punya solidaritas, bahasa, dan suara. Tapi sejarah negeri ini mencatat: sering kali suara-suara kecil itulah yang menciptakan perubahan.

Kasus ini mungkin akan terus bergulir. SSS akan melalui proses hukum yang panjang. Tapi yang jelas, ia telah mencatatkan satu hal: di negara ini, sebuah meme bisa jadi perkara serius. Dan seni, bahkan dalam bentuk yang paling sederhana, bisa menjadi medium yang paling subversif.

Soal apakah meme itu pantas? Apakah gambar itu melewati batas? Itu diskusi estetika yang sah. Tapi menurunkan aparat dan menjerat seseorang karena satu unggahan digital adalah langkah yang mencerminkan hal yang sama sekali lain.

Pada 11 Mei 2025, penahanan itu ditangguhkan. Alasan utamanya: kemanusiaan. SSS dianggap masih perlu menyelesaikan kuliahnya. “Penanggulangan penahanan ini diberikan tentu mendasari pada aspek pendekatan kemanusiaan,” kata Trunoyudo.

Pihak keluarga dan SSS sendiri telah menyampaikan permintaan maaf atas kegaduhan yang ditimbulkan. Polisi menilai ada itikad baik dari tersangka dan keluarganya, termasuk penyesalan atas tindakan yang dilakukan.

ITB, sebagai institusi pendidikan, menyatakan akan menjalankan proses pembinaan terhadap SSS. Nurlaela Arief menyampaikan kampus akan memberikan pendampingan untuk memperkuat pemahaman mahasiswi terhadap etika berkomunikasi dan penggunaan media digital.

“ITB berkomitmen untuk mendidik, mendampingi dan membina mahasiswi tersebut untuk dapat menjadi pribadi dewasa yang bertanggung jawab, menjunjung tinggi adab dan etika dalam menyampaikan pendapat dan berekspresi,” kata dia.

Setelah semua kegaduhan ini, SSS akan kembali ke kampus. Ia tak dihukum, tapi dibina. Bahasa yang digunakan tetap tenang, terukur, dan legal. Tapi barangkali dalam ketenangan itu, ada pesan yang lebih kuat dari teriakan: berhati-hatilah, bahkan ketika hanya mengunggah sebuah gambar.

Pembinaan adalah kata yang sering dipakai dalam lembaran-lembaran masa lalu. Kini ia kembali, dengan format baru: diskusi, literasi, kuliah umum. Namun esensinya tetap: sebuah pengingatan bahwa kebebasan itu boleh saja, selama tak terlalu jauh, tak terlalu keras, dan tak terlalu menyentuh yang atas.

Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

News Update

Ayo Biz 01 Sep 2025, 20:26 WIB

Screamous: Ketika Streetwear Menjadi Kanvas Kolaborasi Dunia

Didirikan awal tahun 2000-an, Screamous lahir dari semangat anak muda Bandung yang ingin menyuarakan identitas melalui fashion.
Koleksi kolaborasi Screamous x Usugrow. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 01 Sep 2025, 20:14 WIB

Kota Bandung, Tren, dan Ironi Kolonialisme

Kota penuh perhatian. Ada budaya pop juga sejarah melawan penjajahan. Indah tapi juga penuh masalah.
Tukang becak di Kota Bandung. (Sumber: Pexels/Try Sukma Wijaya)
Ayo Biz 01 Sep 2025, 19:35 WIB

Dari Kandang ke Kedai, Spill&Bites dan Rasa yang Meresap

Spill&Bites dan ide bisnis mereka mengolah peluang dari hulu ke hilir, dari peternakan hingga meja makan.
Spill&Bites, hasil evolusi dari industri peternakan ayam yang melihat peluang lebih besar di dunia makanan cepat saji. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Biz 01 Sep 2025, 18:01 WIB

Dari Bank ke Dapur: Andri dan Daimata yang Meracik Peluang dari Pedasnya Sambal Lokal

Daimata adalah misi Andri untuk mengangkat kuliner lokal, sambal khas Indonesia agar bisa dinikmati siapa saja, kapan saja, tanpa kehilangan cita rasa aslinya.
Andri Ganamurti selaku Owner dari brand Daimata, produk UMKM sambal dalam kemasan. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 01 Sep 2025, 17:41 WIB

Bursa Digital, Pajak Karbon, dan Agenda Keberlanjutan dalam APBN

Pajak karbon dan bursa digital dapat menjadi alat penting dalam agenda keberlanjutan dalam APBN.
Ilustrasi Lingkungan (Sumber: Pixabay.com | Foto: Pixabay)
Ayo Jelajah 01 Sep 2025, 15:52 WIB

Sejarah Hari Jadi Kota Bandung, Kenapa 25 September?

Bandung pernah rayakan ulang tahun 1 April, tapi kini 25 September jadi tanggal resmi berdirinya kota. Penetapan 25 September 1810 lahir dari riset sejarah panjang.
Alun-alun Bandung tahun 1920-an. (Sumber: KITLV)
Ayo Netizen 01 Sep 2025, 15:19 WIB

Apakah Damkar Representasi Pahlawan Sesungguhnya Negeri Ini?

Fenomena "minta tolong ke damkar" sedang ramai di masyarakat.
Nyatanya Damkar Lebih Dipercaya Masyarakat (Sumber: Pexels/Muallim Nur).
Ayo Biz 01 Sep 2025, 14:05 WIB

Sajikan Biji Kopi Kabupaten Bandung, BJR Coffee Tawarkan Kualitas Citarasa yang Konsisten

Berawal dari hobi, Dinda Gemilang sukses membangun bisnis kopi dengan brand Kopi BJR. Bahkan konsumen Dinda berasal dari berbagai daerah di luar Bandung.
Kopi BJR (Foto: Rizma Riyandi)
Ayo Jelajah 01 Sep 2025, 13:16 WIB

Jejak Sejarah Gempa Besar di Sesar Lembang, dari Zaman Es hingga Kerajaan Pajajaran

Sejarah gempa besar di Sesar Lembang ungkap potensi magnitudo 7. Gempa raksasa purba ini sudah terlacak sezak Zaman Es akhir hingga Kerajaan Pajajaran di abad ke-15.
Ilustrasi gempa besar akibat Sesar Lembang di Bandung di abad ke-15.
Ayo Biz 01 Sep 2025, 13:00 WIB

Helm, Bukan Hanya Pelindung Kepala Tapi Juga Sarana Investasi

Helm adalah alat pelindung kepala yang dirancang untuk menjaga keselamatan penggunanya. Biasanya terbuat dari bahan keras di bagian luar seperti plastik berkualitas tinggi atau fiberglass, serta dilap
Ilustrasi Foto Helm (Foto: Unsplash)
Ayo Netizen 01 Sep 2025, 11:58 WIB

Samping Kebat Membalut Alegori Makna Agama

Agama diibaratkan selembar kain yang menemani manusia sejak lahir sampai mati. Ia hadir dalam hidup sehari-hari, memberi makna dan arah.
Ilustrasi pembuatan samping kebat. (Sumber: Pexels/Noel Snpr)
Ayo Biz 01 Sep 2025, 11:42 WIB

Surabi Cihapit, Cita Rasa Legendaris yang Bertahan di Tengah Pasar

Kota Kembang dikenal sebagai surganya kuliner radisional. Salah satu yang selalu dicari wisatawan maupun warga lokal adalah surabi, makanan berbahan dasar tepung beras yang dimasak di atas tungku.
Surabi Cihapit (Foto: GMAPS)
Beranda 01 Sep 2025, 09:16 WIB

Saat Hati Rakyat yang Tersakiti Meledak: Kronik Kemarahan dan Kekecewaan di Jalanan Kota Bandung

Ketidakpercayaan yang disuarakan menjadi pengingat bahwa demokrasi hanya akan bernapas sehat bila pengelola negara benar-benar mendengar aspirasi rakyatnya.
Suasana aksi solidaritas di Kota Bandung, Jumat, 29 Agustus 2025. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Gilang Fathu Romadhan)
Ayo Netizen 01 Sep 2025, 07:46 WIB

Panji Tengrorak, Animasi 2D Modern yang Mengangkat Budaya Lokal Indonesia

Panji Tengkorak hadir meramaikan perfilman Indonesia lewat Animasi 2D modern yang tentunya bisa menghadirkan pengalaman baru dalam menonton.
Animasi Panji Tengkorak (Sumber: Instagram | Falconpicture)
Ayo Netizen 31 Agu 2025, 20:55 WIB

Praktik Ekologis Rakyat: Menolak Gengsi, Melawan Siasat Pemasaran

Hidup ramah lingkungan sejati lahir dari praktik sehari-hari rakyat.
Ilustrasi ramah lingkungan. (Sumber: Pexels/Cats Coming)
Ayo Netizen 31 Agu 2025, 20:14 WIB

Belajar Ceramah, Menebar Risalah

Majlis ilmu tidak hanya menambah pengetahuan, justru memperhalus jiwa, menguatkan iman, dan menumbuhkan cinta yang benar kepada Allah, alam, lingkungan dan sesama umat manusia.
Kajian Talkshow di Masjid Raya Al-Jabbar, Gedebage (Sumber: AyoBandung | Foto: Mildan Abdalloh)
Beranda 31 Agu 2025, 19:16 WIB

Ahmad Sahroni, Nafa Urbach, Eko Patrio dan Uya Kuya Tumbang di Tangan Rakyat

Sikap dan pernyataan mereka dianggap nirempati dan melukai hati rakyat yang tengah berjibaku menghadapi kesulitan hidup.
Anggota DPR RI dari Komisi IX, Nafa Urbach, saat mengunjungi konstituennya di Wonosobo, Jawa Tengah. (Sumber: IG/nafaurbach)
Ayo Biz 31 Agu 2025, 19:05 WIB

Dari Filosofi Ninja ke Meja Makan, Urban Ninja dan Evolusi Rasa Jepang di Bandung

Fenomena kuliner Jepang di Bandung bukanlah hal baru, namun dalam lima tahun terakhir, pertumbuhannya meningkat pesat.
Urban Ninja, salah satu resto yang menggabungkan kecepatan layanan fast food dengan cita rasa autentik Jepang yang telah diadaptasi secara lokal. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Biz 31 Agu 2025, 16:30 WIB

Dari Ibu ke Anak, Kisah Goldmart Menjaga Kilau Warisan Keluarga Sejak 1991

Di balik kilau emas dan berlian yang menghiasi etalase Goldmart Jewelry, tersimpan kisah keluarga yang telah bertahan lebih dari tiga dekade.
Yolana Limman, generasi kedua dari keluarga pendiri Goldmart Jewelry. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 31 Agu 2025, 16:05 WIB

Whistle Blower di Mata Negara

Di Jabar, whistle blower di BAZNAS Jabar malah jadi tersangka setelah paparkan modus kurang sedap. Bagaimana ilmu pengetahuan menilainya?
Buku Hukum Perlindungan Saksi (Sumber: Ref | Foto: Refika Aditama)