Saya selalu merasa hidup di Indonesia itu penuh dengan serba salah. Ketika miskin hidup sangat jauh dari kesejahteraan. Jangankan mengharapkan akses pendidikan dan kesehatan yang layak, untuk sekedar mendapat makan sehari 1 kali juga sudah bersyukur. Tapi ketika masyarakat berusaha meningkatkan taraf hidup lewat berdagang maka ancaman tekanan dari berbagai pihak akan datang.
Seringnya pemerintah abai dengan fakta masyarakat yang jauh dari kata sejahtera. Namun ketika masyarakat mulai mencari cara sendiri untuk hidup lebih baik, maka pemerintah mendadak muncul dan berwujud melalui tagihan kantor pajak. Tidak cukup sampai disana, tekanan juga muncul dari masyarakat kalangan bawah yang tidak memiliki pekerjaan.
Berdasarkan video yang dilansir dari tiktok ayobandung.com, memperlihatkan aksi premanisme yang dialami oleh warung makan milik aktor Epy Kusnandar dalam film Preman Pensiun. Dalam video tersebut terlihat istri dari Epy sempat adu mulut dengan seorang pria yang diduga sebagai preman. Di tengah warung yang baru dirintisnya selama beberapa hari tersebut, Karina menangis karena usaha dan jerit payahnya diganggu oleh aksi premanisme.
Fenomena itu menyiratkan bahwa aksi premanisme di Indonesia memang nyata dan hampir menerpa semua kalangan. Mulai tingkat terkecil saat membuat surat pengantar Rt/Rw ada uang untuk rokok. Membuka warung kecil-kecilan didatangi sejumlah orang yang meminta uang keamanan. Saat melamar kerja terdapat sejumlah calo yang meminta uang pelicin dengan janji penerimaan kerja.

Supir angkot yang ditodong untuk membayar sejumlah permen dan botol air kemasan meski tidak memesan. Premanisme menjelma menjadi tukang parkir yang memberikan tarif tidak masuk akal contohnya tukang parkir warung bu imas yang meminta uang parkir sebanyak Rp. 30.000. Hingga tingkat perguruan tinggi premanisme tetap saja hadir. Ia hanya berubah wujud dan berlindung dibalik biaya konsumsi ujian tapi terkirim ke rekening atas nama pribadi.
Dilansir dari kompas.com istilah premanisme sebetulnya sudah ada sebelum Indonesia merdeka. Saat itu preman di kenal dengan istilah jagoan. Pada zaman tersebut di tengah perkebunan di Medan, kehadiran vjirman (preman) saat itu sangat ditakuti oleh para pengusaha Belanda. Preman secara sengaja dikembangkan oleh para pekerja perkebunan untuk melawan kesewenang-wenangan para pengusaha dengan cara tidak manusiawi.
Namun istilah preman mulai bergeser ke arah negatif sejak orde baru di tahun 70-an. Kondisi perekonomian yang sulit membuat sejumlah preman melakukan pemerasan kepada masyarakat secara umum. Narasi preman yang awalnya sebagai perlawanan berubah menjadi dunia yang identik dengan kriminal dan kekerasan.
Premanisme seolah sudah mendarah daging menjelma menjadi budaya yang sering dinormalisasi keberadaannya karena sebuah ketakutan. Banyak dari masyarakat akhirnya diam dan mengamini permintaan para preman karena memilih untuk tidak berkonflik. Padahal diam tidak selamanya emas karena kadang kelompok tersebut menilai kita takut dan tidak bisa melawan. Pada akhirnya aksi premanisme akan terus berlanjut dan diturunkan kepada generasi selanjutnya.
Saya pribadi pernah memiliki pengalaman berhadapan dengan para preman di tempat usaha. Kelompok ini biasanya datang secara berkelompok dengan penampilan yang sedikit memberikan tekanan kepada lawan bicaranya. Preman tersebut meminta dana uang keamanan kalau usaha yang saya jalankan mau terbebas dari razia polisi.
Mereka mengaku akan menjadi backing jika terjadi sesuatu dengan usaha yang sedang saya jalankan. Meski sedikit gemetar saya coba untuk menolak tawaran tersebut karena saya merasa bahwa usaha yang saya jalankan sudah sesuai dengan aturan dinas terkait dan tidak melakukan aksi buruk yang sempat dituduhkan. Preman tersebut masih berusaha menanyakan sejumlah nama obat-obat tertentu (obat yang rawan disalahgunakan) yang bisa dijadikan sebagai alasan untuk mem-backing usaha saya.
Namun dengan tegas saya mengatakan tidak menjual obat-obat yang dimaksudkan dan menolak segala bentuk backingan karena saya merasa tidak butuh dengan semua itu. Selama usaha yang saya jalankan sesuai dengan aturan dinas terkait tentunya saya tidak akan pernah tersandung kasus razia yang mereka biasa bicarakan.
Melawan di tengah ketakutan memang tidak mudah. Perlu sikap tenang untuk melawan aksi-aksi premanisme yang menjamur di lingkungan. Setelah debat yang cukup panjang terjadi akhirnya mereka menyerah dan tidak pernah kembali untuk melakukan aksi premanisme.
Aksi premanisme juga bisa dilawan dengan cara menanyakan setiap acara atau kegiatan yang mereka atas namakan dengan proposal. Membaca proposal secara kritis bisa membuat kita tidak memberikan uang secara cuma-cuma. Jika acaranya memang terlihat tidak masuk akal maka kita harus berani menolak memberikan bantuan. Bukan karena kita tidak empati tapi supaya kelompok yang bersangkutan tidak menganggap semua pihak yang mendapat iming-iming proposal mudah mereka bohongi.
Kesadaran dari setiap individu yang ada di masyarakat sangat diperlukan untuk memutus tindak premanisme yang selama ini sudah dinormalisasi. Perubahan seringkali membuat kita menggebu-gebu untuk melakukan perubahan yang besar. Padahal perubahan besar tidak akan pernah ada tanpa perubahan kecil yang dimulai sejak dini.
Spirit untuk menolak ketidakadilan lambat-laun akan berjalan dari hal-hal kecil menuju hal-hal yang besar. Mulai saat ini mari bersama-sama bersinergi memutus rantai tindak premanisme dari lingkungan terkecil yang ada dalam keluarga dan lingkungan sekitar. (*)