Berkembang di Bandung sejak tahun 2013 sebagai praktik pengobatan tradisional yang berfokus pada organ dalam tubuh. Hikmah Therapy menjadi tempat banyak orang mencari pemulihan melalui pijat, ramuan herbal, dan doa.
Praktik kecil di Bandung ini dijalankan oleh Mutiah yang dikenal dengan panggilan Ibu Mumut, seorang terapis tradisional yang memulai kemampuannya bukan dari pendidikan formal, melainkan dari perjalanan panjang menghadapi sakit yang menimpa anak dan cucunya. Dari pengalaman itu, ia membangun metode terapi yang menggabungkan sentuhan, energi tubuh, dan keyakinan spiritual sebagai jalan menolong banyak orang.
Perjalanan Ibu Mumut bermula pada tahun 2005 ketika anak bungsu dan cucunya sama-sama mengalami gangguan kesehatan serius. Putrinya harus menjalani pengobatan benjolan di payudara dalam waktu lama, sedangkan cucunya terlahir dengan berbagai keterbatasan seperti gangguan pendengaran, penglihatan, dan kemampuan mengunyah.
Pada 2010, pengobatan terpaksa dihentikan karena biaya sudah tidak tertutup lagi. Utang mulai ditagih terus, sementara pada masa itu, Ibu Mumut hanya bisa bertahan dengan berjualan kupat.
Yang tidak pernah ia tinggalkan hanyalah ibadah. Malam-malam dipenuhi doa, dzikir, dan salat tahajud menjadi cara bertahan ketika tenaga dan uang mulai habis. Kesabaran itulah yang menjadi fondasi dari cara hidup yang ia jalani hari ini.
Pada tahun 2012, sebuah kejadian mengubah arah hidupnya. Seusai salat tahajud, Ibu Mumut merasakan tubuhnya menggigil dan di telapak tangan kirinya muncul sensasi seperti aliran listrik. “Setelah tahajud, saya tidur miring ke kanan sambil berdzikir, tiba-tiba tubuh terasa menggigil dan ada aliran seperti listrik di tangan sakit juga,” ucapnya.
Keesokan harinya, saat memeriksa bagian tubuh putrinya yang sakit, telapak tangannya kembali terasa panas. Setelah sentuhan itu, benjolan di tubuh sang putri berangsur mengecil. Peristiwa tersebut menjadi awal mula kemampuan yang kemudian ia gunakan untuk membantu orang lain melalui terapi pijat organ dalam.
Dorongan untuk membuka praktik datang dari seorang pasien yang bekerja di dinas kesehatan. Ia heran melihat pemahaman Ibu Mumut tentang organ tubuh dan titik saraf, padahal tidak pernah mendapat pelatihan formal. “Ini bukan hal kecil. Ibu harus buka praktik,” katanya.
Pada tahun 2013, Hikmah Therapy resmi dibuka. Ibu Mumut kemudian mengikuti berbagai pelatihan, uji kompetensi, dan memperoleh sertifikasi refleksi dasar serta izin resmi dari Dinas Kesehatan Kota Bandung.
Ruang praktiknya sederhana, hanya sekitar empat kali enam meter. Di rak kecil tersusun botol-botol madu, minyak zaitun, dan ramuan herbal. Di sudut lain terdapat alat bekam, handuk terlipat, dan kasur tipis untuk terapi. Aroma minyak zaitun memenuhi ruangan, memberi suasana hangat yang menenangkan.
Pasien datang dari berbagai kota. Ada bayi yang sulit menyusu atau mengalami kuning, remaja yang menstruasinya terganggu, hingga orang dewasa dengan keluhan saraf dan pernapasan.
Hikmah Therapy berfokus pada organ dalam. Pijatan dilakukan di titik-titik refleksi yang terhubung ke jantung, paru, hati, pankreas, dan sistem saraf. Minyak zaitun membantu memperlancar pijatan, sementara madu digunakan untuk mendukung pemulihan tubuh dari dalam.
Setelah terapi, pasien diminta memperbanyak minum air putih. “Kalau aliran darah lancar, organ di dalam ikut merespons,” kata Ibu Mumut.
Meski begitu, ia tetap menjaga batas. Kasus seperti demam tinggi, muntaber, atau kanker stadium lanjut tidak ia tangani. Semua diarahkan ke fasilitas kesehatan. “Supaya tidak salah paham. Saya bantu, tapi ada yang lebih ahli,” ujarnya.
Bagi Ibu Mumut, terapi bukan sekadar pekerjaan. Ini cara hidup yang ia rawat sejak masa-masa sulit sambil menjaga hati, menolong tanpa pamrih, dan tidak menetapkan target jumlah pasien. “Rezeki sudah ada bagiannya,” katanya. Prinsip itu membuat ruang praktik kecil itu terasa seperti tempat kembali, bukan sekadar tempat berobat.
Hikmah Therapy mungkin hanya ruangan kecil di gang Bandung, tetapi dari tempat sederhana itu banyak orang pulang dengan tubuh yang lebih ringan dan hati yang lebih tenang. Sentuhan tangan Ibu Mumut tidak hanya soal titik refleksi ia lahir dari perjalanan hidup yang penuh sabar, keyakinan, dan dorongan untuk menolong.
Bagi sebagian pasien, kehangatan tangannya menjadi pengingat bahwa pemulihan tidak selalu datang dari hal besar. Kadang ia muncul dari seseorang yang menjaga niatnya tetap bersih dan menjadikan pekerjaannya sebagai ibadah. (*)