Bandung menjelang akhir pekan memang tidak lepas dari berbagai macam kegiatan yang beragam. Mulai dari memburu makanan viral, mengunjungi wisata alam terbaru, memburu event lari juga beberapa acara edukasi menarik lainnya.
Sabtu, 8 November 2025 kemarin saya pribadi tertarik dengan rangkaian acara bulanan yang diselenggrakan oleh Salman Reading Corner salah satunya acara yang mengangkat isu literasi, kepemimpinan juga peduli isu lingkungan. Berhubung ini adalah pra event maka rangkaian acara selanjutnya ada di minggu ke-4 yang kalian semua bisa kepoin di instagramnya @salmanreadingcorner.
Acara ini bisa dihadiri oleh masyarakat secara umum dengan lintas generasi dengan tema "Mengambil Kendali Penuh untuk Menyelamatkan Masa Depan Dunia Kami". Rangkaian acara dimulai dari pukul 09.30 hingga 13.00. Adapun beberapa pembicara termasuk kepada anak muda yang aktif dalam memajukan acara publik yang sering hadir di Kota Bandung.

Misalnya saja, Reiza Harits merupakan salah satu founder dari The Rooms 19 yang baru-baru ini menjadi perpustakaan independent yang happening di kalangan anak muda. The Rooms 19 sendiri berlokasi tidak jauh dari kampus UNPAD dan ITB yang beralamat di Jl. Dipati Ukur No.66 C Lebakgede Kec. Coblong Kota Bandung.
Dalam presentasi Reiza berjudul "Perpustakaan, Literasi dan Masyarakat kini dan nanti" dimulai dengan membahas bagaimana budaya literasi yang berkembang di Bandung. Lewat pemaparannya ada satu hal menarik yang menjadi fakta yaitu masih ada beberapa orang yang buta terhadap aksara. Menurut Reiza tentunya ini menjadi tantangan bagi semua penggiat literasi yang ada di Kota Bandung.
Ada satu hal yang menarik bagi saya dari keseluruhan materi yang disampaikan oleh Reiza tentang bagaimana pentingnya "Melamun". Satu kegiatan yang bisa memberikan jeda kepada kita ini justru bisa menumbuhkan daya imajinasi yang kemudian bisa mempengaruhi rasa empati kepada orang lain. Menurut Reiza juga hadirnya Ruang Publik di tengah masyarakat bisa membantu memajukan literasi yang ada di Kota Bandung.

Selanjunya pembicara kedua yaitu Fibio yang membicarakan perihal tema kepemimpinan. Fibio sendiri merupakan Founder sekaligus CEO dari masihan.id. Masihan sendiri merupakan NGO (Non-Governtmental Organization) yang berfokus pada kegiatan sosial yang bergerak dalam bidang sosial, ekonomi, pendidikan dan seni. Dalam presentasinya Fibio menjelaskan bagaimana kepemimpinan dibutuhkan dalam ruang publik untuk menciptakan masyarakat yang terarah. Melalui narasi yang disampaikan Fibio sebagai gen z memberikan perspektif segar bahwa perlunya ada kolektif atau sinergi antar generasi untuk menciptakan sistem yang lebih baik bagi semua aspek kehidupan.

Terakhir ditutup dengan Lulu Nailufaaz yang membahas tentang isu lingkungan. Lulu merupakan bagian dari komunitas Saviorangers. Komunitas ini berfokus pada isu lingkungan khususnya permasalahan perihal pengelolaan sampah. Selaras dengan apa yang disampaikannya dalam presentasinya mengenai kondisi alam yang semakin kritis dan menimbulkan krisis lingkungan seperti cuaca yang tidak menentu dan beberapa bencana alam.
Lewat pemaparan Lulu kita diajak kembali untuk merefleksikan segala sesuatu bahkan dari hal yang paling sederhana. Memperhatikan bagaimana makanan dan minuman yang kita konsumsi. Memiliki baju sesuai dengan kebutuhan dan memiliki fleksibilitas yang lama. Karena menurut Lulu hal-hal kecil yang menjadi pilihan kita dihari ini bisa memperngaruhi kondisi bumi di masa sekarang hingga masa depan.
Kegiatan ditutup dengan diskusi dan tanya jawab dengan para peserta. Kegiatan yang bisa membuka banyak fakta tentang lingkungan tentu sangat menarik karena relevan dengan isu-isu yang berkembang hari ini. Melalui kegiatan seperti ini memunculkan banyak pertanyaan dalam benak tentang kondisi di lingkungan kita masing-masing. Kesadaran menjadi bentuk paling nyata dari sebuah kepedulian terhadap lingkungan. (*)