Dari Semula ‘Parijs van Java’ ke ‘Parijs van Property’

Djoko Subinarto
Ditulis oleh Djoko Subinarto diterbitkan Jumat 14 Nov 2025, 07:46 WIB
Kondisi kawasan resapan air yang beralih fungsi menjadi permukiman di Kawasan Bandung Utara (KBU). (Sumber: ayobandung.com | Foto: Irfan Al-Faritsi)

Kondisi kawasan resapan air yang beralih fungsi menjadi permukiman di Kawasan Bandung Utara (KBU). (Sumber: ayobandung.com | Foto: Irfan Al-Faritsi)

BANDUNG dahulu kala kawentar dengan udaranya yang sejuk, bungalow bercorak art deco, dan julukan nan elok: Parijs van Java alias Paris-nya Jawa. Julukan itu bukan cuma sekadar label pemanis bibir, melainkan janji. Ya, janji. Janji ihwal estetika kota, janji ihwal ruang publik yang nyaman, dan janji ihwal ritme hidup yang melambat.

Tapi,  kota, seperti juga manusia, tidak diam. Ia terus bergerak. Lihat saja, jalan-jalan yang di masa baheula disesaki pejalan kaki kini disesaki mobil. Trotoar berubah menjadi parkiran dan pusat jual-beli. Bangunan lama tak jarang malah dirobohkan. Beberapa dipoles menjadi kafe atau restoran yang Instagramable. Itu sekadar beberapa contoh betapa kota terus bergerak dan berubah.

Untuk melihat

Bisa dibilang aktivitas turisme di Kota Bandung awalnya cuma terkait dengan aktivitas untuk melihat. Wisatawan datang ke ibukota Jawa Barat ini untuk melihat pemandangan, melihat karya arsitekturnya, maupun melihat kehidupan lokal. 

Sekarang? Wisatawan datang untuk membeli. Mereka membeli pengalaman, membeli kopi, membeli foto. Maka, pengalaman pun  menjadi komoditas yang bisa dinilai dalam like dan share.

Dan di balik itu semua, ada mesin yang tak terlihat mata kita: geliat kapitalisme kota. Salah satu indikatornya, tanah menjadi komoditas berharga. Developer pun melihat ini sebagai peluang cuan. Lokasi lahan strategis dekat kampus, taman, atau kafe keren langsung menjadi ladang investasi bernilai tinggi.

Bandung yang di masa lampau terikat erat dengan budaya dan melankolia kini harus berhadapan dengan label baru, yakni Paris van Property. Julukan ini mungkin terdengar lucu. Tapi, mengandung ironi. Kota yang dulu dipuja-puji karena pesonanya, kini dipuja-puji karena potensi keuntungan dari tiap meter persegi tanahnya.

Soal selera kopi

Seiring merebaknya, aktivitas turisme membeli pengalaman, fenomena kafe-kafe yang bermunculan di kota ini bukan pula hanya soal selera kopi. Kafe-kafe itu adalah titik pertemuan antara estetika dan pasar. Kafe menjadi semacam etalase, dan etalase itu menarik konsumen yang ingin membeli citra Bandung.

Di saat yang sama, jaringan bisnis kreatif -- desainer, barista, fotografer -- muncul dan tumbuh. Dan itu sehat secara ekonomi. Namun, ketika ruang kreatif bergeser ke logika investasi, kreativitas ikut dipaksa menyesuaikan bahwa estetika harus aman buat feed Instagram, dan bukan lagi tempat eksperimen radikal.

Transformasi semacam ini juga merembet ke kawasan permukiman. Daerah-daerah yang dulu tiisieun sontak berubah menjadi lokasi proyek hunian vertikal. Kos-kosan tradisional berubah menjadi apartemen sewa jangka pendek. Penghuni lama merasakan tekanan, apakah bertahan atau pindah.

Ada yang setuju bahwa segala perubahan yang terjadi di Bandung mendorong infrastruktur yang lebih baik, lebih banyak lapangan kerja, dan lebih banyak peluang bisnis. Tapi,  ada pula lho yang menghela nafas, saat keseharian warga lokal semakin terpinggirkan oleh arus kapital nan besar dan tak mengenal nostalgia.

Standar baru

Bandros atau Bandung Tour on Bus adalah bus wisata ikonik Kota Bandung. (Sumber: Pexels/arwin waworuntu)
Bandros atau Bandung Tour on Bus adalah bus wisata ikonik Kota Bandung. (Sumber: Pexels/arwin waworuntu)

Turisme masa kini tentu saja menuntut standar baru: trotoar harus rapi, taman harus bersih, fasilitas publik perlu terus dipoles. Namun, tuntutan standar itu tak jarang menampilkan kota sebagai panggung semata, bukan sebagai ruang hidup.

Nah, ketika ruang hidup menjadi panggung, maka fungsi sosial kota pun bergeser. Ruang yang dulu untuk interaksi warga berubah menjadi tempat konsumsi. Anak-anak kehilangan lapangan bermain, warung tradisional tergantikan oleh outlet waralaba yang mematok harga di atas rata-rata.

Dalam perspektif ekonomi, hal tersebut sesungguhnya wajar. Bagaimanapun, kota perlu menyesuaikan dirinya pada demand. Sayangnya, politik ruang tak pernah netral. Keputusan zonasi, izin usaha, dan promosi wisata kerap lebih memberi keuntungan pada aktor tertentu -- developer dan investor besar -- ketimbang komunitas lokal.

Dari sisi sosiokultural, perubahan-perubahan yang terjadi tentu saja mempengaruhi identitas kota. Bandung yang dulu identik dengan kesederhanaan dan kehangatan kini ditopang oleh pencitraan urban yang lebih dingin, rapi, terkurasi, dan kadang terasa asing.

Aliran uang

Ekonomi pariwisata sendiri tak selalu menyuburkan pemerataan. Lantaran terkonsentrasi pada pusat-pusat wisata, aliran uang kerap tak sampai menetes rata ke pinggiran. Pengusaha mikro di pasisian mungkin cuma merasakan efek kosmetik -- lebih sedikit --sementara para pelaku besar menuai manfaat utamanya.

Namun, bukan berarti kita harus buru-buru menolak segala perubahan secara brutal dan total. Yang lebih krusial adalah bagaimana mengelola perubahan agar tetap mengucurkan keadilan. Model kolaboratif antara pemerintah, komunitas, dan pelaku usaha kreatif diharapkan bisa menahan arus kapitalisme yang tamak dan rakus.

Salah satu jalan, misalnya, adalah dengan melindungi ruang publik sebagai commons, yakni sumber daya bersama yang dimiliki, diakses, dan dikelola oleh masyarakat untuk kepentingan kolektif, bukan untuk keuntungan pribadi atau korporasi. Menjaga pasar tradisional, memberi insentif untuk bisnis lokal, serta kebijakan zonasi yang melindungi pemukiman dari eksploitasi spekulatif diharapkan pula bisa menjadi semacam tameng  atau perisai agar kota tidak sepenuhnya dikuasai pasar.

Praktik perencanaan kota yang inklusif juga diperlukan. Melibatkan warga dalam keputusan pembangunan, transparansi soal izin usaha, dan audit sosial pada proyek-proyek besar adalah praktik yang dibutuhkan. 

Akan njomplang

Bila pembangunan hanya dirancang oleh segelintir pihak, hasilnya dipastikan bakal njomplang. Walau demikian, toh kita juga perlu mengapresiasi dinamika ekonomi baru hasil pembangunan yang tercipta di mana banyak orang Bandung mendapat penghidupan dari sektor kreatif. Desainer, barista, content creator, mereka semua  mendapat peluang. Tantangannya yaitu memastikan peluang itu bukan bentuk kerja upah murah. 

Kelak, Bandung mungkin akan menemukan keseimbangan antara menjadi kota yang dicintai lantaran pesona dan kota yang produktif secara ekonomi. Perjalanan Bandung dari semula Parijs van Java ke Paris van Property sesungguhnya bukan sekadar perkara estetika yang berubah atau bangunan berganti. Ini soal bagaimana kita memilih siapa yang mesti diuntungkan ketika kota terus berevolusi. 

Apakah Bandung akan tetap menjadi rumah bagi segenap warganya, ataukah menjadi koleksi properti cantik untuk sekadar dipandangi dari kejauhan, pilihannya ada pada kebijakan, praktik bisnis, dan -- yang paling penting -- pada kepekaan kita terhadap suara-suara kecil yang seringkali  tak terdengar. (*)

Artikel Rekomendasi Untuk Anda

Disclaimer

Tulisan ini merupakan artikel opini yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Pandangan yang disampaikan dalam artikel ini tidak mewakili pandangan atau kebijakan organisasi dan redaksi AyoBandung.id.

Djoko Subinarto
Penulis lepas, blogger
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

News Update

Ayo Netizen 21 Nov 2025, 16:13 WIB

Bukan Sekadar Gaya Hidup, Work From Cafe jadi Penunjang Produktivitas Kalangan Muda

Work from Café (WFC) menawarkan suasana baru untuk mengatasi kejenuhan dalam bekerja.
Salah satu mahasiswa sedang mengerjakan tugas di salah satu Café di Kota Bandung (30/10/2025) (Foto: Syifa Givani)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 16:04 WIB

Kisah Jajanan Sore 'Anget Sari' yang Dekat dengan Mahasiswa

Kisah Anget Sari, lapak gorengan di Sukapura yang dikenal karena mendoan hangat, bahan segar, dan pelayanan ramah.
Suasana hangat di lapak Anget Sari saat pemilik menyajikan gorengan untuk pelanggan, di Kampung Sukapura, Kecamatan Dayeuhkolot, Bandung, Selasa (28/10/2025) (Sumber: Nailah Qurratul Aini | Foto: Nailah Qurratul Aini)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 15:41 WIB

UMKM Tahura Bandung Tumbuh Bersama di Tengah Perubahan Kawasan Wisata

Mengkisahkan tentang seorang pedagang pentol kuah yang ikut tumbuh bersama dengan berkembangnya kawasan wisata alam Tahura
Seorang pedagang sedang menjaga warungnya di Kawasan wisata tahura, (25/10/25) (Foto: M. Hafidz Al Hakim)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 15:21 WIB

Fenomena Turisme Bandung: Pesona Edukatif dan Konservatif di Lembang Park & Zoo

Lembang Park & Zoo menghadirkan wisata edukatif dan konservatif di Bandung.
Siap berpetualang di Lembang Park & Zoo! Dari kampung satwa sampai istana reptil, semua seru buat dikunjungi bareng keluarga (Sumber: Dokumentasi Pribadi | Foto: Adil Rafsanjani)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 15:10 WIB

Pengalaman Rasa yang Tidak Sesuai dengan Ekspektasi

Hunting kuliner memang tidak selalu berbuah dengan rasa yang lezat, beberapa di antaranya rasa yang tidak sesuai dengan review dan harga yang sangat fantastis.
Hunting kuliner memang tidak selalu berbuah dengan rasa yang lezat, beberapa di antaranya rasa yang tidak sesuai dengan review dan harga yang sangat fantastis (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 14:49 WIB

Scroll Boleh, Meniru Jangan, Waspada Memetic Violence!

Saatnya cerdas dan bijak bermedsos, karena satu unggahan kita hari ini bisa membawa pengaruh besar bagi seseorang di luar sana.
Ilustrasi asyiknya bermedia sosial. (Sumber: pixabay.com | Foto: Istimewa)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 13:02 WIB

Hangatnya Perpaduan Kopi dan Roti dari Kedai Tri Tangtu

Roti Macan dimulai dari ruang yang jauh lebih kecil dan jauh lebih sunyi, yaitu kedai kopi.
Kedai kecil itu menciptakan suasana hangat dari aroma Roti Macan pada hari Selasa (04/11/2025). (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Wafda Rindhiany)
Ayo Jelajah 21 Nov 2025, 11:17 WIB

Sejarah Soreang dari Tapak Pengelana hingga jadi Pusat Pemerintahan Kabupaten Bandung

Sejarah Soreang dari tempat persinggahan para pengelana hingga menjelma pusat pemerintahan modern Kabupaten Bandung.
Menara Sabilulunga, salah satu ikon baru Soreang. (Sumber: Wikimedia)
Ayo Jelajah 21 Nov 2025, 11:16 WIB

Sejarah Black Death, Wabah Kematian Perusak Tatanan Eropa Lama

Sejarah wabah Black Death yang menghancurkan Eropa pada awal abad ke-14, menewaskan sepertiga penduduk, dan memicu lahirnya tatanan baru.
Lukisan The Triumph of Death dari Pieter Bruegel (1562) yang terinspirasi dari Black Death. (Sumber: Wikipedia)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 10:17 WIB

History Cake Bermula dari Kos Kecil hingga Jadi Bagian 'Sejarah Manis' di Bandung

History Cake dimulai dari kos kecil pada 2016 dan berkembang lewat Instagram.
Tampilan area display dan kasir History Cake yang menampilkan beragam Korean cake dan dessert estetik di Jalan Cibadak, Kecamatan Bojongloa Kaler, Kota Bandung. (30/10/2025) (Sumber: Naila Husna Ramadhani)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 09:29 WIB

Dari Tiktok ke Trotoar, ‘Iseng’ Ngumpulin Orang Sekota untuk Lari Bareng

Artikel ini menjelaskan sebuah komunitas lari yang tumbuh hanya iseng dari Tiktok.
Pelari berkumpul untuk melakukan persiapan di Jl. Cilaki No.61, Cihapit, Kecamatan Bandung Wetan, Kota Bandung, pada Sabtu pagi 15 November 2025 sebelum memulai sesi lari bersama. (Sumber: Rafid Afrizal Pamungkas | Foto: Rafid Afrizal Pamungkas)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 08:06 WIB

Giri Purwa Seni Hadirkan Kecapi Suling sebagai Pelestarian Kesenian Tradisional Sunda

Giri Purwa Seni di Cigereleng menjaga warisan kecapi suling melalui produksi, pelatihan, dan pertunjukan.
Pengrajin Giri Purwa Seni menampilkan seperangkat alat musik tradisional berwarna keemasan di ruang pamer Giri Purwa Seni, Jl. Soekarno Hatta No. 425, Desa Cigereleng, Astana Anyar, Karasak, pada Senin, 10 November 2025. (Sumber: Dokumentasi Penulis)
Ayo Biz 20 Nov 2025, 21:19 WIB

Desa Wisata Jawa Barat Menumbuhkan Ekonomi Kreatif dengan Komitmen dan Kolaborasi

Desa wisata di Jawa Barat bukan sekadar destinasi yang indah, namun juga ruang ekonomi kreatif yang menuntut ketekunan, komitmen, dan keberanian untuk terus berinovasi.
Upacara Tutup Tahun Kampung Cireundeu, Merawat Tradisi dan Syukur Kepada Ibu Bumi. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Restu Nugraha)
Ayo Netizen 20 Nov 2025, 20:18 WIB

Ngaruat Gunung Manglayang, Tradisi Sakral Menjaga Harmoni Alam dan Manusia

Ngaruat Gunung Manglayang adalah tradisi tahunan untuk menghormati alam.
Warga adat melakukan ritual ruatan di kaki Gunung Manglayang sebagai bentuk ungkapan syukur dan doa keselamatan bagi alam serta masyarakat sekitar.di Gunung Manglayang, Cibiru, Bandung 20 Maret 2025 (Foto: Oscar Yasunari)
Ayo Biz 20 Nov 2025, 18:23 WIB

Desa Wisata, Ekonomi Kreatif yang Bertumbuh dari Akar Desa

Desa wisata, yang dulu dianggap sekadar pelengkap pariwisata, kini menjelma sebagai motor ekonomi kreatif berbasis komunitas.
Wajah baru ekonomi Jawa Barat kini tumbuh dari desa. Desa wisata, yang dulu dianggap sekadar pelengkap pariwisata, kini menjelma sebagai motor ekonomi kreatif berbasis komunitas. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 20 Nov 2025, 17:21 WIB

Lenggak-lenggok Jaipong di Tengah Riuh Bandung dan Pesona Tradisi

Tari Jaipong tampil memukau di West Java Festival 2025. Gerak enerjik dan musik riuh membuat penonton antusias.
Penampilan tari Jaipong menghiasi panggung West Java Festival 2025 dengan gerakan energik yang memukau penonton, Minggu (9/11/2025). (Sumber: Selly Alifa | Foto: Dokumentasi Pribadi)
Ayo Netizen 20 Nov 2025, 17:07 WIB

Curug Pelangi Punya Keindahan Ikonik seperti di Luar Negeri

Wisata alam Bandung memiliki banyak keunikan, Curug Pelangi punya ikon baru dengan pemandangan pelangi alami.
Pelangi asli terlihat jelas di wisata air terjun Curug Pelangi, Kabupaten Bandung Barat (2/11/25) (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Tazkiya Hasna Putri S)
Ayo Netizen 20 Nov 2025, 16:55 WIB

Wayang Golek Sindu Parwata Gaungkan Pelestarian Budaya Sunda di Manjahlega

Pagelaran Wayang Golek Sindu Parwata di Manjahlega gaungkan pelestarian budaya Sunda dan dorong generasi muda untuk mencintai budaya lokal sunda.
Suasana pagelaran Wayang Golek di Kelurahan Manjahlega, Kecamatan Rancasari, Kota Bandung, Jumat (5/9/2025), di halaman Karang Taruna Caturdasa RW 14. (Sumber: Dokumentasi penulis | Foto: Ayu Amanda Gabriela)
Ayo Netizen 20 Nov 2025, 16:30 WIB

Menyoal 'Sora' Sunda di Tengah Sorak Wisatawan

Sora Sunda tidak harus berteriak paling keras untuk tetap hidup dan bertahan. Ia cukup dimulai dari kebiasaan kecil.
Mengenalkan budaya dan nilai kesundaan bisa dilakukan lewat atraksi kaulinan barudak. (Sumber: ayobandung.com | Foto: Kavin Faza)
Ayo Netizen 20 Nov 2025, 16:10 WIB

Kenaikan Gaji ASN, antara Harapan Dompet dan Reformasi Birokrasi

Kenaikan gaji ASN bukan sekadar soal dompet, tapi ujian sejauh mana birokrasi mampu menukar kesejahteraan menjadi kinerja.
Ilustrasi PNS di Bandung Raya. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Irfan Al-Faritsi)