Suasana Kelurahan Manjahlega, Kecamatan Rancasari, Kota Bandung, terasa meriah. Alunan gamelan berpadu dengan tawa penonton saat pagelaran Wayang Golek Sindu Parwata digelar di halaman Karang Taruna Caturdasa RW 14. Pertunjukan ini diadakan dalam rangka memperingati HUT RI ke-80 dan Maulid Nabi Muhammad SAW, menghadirkan dalang muda Ki Bima Perbawa, S.Sn sebagai bintang utama. Acara berlangsung pada Jumat malam (5/9/2025).
Dalang asal Manjahlega itu menjelaskan bahwa pementasan wayang bukan sekadar tontonan, melainkan sarana pembelajaran budaya bagi masyarakat.
“Kami berharap pertunjukan Wayang Golek ini tidak hanya menjadi hiburan, tetapi juga menjadi media edukasi untuk memperkuat nilai budaya agar tetap relevan di zaman modern,” ujar Bima usai pementasan.
Pertunjukan tersebut menampilkan kisah Wayang Golek Purwa yang bersumber dari epos Mahabharata, serta Wayang Cepak dengan gaya khas dan pesan moral yang mudah dipahami. Selain menghadirkan hiburan, kegiatan ini juga mengandung nilai edukatif agar masyarakat lebih mencintai budaya lokal.

Persiapan acara dilakukan sejak April 2025 dengan melibatkan Karang Taruna dan seniman lokal. Panitia berkolaborasi melalui media sosial seperti TikTok untuk mengatur naskah, latihan pengendalian tokoh wayang, dan penataan musik gamelan agar cerita tersampaikan dengan baik.
Selain menampilkan kisah heroik, pertunjukan ini juga membawa pesan moral tentang nilai kebangsaan, ajaran agama, dan pentingnya menjaga keharmonisan sosial. Cerita dikemas secara ringan agar mudah diterima oleh semua kalangan, dari anak-anak hingga orang tua.
Menurut sang dalang, tantangan utama yang dihadapi adalah keterbatasan pengalaman generasi muda dan kurangnya promosi media terhadap kesenian tradisional. Namun, dukungan masyarakat dan tokoh desa membuat pementasan tetap berjalan lancar dan meriah.
“Semoga anak-anak muda semakin berani tampil dan berkreasi lewat seni tradisional seperti wayang golek,” tuturnya.
Pagelaran ini diharapkan mampu membangkitkan kembali minat generasi muda terhadap seni tradisional Sunda. Melalui pelatihan dan keterlibatan aktif, anak-anak muda diharapkan dapat melanjutkan dan mempopulerkan kesenian wayang golek agar tidak punah di era modernisasi. (*)
