Di tengah jantung Kota Bandung, lahir kecapi suling yang dipahat oleh tangan-tangan terampil layaknya seniman yang mengukir jiwa pada kayu hidup. Nuansa musik tradisional mengalir bak sungai kehidupan yang tak pernah kering, sementara suara indah dari dawai kecapi yang berdentang dan suling yang melengking halus membuai pendengar seperti angin malam yang membisikkan rahasia cinta.
Setiap alunan menjadi pesta jiwa yang menyatukan generasi dalam harmoni abadi, seolah-olah instrumen ini bukan sekadar alat, melainkan jembatan emas antara masa lalu dan masa depan budaya Sunda yang bernyanyi di Giri Purwa Seni Jl. Soekarno Hatta No. 425, Desa Cigereleng, Astana Anyar, Karasak.
Giri Hartono, pendiri Giri Purwa Seni yang telah berdiri sejak sekitar 12 hingga 13 tahun lalu, berhasil mengembangkan usahanya menjadi pusat pembuatan kecapi dan suling yang memancarkan nuansa musik tradisional Sunda melalui sentuhan tangan-tangan terampil dan kreatif.
Tempat ini menjadi saksi hidup pelestarian alat musik tradisional, di mana setiap karya dibuat dengan penuh ketelitian dan cinta terhadap budaya. Dengan harga yang terjangkau, produk Giri Purwa Seni kini dapat dinikmati oleh masyarakat luas, sekaligus menjadi bukti bahwa warisan budaya Nusantara masih hidup dan bernapas di tengah perkembangan zaman modern.
“Yakni, suling seharga Rp20.000 dan kecapi Rp500.000, produk-produk ini tidak hanya laris di pasar konvensional, tapi juga dipasarkan secara online melalui platform seperti Shopee, TikTok Shop, dan Lazada, bahkan penjualannya sampai ke luar negeri,” ujarnya pada Jumat (31/10/2025).
Dalam operasionalnya, Giri Purwa Seni mempunyai karyawan lima orang, karyawan bernama Hilman yang mahir memainkan kecapi dan suling, menandakan betapa seriusnya usaha ini dalam menjaga kualitas musik tradisi.
Kecapi suling ini dipertunjukkan dalam acara yang melibatkan minimal dua orang pemain, dengan peran yang khas, perempuan sebagai penyanyi atau sinden, dan laki-laki sebagai pemain kecapi atau suling. Persiapan pertunjukan ini dilakukan secara disiplin, dengan latihan maksimal dua kali seminggu di studio kampus yang menggunakan bimbingan dosen, menunjukkan perpaduan antara tradisi dan pendidikan modern.
Keluwesan dan ketangguhan unit seni ini juga semakin terlihat dengan adanya dukungan logistik berupa kendaraan langsung dari Giri Purwa Seninya sendiri yang membantu mobilisasi para pemain ke acara-acara, terutama di acara pernikahan atau acara kebudayaan yang membutuhkan keselarasan musik nusantara.

Lima tahun lalu, karyawan dan pemain Giri Purwa Seni pernah memberikan pertunjukan di sebuah hotel untuk penyambutan tamu yang menjadi momen berharga dalam perjalanan mereka, hal ini menegaskan betapa pentingnya seni tradisional dalam berbagai konteks sosial.
Di balik kesuksesan ini, Giri Purwa Seni bukan hanya tempat pembuatan alat musik, tetapi juga ruang tumbuh dan bertumbuhnya semangat kolektif yang menghidupkan budaya melalui karya dan permainan.
“membangun usaha mandiri yang berkontribusi pada pemberdayaan masyarakat sekitar yang ekonominya masih normal, serta menjaga kelestarian produksi alat musik tradisional yang semakin langka,” lanjut Giri Hartono.
Giri Purwa Seni yang berada tepat di dekat perempatan lampu merah Cigereleng ini menjadi lokasi strategis yang menghubungkan antara tradisi dan modernitas Bandung, kota seni dan budaya. Melalui penjualan produk secara daring, mereka berhasil menjangkau pasar yang lebih luas, sekaligus memberikan peluang kerja bagi karyawan yang terampil dan berdedikasi tinggi, memenuhi permintaan pasar dengan kualitas tinggi.
“Penjualan alat musik tradisional kami biasanya laku terjual 1 hingga 3 buah per minggunya, meski jumlahnya tidak besar, tetapi konsistensi penjualan tersebut menunjukkan adanya minat masyarakat terhadap kesenian daerah,” ucapnya.
Penampilan yang dilakukan oleh tim Giri Purwa Seni menguatkan rasa solidaritas, dimana tanpa bimbingan khusus saat pertunjukan, para pemain sudah terbiasa dan paham betul tata cara memainkan instrumen yang telah diwariskan secara turun-temurun. Ini menandakan keberhasilan mereka dalam menjaga warisan budaya yang hidup dan dinamis.
Dengan perpaduan keahlian yang diasah di studio kampus dan situasi kerja nyata di lapangan, Giri Purwa Seni menunjukkan bagaimana musik tradisional tetap relevan dan dihargai di era digital, menjadi jembatan yang menghubungkan masyarakat masa kini dengan akar budaya mereka. Ini adalah kisah pelestarian, inovasi, dan dedikasi yang tercermin dalam setiap getaran kecapi dan hembusan suling dari Bandung untuk Indonesia dan Mancanegara. (*)
