Benjang dari Ujungberung, Jejak Gulat Sakral di Tanah Sunda

Fira Nursyabani
Ditulis oleh Fira Nursyabani diterbitkan Kamis 03 Jul 2025, 07:42 WIB
Seni benjang gulat.

Seni benjang gulat.

AYOBANDUNG.ID - Di balik dinginnya udara pagi Ujungberung, ketika kabut masih menggelayut di atas hamparan sawah, ada suara tabuhan kendang dan terebang yang kadang-kadang memecah kesunyian. Suara-suara itu bukan sekadar hiburan—mereka adalah sisa-sisa zaman, warisan leluhur, yang masih bertahan dari gempuran zaman. Namanya benjang, kesenian sekaligus olahraga tradisional khas Sunda yang berasal dari tanah subur di ujung timur Kota Bandung.

Benjang bukan sembarang pertunjukan. Ia bukan sekadar gulat. Ia bukan hanya seni. Ia adalah keduanya sekaligus. Sebuah “gelut” tradisional yang diracik dalam balutan ibingan, iringan musik, dan kadang disusupi makna-makna sufistik yang samar. Ada semacam ritual dalam setiap gerakannya, semacam doa dalam setiap sabetan, semacam falsafah dalam setiap ibingan.

Tidak jelas siapa yang pertama kali memperkenalkan benjang. Tapi menurut penuturan Kemendikbud, istilah “benjang” diduga berasal dari gabungan kata “sasamben budak bujang”. Artinya kurang lebih: para pemuda bujang yang bermain di amben, sebuah bale tempat berkumpul yang juga berfungsi sebagai panggung rakyat.

Pada mulanya benjang ditampilkan sebagai hiburan usai panen. Tempatnya bisa di tanah lapang, bisa pula di sawah yang sudah dipanen. Di situlah anak-anak muda adu kekuatan dengan gaya khas yang menyerupai gulat. Tapi sebelum mulai “gelut”, mereka terlebih dahulu harus menari. Ya, menari. Tradisi ini disebut “ngibing”. Ada empat gerakan wajib yang harus dilakukan: golempang, puyuh ngungkuk, beureum panon, dan julang ngapak.

Prosesi ini punya makna. Salah satunya, ketika si pebenjang (peserta benjang) harus membuka bajunya, menyisakan celana pendek, untuk menunjukkan bahwa ia tidak membawa senjata tersembunyi. Gulat ini murni pertarungan fisik, bukan sekadar unjuk tenaga, tapi juga unjuk kehormatan.

Seiring waktu, benjang tak lagi hanya dimainkan di pematang. Pada tahun 1938, warga Ujungberung mengenal bentuk lain dari benjang: “benjang heleran”. Kalau benjang gelut dilakukan malam hari, maka benjang heleran digelar pada siang, sebagai arak-arakan keliling kampung. Tujuannya untuk memberitahu masyarakat bahwa malam nanti akan ada pertunjukan benjang. Semacam woro-woro yang bukan sekadar teriakan, melainkan dengan musik lengkap dan parade.

Parade itu bisa sangat meriah. Kuda renggong menari, bangbarongan menakuti anak-anak, jampana mengusung sesaji, dan kuda lumping melompat-lompat seperti kesurupan. Alat musiknya tak jauh beda dengan benjang gelut: kendang, kecrek, terebang, dan terompet. Hanya saja ditambah bedug dan gong agar makin ramai. Dalam heleran ini, tidak jarang penari mengalami kesurupan. Penonton pun bisa bubar karena panik. Tapi bagi masyarakat setempat, kesurupan adalah bagian dari pertunjukan.

Festival kesenian di Ujungberung. (Sumber: Ayobandung)
Festival kesenian di Ujungberung. (Sumber: Ayobandung)

Tak lama setelah benjang heleran dikenal, muncul bentuk lain yang lebih halus: benjang topeng. Diperkenalkan pada tahun 1941, kesenian ini berbentuk tarian yang mengenakan topeng. Konon, benjang topeng ini mengandung nilai-nilai Islam. Ada yang mengaitkannya dengan ajaran “hablum minallah” dan “hablum minannas”: hubungan vertikal dengan Tuhan diwujudkan dalam benjang topeng dan heleran, sedangkan hubungan horizontal antar manusia ditunjukkan dalam benjang gelut.

Ketiganya—benjang gelut, benjang heleran, dan benjang topeng—biasa dipentaskan secara maraton. Siang hari heleran, sore benjang topeng, dan malam puncaknya adalah benjang gelut. Di masa kejayaannya antara tahun 1955 hingga 1965, satu pertunjukan benjang bisa berlangsung selama 24 jam penuh. Ujungberung pun jadi pusat perhatian.

Dilarang karena Terlalu Serius

Tapi semua yang terlalu meriah, kadang berakhir kacau. Seiring bertambahnya gengsi antar perguruan benjang, gulat tradisional ini mulai menimbulkan konflik. Pada tahun 1970, benjang gelut sempat dilarang karena dianggap memicu keributan antar warga. Rivalitas antar perguruan kerap berubah jadi baku hantam sungguhan, bukan lagi tontonan, tapi tontokan.

Pelarangan itu membuat pamor benjang gelut menurun drastis. Yang tersisa hanyalah benjang heleran dan benjang topeng. Masyarakat masih bisa merayakan benjang dalam bentuk yang lebih aman, tanpa takut bentrok fisik. “Kalau gelutnya dilarang, setidaknya budayanya jangan ikut hilang,” begitu kira-kira suara para sesepuh saat itu.

Bertahan di Tengah Kota yang Terus Tumbuh

Hari ini, Ujungberung tak lagi sepi. Gedung-gedung naik, jalan makin padat, anak muda lebih akrab dengan gawai ketimbang kendang. Tapi benjang belum benar-benar mati. Ia masih ada, meski tak segemuruh dulu. Masih ada perguruan-perguruan kecil yang diam-diam melatih anak-anak untuk tetap bisa ngibing dan gelut. Masih ada acara khitanan yang menggelar heleran benjang, meski musiknya kini kadang kalah oleh sound system dangdut.

Pada tahun 2018, benjang akhirnya diakui sebagai Warisan Budaya Tak Benda oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Pengakuan ini adalah semacam pelipur lara, sekaligus panggilan untuk generasi muda agar tak malu mewarisi kesenian sendiri.

Ujungberung memang sudah berubah. Tapi selama masih ada yang mau ngibing dan ngagelut dengan cara benjang, selama suara kendang dan terebang masih terdengar meski sayup-sayup, maka benjang belum mati.

Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

News Update

Ayo Netizen 21 Agu 2025, 20:18 WIB

Cara Kerja Rezim Algoritma

Opini ini meninjau kembali kebijakan yang putuskan atas pemblokiran rekening bank oleh pemerintah.
Opini ini meninjau kembali kebijakan yang putuskan atas pemblokiran rekening bank oleh pemerintah. (Sumber: Pexels/Defrino Maasy)
Ayo Biz 21 Agu 2025, 18:26 WIB

Demam K-Beauty di Bandung, Klinik Kecantikan Berlomba Hadirkan Perawatan ala Korea

Tren K-beauty berkembang pesat, mendorong lahirnya berbagai klinik kecantikan yang mengusung filosofi dan teknologi Korea sebagai daya tarik utama.
Standar kecantikan Korea Selatan telah menjadi acuan global dalam beberapa tahun terakhir. Kulit wajah sehat, lembap, dan glowing bukan lagi sekadar impian para penggemar K-beauty. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 21 Agu 2025, 17:16 WIB

Investor Rugi, Negara Untung? Menakar Keadilan Pajak Kripto

Menelaah efek kenaikan PPh final pada pasar kripto dan dampaknya untuk investor.
Investor yang merugi tetap dikenakan pajak (Sumber: Ilustrasi oleh AI)
Ayo Biz 21 Agu 2025, 16:38 WIB

Di Kota yang Tak Pernah Kehabisan Gaya, Adi Wardana Menyulap Sneaker Jadi Identitas

Kota Bandung bukan hanya rumah bagi musisi, seniman, dan desainer, tapi juga menjadi ekosistem subur bagi budaya sneaker yang terus tumbuh.
Adi Wardana, seorang disk jockey asal Kota Bandung yang menjadikan sneaker sebagai bagian dari identitas dan narasi hidupnya. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Jelajah 21 Agu 2025, 16:07 WIB

Jejak Sejarah Freemason di Bandung, Loji Sint Jan yang Dilarang Soekarno

Jalan Wastukencana dulu bernama Logeweg karena Loji Sint Jan. Kini, jejak sejarah Freemason di Bandung tertutup Masjid Al Ukhuwah.
Loji Sint Jan yang menyimpan sejarah jejak Freemason di Bandung (Sumber: Ayobandung)
Ayo Netizen 21 Agu 2025, 16:00 WIB

Membaca Makna Kemerdekaan Indonesia Timur dari Buku Karya Dian Purnomo

Sejatinya kemerdekaan juga seharusnya menjadi hak bagi mereka yang tinggal di timur Indonesia.
Buku Perempuan yang Menunggu di Lorong Menuju Laut (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)
Ayo Biz 21 Agu 2025, 15:09 WIB

Prof Wanjat Kastolani dan Formula Sederhana untuk Menyelesaikan Sampah dari Akarnya

Wanjat Kastolani tidak sedang menciptakan teknologi revolusioner. Ia justru menantang paradigma lama dengan pendekatan yang nyaris tak terdengar, menyelesaikan sampah dari akarnya.
Wanjat Kastolani tidak sedang menciptakan teknologi revolusioner. Ia justru menantang paradigma lama dengan pendekatan yang nyaris tak terdengar, menyelesaikan sampah dari akarnya. (Sumber: Ayobandung.id)
Ayo Netizen 21 Agu 2025, 14:47 WIB

Ci Geureuh, Sungai yang Bergemuruh

Ketika toponimi itu diberikan pada aliran Sungai Ci Geureuh, keadaan aliran airnya menimbulkan suara bergemuruh yang menggetarkan. 
Ci Genter di dalam Taman Nasional Ujungkulon saat tenang. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: T Bachtiar)
Ayo Biz 21 Agu 2025, 12:37 WIB

Rahasia Rujak Ciherang Bertahan Bertahan Lebih Satu Abad

Sekilas, Rujak Ciherang terlihat sama seperti rujak buah pada umumnya. Potongan mangga, bengkuang, jambu air, hingga aneka buah segar lain berpadu dengan bumbu kental berwarna cokelat.
Sambal Rujak Ciherang (Foto: GMAPS)
Ayo Jelajah 21 Agu 2025, 11:46 WIB

Pertempuran Ciseupan Subang 1949, Pasukan Siliwangi di Lembah Dua Sungai

Pasukan Divisi Siliwangi berhasil memukul mundur Belanda di Ciseupan, lembah dua sungai Subang, dengan korban besar di pihak lawan.
Pertempuran Ciseupan Subang 1949. (Sumber: Wikimedia)
Mayantara 21 Agu 2025, 11:13 WIB

Ekspresi Kemerdekaan Warganet di Media Sosial

Kemerdekaan Indonesia bukan sekadar peristiwa sejarah yang tercatat pada 17 Agustus 1945.
Dalam konteks modern, makna kemerdekaan tidak hanya muncul melalui upacara atau perayaan formal, melainkan juga melalui interaksi digital yang melintasi ruang dan waktu. (Sumber: Unsplash/ Inna Safa)
Ayo Biz 21 Agu 2025, 10:44 WIB

Pidato Presiden Prabowo Isyaratkan Arah Baru Perlindungan Konsumen di Indonesia

Ketua Himpunan Lembaga Konsumen Indonesia (HLKI) Wilayah Jawa Barat, Banten, dan DKI Jakarta, Firman Turmantara, menilai pidato kenegaraan Presiden Prabowo Subianto saat menyampaikan Rancangan APBN 20
Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka. (Sumber: Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia)
Ayo Biz 21 Agu 2025, 09:25 WIB

Baso Saturnus, Kuah Pedasnya Selalu Jadi Andalan

Di Bandung, ada satu warung bakso yang selalu jadi perbincangan karena rasanya juara dan tempatnya luas. Namanya Baso Saturnus, berlokasi di Jalan Saturnus, Margahayu, Rancasari, dengan cabang lain di
Baso Urat Saturnus yang memiliki kuah pedas. (Foto: Dok. Ayobandung.com)
Ayo Netizen 21 Agu 2025, 08:05 WIB

Rahasia Menjadi Guru yang Dirindukan oleh Murid-muridnya

Tak semua orang mampu menjadi guru yang baik, terlebih guru yang selalu dirindukan kehadirannya.
Gambar buku "Guru yang Dirindu" (Sumber: saya | Foto: Sam)
Ayo Netizen 20 Agu 2025, 20:06 WIB

Haruskah Olahraga Padel Dikenakan Pajak? PBJT Kota Bandung Segera Diterapkan

Esai ini membahas PBJT pada olahraga padel di Kota Bandung sebagai olahraga mewah untuk menambah pendapatan daerah.
Lapangan padel bermunculan di berbagai titik kota, ramai dipadati oleh anak muda dan pekerja yang menjadikan padel sebagai pilihan gaya hidup. (Sumber: Pexels/Ercan Evcimen)
Ayo Netizen 20 Agu 2025, 17:06 WIB

Benjang Masih Jadi Primadona di Pesta HUT RI ke-80

Setiap tanggal 17 Agustus, Ujungberung menjadi panggung hidup bagi tradisi yang telah mengakar di masyarakat, yaitu Benjang.
Fesival Benjang di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Mildan Abdalloh)
Ayo Biz 20 Agu 2025, 14:34 WIB

Menelisik Awal Mula Bisnis Bakso Ikan Sinar Bahari yang Makin Menggurita

Di tengah siang terik Kota Bandung, banyak orang mencari makanan pedas untuk menambah energi sekaligus menyegarkan suasana. Salah satu kuliner yang kini banyak diburu adalah bakso ikan mercon dan jand
Produk Bakso Ikan Bahari (Foto: Dok. Bakso Ikan Bahari)
Ayo Netizen 20 Agu 2025, 14:21 WIB

Bukan Sekadar Hobi, Industri Game Online Jadi Peluang Karier Success Before 30

Dari hobi menjadi profesi, game online membuka jalan baru menuju kesuksesan finansial dan karier di era digital.
gamer yang membuka seluruh peluang karier menuju jenjang ekonomi yang lebih baik (Sumber: Ilustrasi oleh AI)
Ayo Jelajah 20 Agu 2025, 13:58 WIB

Sejarah Es Cendol Elizabeth Bandung, Berawal dari Bon Toko Tas

Dari gerobak sederhana H. Rohman, Es Cendol Elizabeth tumbuh jadi ikon kuliner Bandung yang melegenda hingga kini.
Es Cendol Elizabeth, kuliner legendaris Bandung sejak 1970-an. (Sumber: Instagram @escendolelizabethofficial)
Ayo Biz 20 Agu 2025, 11:25 WIB

Jabar Media Summit 2025 Segera Digelar di Bandung, Cek Tanggalnya

Komunitas media yang diwakili oleh Ayo Bandung.id, Radar Cirebon, dan Suara.com akan menggelar Jabar Media Summit 2025 di Kota Bandung pada Kamis, 11 September 2025.
Jabar Media Summit 2025 (Foto: Logo)