Toponimi Gombang termasuk sangat langka di Jawa Barat. Yang terlacak hanya ada dua, yaitu, di Kabupaten Cirebon, ada toponim Desa Gombang di Kecamatan Plumbon. Pada mulanya, sangat mungkin nama geografis Gombang ini tidak hanya sebatas Desa Gombang saat ini. Pasti lebih luas, mencakup daerah yang ronabuminya lebih rendah, membentuk cekungan yang luas, yang kemudian menjadi lahan basah di sebelah utara gerbang tol Plumbon, di daerah Karangasem.
Kedua di Kabupaten Bekasi, ada toponim Kampung Gombang Jaya, juga menjadi nama jalan, Jl Gombang. Kampung ini berada di Desa Sukakerta, Kecamatan Sukawangi. Di wilayah kecamatan itu pun ada nama geografis Kali Gombang, dan anak-anak sungai yang bermuara di Citarum setelah mengalun sejauh 6,5 km. Daerah yang cekung seperti tempayan ini, sekarang sebagian lahannya sudah dijadikan perumahan. Sebagian lainnya masih berupa sawah yang subur.
Di luar Provinsi Jawa Barat, toponim Gombang ada di Jawa Tengah, di Daerah Istimewa Yogyakarta, dan di Provinsi Jawa Timur. Di Provinsi Jawa Tengah ada toponim Desa Gombang di Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, dan di Daerah Istimewa Yogyakarta ada dua nama geografis Gombang, pertama Desa Gombang di Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunungkidul.
Desa ini berada di kawasan karst Gunungkidul, merupakan kawasan batu gamping yang sudah mengalami pelarutan oleh air. Semula kawasan ini berupa dasar laut dangkal, di sana binatang koral hidup dengan subur, kemudian terangkat ke permukaan membentuk pegunungan batugamping. Hasil pelarutan itu membentuk goa-goa, baik yang vertikal maupun yang horizontal.
Salah satu bentukan di kawasan karst selain goa adalah dolina, cekungan tertutup di permukaan, sebagai hasil dari proses pelarutan. Kedalaman dolina antara dua meter sampai dengan 100 meter. Diameternya antara 10 sampai dengan 1 km. Bentuk dolina ada membundar, lonjong, dan yang tak beraturan. Cekungan dolina ada yang dasarnya kedap air, sehingga membentuk genangan.
Namun, ada juga yang kering di musim kemarau atau kering sepanjang tahun, sehingga dasar cekungannya ditumbuhi rumput. Di sana ada dolina yang pada musim penghujan terisi air, membentuk Telogo Timbo. Sangat mungkin, keadaan alam inilah yang menginspirasi masyarakat di sana untuk menamainya Gombang, cekung seperti tempayan besar.
Kedua Kampung Gombang di Desa Tirtoadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman. Kampung ini berada di sebelah barat laut Yogyakarta. Di bagian barat dibatasi rangkaian gunung yang menjadi pembatas Daerah Istimewa Yogyakarta dengan Provinsi Jawa Tengah. Semua air meteorik yang turun di lereng selatan Gunung Merapi, selain akan meresap menjadi air tanah, juga mengalir ke selatan di permukaan. Di kawasan Desa Tirtoadi ada bagian kawasan yang rendah, bagian yang cekung, yang menjadi alasan mengapa daerah ini dinamai Gombang.
Sedangkan di Provinsi Jawa Timur ada nama geografis Desa Gombang di Kecamatan Pakel, Kabupaten Tulungagung. Tempat ini dibatasi oleh rangkaian gunung api purba di bagian barat – selatan – timurnya, di kawasan yang rendah membentuk cekungan dengan anak-anak sungai yang mengaliri desa ini.
Secara umum, toponim Gombang dipakai untuk menggambarkan keadaan ronabumi kawasan yang cekung, yang dianalogikan dengan wadah yang dinamai gombang, tempayan berukuran besar. Pada zamannya, gombang berguna sebagai wadah, seperti untuk menyimpan air bersih, menyimpan makanan seperti beras, masakan, wadah untuk peragian dalam proses pembuatan tapai, cuka, asinan, dan menjadi tempat menyimpan minuman beralkohol.
Selain itu, gombang digunakan untuk menyimpan barang-barang berharga selama dalam pelayaran yang berbulan-bulan di lautan, dan saat bongkar-muat di pelabuhan, gombang dapat menjadi barang dagangan dengan nilai yang tinggi, menjadi benda pusaka, lambang kekayaan, dan status sosial masyarakat di pulau-pulau di Asia Tenggara. Pada masa prasejarah, gombang atau tempayan pernah digunakan sebagai wadah penguburan bagi jenazah anggota keluarganya.
Baca Juga: Toponimi Gandasoli
Gombang dibuat dari tanahliat yang dibentuk sesuai dengan standar bentuk yang populer dan fungsional saat itu. Setelah dibentuk, diangin-anginkan agar bentuknya tidak berubah, kemudian dibakar pada suhu rendah. Wadah dengan beragam nama yang berbeda di setiap daerahnya, merupakan warisan budaya. Diameter gombang bagian atas atau mulutnya, ukurannya lebih kecil dibandingkan dengan diameter bagian perutnya yang lebar, kemudian di bagian dasar, bagian bawah, diameternya lebih mengecil lagi.
Gombang atau tempayan besar, ada juga yang menyebutnya martaban. Nama benda ini dijadikan nama geografis di pantai bagian selatan Myanmar (Burma), atau di bagian utara Laut Andaman. Di bagian laut yang menjorok ke daratan, oleh masyarakat di sana dinamai Teluk Martaban. Apakah karena rona bumi teluknya yang menyerupai martaban, menyerupai tempayan besar, ataukah karena di teluk itu terdapat pelabuhan yang menjadi tempat dilakukannya muat-bongkar martaban?
Di Jawa Barat, Jakarta, dan Banten, toponim yang menggambarkan daerah cekung, yang dianalogikan dengan wadah atau perabotan dari tanahliat, gentong: seperti Tanjakan Gentong, Cigumentong. Pariuk: Pariuk, Desa Mariuk, Gunung Mariuk, Kampung Mariuk. Jadi: Sukajadi, dan gombang: Gombang. (*)
